Puncak Dieng
Bulan Desember dikenal bulan yang sangat dingin di puncak Dieng. Kemaren kami ada di sekitar 10 SD 12 derajat Celcius.
Melihat bagaimana orang-orang yang setiap hari pergi ke ladang dengan semangat yang membuat siapapun terheran. Khususnya pendatang yang mau berlibur.
Mengapa?
Karena dengan ketinggian yang sangat tajam dengan bukit-bukit yang tinggi terbentang tanaman yang sangat terkenal di Dieng yaitu tanaman kentang. Petani yang menjadi pekerja di dalamnya bukan hanya didominasi oleh bapak-bapak semata tapi juga kaum ibunya juga terjun ke ladang di pagi hari. Mereka menaiki bukit demi bukit dengan perbekalan di punggung mereka atau di tahun mereka. Dengan sepatu bot yang tentunya tidak ringan tapi mereka begitu lincahnya menaiki setiap tanjakan tanjakan yang ada di Dieng.
Bukan hanya ketinggiannya dan juga undangan-undangan yang ada di setiap jenjang Padang yang ada di bukit-bukit di sini. Tapi, cuaca yang sangat dingin ekstrem yang membuat kami harus berlapis-lapis bajunya untuk bisa bertahan dan bisa keluar menikmati suasana pagi. Namun para petani mereka hanya mengenakan baju dan pelapis seadanya. Mereka tetap dalam kondisi yang sangat bugar dan penuh semangat.
Melihat dari setiap rumah yang ada di pegunungan Dieng tampak bahwa kesejahteraan dari hasil pertanian begitu terasa. Bangunan-bangunan yang kokoh dengan ornamen-ornamen kekinian dan juga tidak jarang banyak mobil parkir di garasi mereka. Namun yang membuat kami semakin kagum adalah banyaknya sarannya ibadah yang ada di sini mulai dari masjid dan mushola hampir ada di setiap pegang yang ada di perbukitan dan pegunungan Dieng ini.
Hasil panen yang berkelimpahan Semoga menjadi kesejahteraan buat mereka. Dan semoga kami bisa bersua kembali untuk hadir kembali dan penting ramah di sini.
271222 09.45
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H