Mohon tunggu...
SAMSUTO
SAMSUTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Menulis menjadikan diri kita hidup "abadi", menulis membuat ide terus berkembang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duren Tiga dan Belah Duren

6 Agustus 2022   01:56 Diperbarui: 8 Agustus 2022   13:06 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DUREN TIGA DAN BELAH DUREN

OLEH: SAMSUTO
Kemaren aku kedatangan tamu, tak lama setelah itu tamu kedua juga datang, maka jumlah kami bertiga. Kebetulan cuaca sedang dingin dan hujan turun dengan deras 30 menit yang lalu. Jadi tersisa dingin yang menusuk-nusuk. Tamu yang merupakan sahabat dekatku ini ngajak ngobrol ngolor ngidul. Mulai aktifitas hari ini, yang yang selain hujan juga macet di beberapa tempat, juga bergeser ke isu yang hangat sampai panas, tak terkecuali adalah kasus tentang tewasnya Brigadir J.

"Menurutku itu benar pelecehan seksual, dan    apa yang dilakukan Bharada E itu sudah tepat". Jelas kang Mumun yang asli Subang dengan logat Sundanya.

" Nggak begitu kang Mumun, itu pasti ada kecemburuan sosial". Sergah bang Mamad yang berasal dari Surabaya.

Aku memilih diam, drama Duren Tiga sangat menyita perhatian publik. Marwah Institusi penting ini sangat dipertaruhkan. Aku hanya berharap dua rekanku tidak masuk keperdebatan itu. Karena tadi pagi pun, teman jualan herbalku ketika bertemu di Agen juga memperbincangkan dan berdebat soal itu sama karyawan di Agen. Bahkan antara yang pro dan kontra sampai geprak meja. Dua hari yang lalu saat aku hadir di acara kendurian lahiran anak tetanggaku juga gitu. Bahkan antara yang pro dan kontra akhirnya pulang tidak tegur sapa.

Sedih, sampai kapan konflik dan kepastian dari kasus ini akan segera berakhir.

"Nah, menurut kamu gimana Sam..?"tanya kang Mumun sama bang Mamat hampir bersamaan membuat saya tergagap karena melamun.

"Menurutku yang salah dari kasus Duren Tiga ini adalah yang tidak makan duren..."jawabku mengelak sambil tertawa. Segera mereka kutarik untuk makan duren dipinggir jalan dekat rumah. Karena memang kami bertiga sangat hobi makan buah yang wangi tersebut.

*************
Jualan Bang Ucok yang asli dari pulau Sumatera tampak ramai. Memang tempat bang Ucok paling enak durennya. Dan setiap beli selalu pas rasanya. Karena bang Ucok sangat ahli dalam memilih buah durian yang matang, sehingga terkadang orang rela mengantri untuk membeli.

"Eh bang Sam... Ayo duduk, aku carikan duren yang paling pas untuk tetanggaku ini, nanti kalau nggak pas, tidak dikasih aku numpang ke kamar mandi". Ujarnya sambil tertawa akrab. Bang Ucok yang berjualan di pinggir jalan memang kerumahku kalau mau ke kamar mandi.

Aku cari bangku yang paling agak pojok diatas trotoar. Beberapa meja sudah tampak penuh dengan pembeli. Kang Maman dan Bang Mamat ikut duduk.

" Sekarang aku minta kalian stop membahas kasus Duren Tiga. Kita cari topik yang lain dululah..."Jelasku dengan tampang serius." Kalau tidak setuju, batal aku traktir duren". Kupasang muka serius. Mereka mengangguk sambil tertawa.

" Oy... Bang Ucok..! Kami pesan duren tiga". Seruku. Bang Ucok tampak mengangguk. Tak lama langsung bawa tiga buah duren terbelah dengan warna dan aroma menggoda. "Pinter kali abang ni". Pujiku sambil meniru logat Sumatra.

Bang Ucok menyambut dengan tawa riangnya sambil duduk di sampingku.

"Bang Sam, terkait Duren Tiga yang abang pesan, mengingatkan aku pada kasus Duren Tiga. Ce' mana menurut Abang Sam..?" tanya bang Ucok dengan serius.

Aku terpana, dan teman-temanku pun tertawa.
"Eh bang, jangan ngomong tentang Duren Tiga....! Sergah bang Mamad sambil menahan tawa.

"Kenapa..?" tanya bang Ucok bingung.

" Karena mereka berdua nanti pengen "Belah Duren" bang Ucok....." Sahutku disambut bang Ucok dengan garuk-garuk kepala.

Menteng 060822

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun