Mohon tunggu...
Lilik Suharto
Lilik Suharto Mohon Tunggu... -

seorang yang tinggal berusaha tinggal di desa, dan menjadikan desa sebagai tempat yanng nyaman untuk mencari nafkah...daripada menuh2in kota, lebih baik berwirausaha di desa...

Selanjutnya

Tutup

Money

Nasib Pengusaha Kecil di Desa

3 Maret 2011   06:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu bulan yang lalu saya diminta tolong Paman saya untuk mengantar ke sebuah Bank Swasta yang membuka unit di seluruh pasar di Indonesia, dengan slogan "sehangat sahabat sedekat keluarga" menjadikan saya tidak berfikir lagi ke bank lain untuk keperluan paman saya meminjam modal usaha.

Karena selama ini saya menjadi nasabah-nya sudah sangat banyak menerima manfaat, sehingga saya rekomendasikan saja ke bank tersebut. Besar harapan paman saya adalah untuk segera diproses dengan cepat terlepas apakah disetujui apa ditolak itu urusan nanti. Setelah mengajukan berkas kami dijanjikan untuk disurvei tentunya setelah paman saya ditanyai dengan berbagai pertanyaan khas pegawai bank. Menurut standar proses bank tersebut cuma memakan waktu 4-5 hari kerja dengan ketentuan radius tempat usaha dengan bank, tidak melewati batas yang telah ditentukan oleh bank tersebut. OK, kami tunggu sampai kapan proses ini diproses...setelah kami telpon berkali-kali ke pihak marketing baru mereka memutuskan  untuk survei ke lokasi. Selesai? belum..mereka berjanji pula untuk disurvei oleh atasan mereka. OK kami tunggu, setelah kami telepon berkali-kali baru mereka menjawab : maaf pak, pengajuan bapak ditolak, tanpa menjelaskan lebih lanjut.  Huufff....sudah nunggu sebulan lebih ....baru ada jawaban. Sebenarnya bukan masalah disetujui atau ditolak...tapi waktu 1 bulan untuk menunggu jawaban itu yang bagi paman saya terlalu lama, kenapa nggak dari awal aja...huuuh...membuat kami benar2 kecewa.... Sebagai pengusaha kecil yang tinggal jauh dipelosok desa, sungguh suatu ketidakadilan yang menyesakkan dada..mau marah...marah kepada siapa???...mau berontak???...apa hasilnya???? Pemerintah Daerah seperti menutup mata dan telinga mengenai hal ini.....Aaahhh...sudahlah...rakyat kecil apalagi tinggal dipelosok desa....hanya bisa menahan kemarahan dan kekecewaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun