Mohon tunggu...
Samudra Eka Cipta
Samudra Eka Cipta Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Travel dan Jalan-Jalan

Jadikanlah Setiap Peristiwa Sebagai Guyonan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rumah Kontainer sebagai Solusi Alternatif dalam Memiliki Hunian Murah Sekaligus Idaman bagi Milenial

7 November 2020   14:37 Diperbarui: 7 November 2020   14:49 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan industri properti semakin menjamur di Tanah Air, sekaligus menjadi salah satu penompang ekonomi Indonesia. Mengapa tidak? sebab kebutuhan masyarakat akan hunian semakin meningkat di sisi lain masalah ketersediaan tanah yang semakin sedikit membuat harga tanah terus mengalami kenaikan hingga tiap tahunnya. Sehingga para pengembang usaha properti terus melakukan inovasi dalam merancang sebuah hunian yang unik, ramah, hemat ruang atau minimalis, namun tetap dapat dijangkau oleh masyarakat. Mahalnya sebuah tanah akan juga berpengaruh pada mahalnya sebuah hunian ruah yang kini harganya sudah mencapai milirian rupiah. Hal tersebut membuat banyak orang baik keluarga baru maupun yang sudah lama berkeluarga terpaksa harus mengontrak sebuah rumah atau kos-kosan karena jika dihitung secara matematis harga sewanya jauh lebih murah ketimbang harus membangun sendiri rumah. Serta, faktor kesulitan kaum milenial khususnya dalam memiliki rumah idaman yang mewah namun dapat terjangkau.

Kontainer seperti yang dikutip dari Artha Nugraha yang dalam sebuah artikel yang berjudul Mengenal Peti Kemas merupakan sebuah peti atau kotak yang berfungsi untuk menyimpan barang untuk perjalanan jarak jauh. Kontainer pertama kali diciptakan oleh Malcolm Mclean yang dikenal dalam sejarah logistic dunia sebagai "bapak kontainer". Ukuran dari sebuah kontainer standar terdiri dari 20 feet , 40 feet, dan 45 feet sehingga mempengaharui ukuran panjang dari sebuah kontainer. Serta jenis dari sebuah rumah kontainer adalah jenis kontainer cargo. Rumah Kontainer pertama kali diciptkan oleh Namun, baru di tahun 2006 arsitek California, Peter DeMaria, merancang rumah kontainer pertama. Sejak itulah pengunaan kontainer tidak hanya digunakan sebagai solusi hunian yang minim limbah konstruksi, tetapi juga memiliki kekuatan material dan kemampuan menahan rayap, api, dan jamur dikutip dari situs rumah.com.

Rumah kontainer saat ini hadir sebagai solusi dari mahalnya harga rumah, dengan hanya memodalkan paling sedikit dua kontainer bekas, bisa dapat memiliki rumah sesuai dengan keinginan. Bahan utama dari rumah kontainer adalah kontainer bekas yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan kreasi dari pemilik atau perancang rumah kontainer. Harga dari sebuah kontainer bekas dapat disesuaikan dengan budget yang dimiliki, mulai dari kisaran 20 juta hingga ratusan juta sesuai dengan kualitas yang ditawarkan dari sebuah kontainer bekas.

Secara desain rumah kontainer memiliki desain yang unik dan minimalis, karena konsep dari rumah kontainer hanya berbentuk kotak namun bisa disusaikan dengan mengikuti contoh model rumah yang sudah ada baik jika si pemilik rumah berkinginan untuk memiliki rumah tingkat, maka kontainer tersebut kemudian disusun dan kemudian dibolongi bagian yang akan dijadikan sebagai tangga untuk menghubungkan antar kontainer. Namun, yang perlu ditekankan jika ingin memiliki rumah kontainer adalah pentingnya kemampuan untuk mendesain interior sebuah kontainer agar menjadi layak siap huni dan sesuai ekspetasi. Soal keamanan dan kenyamanan rumah kontainer memiliki kelebihan dibandingkan dengan rumah-rumah pada umumnya kelebihan yang dimiliki oleh rumah konteiner dalah pertama, rumah kontainer akan aman jika terjadi gempa karena rumah kontainer sudah menyatu dengan tanah dan selama proses pembangunannya tidak perlu mengecor dan menggunakan batu bata sehingga ketika terjadinya gempa tidak akan runtuh dan tetap berdiri dengan kokoh.  Kedua, kelebihan yang dimiliki oleh rumah kontainer adalah biaya perawatan rumah yang jauh lebih minim ketimbang rumah pada umumnya, Ketiga, rumah kontainer memiliki  konstruksi yang sangat kuat sehingga dapat bertahan lama usianya karena terbuat dari besi. Sedangkan kelemahan dari rumah kontainer adalah pertama, si perancang dan pemilik jika ingin memiliki hunian tersebut harus memperhatikan detail pada sebuah kontainer. Hal tersebut dikarenakan tiap peti kemas memiliki celah-celah udara yang dapat membuat udara masuk. Ini menjadi buruk ketika musim panas atau dingin karena bahannya yang terbuat dari besi dan merupakan konduktor bagi panas dan dingin, maka harus menutupi celah-celah tersebut dan selalu membutuhkan pendingin udara agar sirkulasi udara di dalam dapat bekerja dengan normal.  Kedua, adalah masalah karat walaupun sudah dilapisi oleh cat karat dan biaya perawatan yang jauh lebih murah , Namun tidak dapat mengelak dari apa yang terjadi pada besi. Ketiga, masalah lain adalah terletak pada tahap pembangunan rumah kontainer jika menginginkan model kontainer bertingkat setidaknya harus menambah biaya untuk menyewa jasa forklift untuk mengangkut yang kemudian disusun menjadi tingkat belum lagi jika proses pengangkutan kontainer ke lokasi penempatan yang sudah disiapkan sebelumnya, Maka harus membutuhkan truk beroda 10 sebagai sarana pengangkutan. Oleh karena itu, pengiriman kontainer terbatas pada lingkungan yang memiliki jalan besar.

Samudra Eka Cipta (07 November 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun