Mohon tunggu...
M.e.l.i. -
M.e.l.i. - Mohon Tunggu... -

www.kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(PARADOKS) Petualangan Kwekie

24 April 2011   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_104626" align="aligncenter" width="350" caption="www.dailygalaxy.com"][/caption]

Apakah bebek karet bisa mati? Apakah kematian itu? Bagaimana nantinya bila aku terus berenang tanpa pernah lagi kembali ke rumah berdinding kuning dan tempat tidur dengan seprai lembut yang terbuat dari kain hijau muda dengan bunga bunga kecil berwarna putih?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus ditanya Kwekie ketika perlahan ia bergoyang di riak-riak air, menjauh dari teriakan Sammy yang terdengar semakin sayup. Terakhir yang dilihatnya adalah tangan Sammy yang terangkat dan terus melambai, sebelum semakin ia diayun ombak menjauhi pantai, menjauhi semua hal yang selama ini telah menjadi dunianya.

Belum pernah rasanya Kwekie merasa begitu sendirian. Di sekelilingnya, hanya ada air dan air yang berwarna biru. Kwekie memang menyukai warna biru. Tapi bukan biru yang sedemikian banyak seperti ini. Langit di atasnya juga berwarna biru dan tampak begitu jauh dari tempatnya saat ini.

Apakah Sammy akan mencariku? Bagaimana caranya Sammy menemukanku? Oh, rasanya Kwekie tidak sanggup lagi bertanya lebih banyak. Semua pertanyaan seperti semakin membuatnya semakin menjauh dan menjauh. Dan untuk pertama kalinya, Kwekie merasakan emosi yang belum pernah dirasakannya. Kwekie takut.

Kwekie meyakinkan dirinya akan baik baik saja. Sammy akan menemukannya dan bersama, mereka akan kembali ke kamar tidur Sammy yang nyaman. Ini, kata Kwekie dalam hati, mirip dengan permainan Sembunyikan Kwekie yang biasa dimainkan oleh Satya, abang Sammy. Satya akan menyembunyikan bebek karet kesayangan adiknya di suatu tempat yang tidak terduga oleh Sammy. Tapi Sammy memang anak yang hebat! Dia selalu berhasil menemukan Kwekie, entah di sudut paling terpencil ia disembunyikan sekalipun. Kali ini juga akan sama, Kwekie berkata dalam hati. Sammy akan sampai di sini, tak lama lagi.

Jam-jam berlalu. Lalu malam dan kembali terang. Hari-hari berlalu. Dan minggu demi minggu. Bulan pun berganti.

Sammy belum menemukan Kwekie.

Dalam ayunan ombak yang tak mengenal jeda, Kwekie berenang, terapung dan terombang-ambing sendirian, satu-satunya benda asing berwarna kuning di bentangan biru yang maha luas. Kwekie telah melewati berbagai macam cuaca yang belum pernah dialaminya sebelumnya; siang hari yang terik dengan sinar matahari yang terasa membakar, malam yang sunyi dengan kerlip bintang-bintang yang terlihat begitu tinggi dan jauh, juga senja yang yang merubah air menjadi genangan berwarna keemasan yang memukau. Terkadang hujan turun dengan deras. Tetesannya yang besar menghujami tubuh karet Kwekie dan laut menengadahkan gelombangnya tinggi-tinggi, seperti ingin menggapai langit. Saat-saat seperti itu, Kwekie merasa begitu tak berdaya. Rasanya ingin saja ia tenggelam. Paling tidak, ada ikan-ikan yang dapat menjadi temannya di sana. Mungkin di dalam kedalaman air, langit dan laut dengan deru angin yang kencang dan suara guntur yang mengagetkan, tidak terasa begitu menggentarkan.

Kwekie telah mengalami berbagai macam emosi yang sebelumnya tidak pernah dikenalnya; mulai dari rasa takut, kesepian, gelisah dan marah. Sekarang, yang tertinggal hanyalah rasa putus asa.

Kwekie, karena tidak ada yang dapat dilakukannya, mulai berpikir tentang banyak hal. Ia berpikir tentang dongeng penghantar tidur yang paling disukainya, tentang seekor itik kecil buruk rupa yang berubah menjadi angsa. Apa kabarnya setelah ia mempunyai sepasang sayap putih lebar yang besar? Akankah ia hidup bahagia selama lamanya?

Ia juga memikirkan bak mandi kecil dengan busa sabun wangi yang sering ditiupkan Sammy ke wajahnya. Dan oh, betapa ia merindukan Sammy. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah ia masih akan berpetualangan, berpura pura menjadi bajak laut di kamar mandi tanpa Kwekie, bebek karet kesayangannya? Apakah ia masih membenci sayuran hijau dan takut ke dokter gigi?

Mengingat Sammy selalu membuat Kwekie merasa begitu sedih. Andai ia bisa meneteskan air mata, entah sudah berapa banyak butir yang jatuh dan larut bersama asin laut yang seperti tak berujung ini. Sammy yang baik hati dan penuh cinta. Kwekie mengingat perjumpaannya yang pertama dengan Sammy di arena permainan di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai. Ayah Sammy memenangkannya dari mesin permainan yang mempunyai semacam tangan yang berbentuk seperti jari-jari besar. Kwekie lah yang terpilih dari sekian banyak bebek-bebek karet di sana. Ayah Sammy menyerahkan Kwekie kepada Sammy yang segera berlompatan girang. Esok harinya, dari potongan-potongan cerita yang dikumpulkan oleh Kwekie, ayah Sammy mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal. Jadi, Kwekie adalah pemberian terakhir dari ayah Sammy kepadanya. Bebek karet berwarna kuning yang sanggup berenang selamanya tanpa pernah tenggelam. Semenjak itu, Sammy selalu bersama Kwekie; mandi, tidur dan bermain bersama. Bahkan, Sammy mempersiapkan tempat yang istimewa buat Kwekie di atas meja makan. Sampai kejadian mengerikan di tepi pantai, ketika Sammy didorong oleh seorang anak bertubuh besar dan Kwekie terlepas dari genggamannya, melayang terbang tinggi lalu mendarat di atas ombak-ombak yang segera menghelanya menjauhi pantai.

Oh, Kwekie tidak ingin mengingatnya lagi.

Pada hari ke-203 penderitaan Kwekie, sebuah perahu kecil melintasinya. Sepasang tangan yang kurus menggapai dan mengangkatnya dari lautan air yang beriak-riak. Sebuah suara yang bernada tinggi terdengar beseru, "Lihat! Bebek karet!".

Kwekie melihat seraut wajah kecoklatan seorang anak lelaki dengan pipi berbintik-bintik sedang tersenyum lebar ke arahnya. Matanya yang bulat menatap Kwekie, berbinar-binar hangat dan jenaka. Kwekie melihat rambut kecoklatan yang berterbangan acak-acakan menutupi sebagian kening anak lelaki itu dan sepasang telinganya yang lebar mencuat ke atas. Seperti telinga peri peri yang terdapat di buku dongeng milik Sammy.

"Oh, ia terlihat begitu sedih. Boleh aku membawanya pulang, Ayah?" Tanya anak laki-laki itu penuh harap kepada seorang lelaki tua bertopi lebar yang sedang mengayuh perahu. Lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk.

Kwekie merasa suatu menyerbu dan memenuhinya dirinya dengan perasaan yang begitu indah. Rasa bahagia.

Kwekie bersyukur masih hidup.

Rasanya, ia akan mampu mencintai anak lelaki yang mempunyai senyum lebar itu, seperti ia mencintai Sammy. Tentu saja, ia tetap merindukan Sammy dan akan selalu bertanya-tanya, bagaimana kabar Sammy sekarang ini? Apakah ia baik-baik saja?

***

Apakah ini termasuk dongeng atau cerita anak? Iya atau tidak, masuk PARADOKS saja yah. Turut meramaikan. hehehe..

[Untuk Dongeng Nusantara yang lain silakan kunjungi link : Dongeng Anak Nusantara]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun