Mohon tunggu...
SAMSUTO
SAMSUTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Menulis menjadikan diri kita hidup "abadi", menulis membuat ide terus berkembang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laut, Pasir, Batu, dan Bakau

4 Agustus 2022   09:59 Diperbarui: 4 Agustus 2022   10:04 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

LAUT, PASIR, BATU DAN BAKAU

Oleh: Samsuto

Nak, hari ini..

Kau sangat bahagia

Tak mau kau beranjak darinya

Inilah laut, pasir, batu dan bakau

Yang menemani ayahmu dulu

Banyak cerita yang tergurat di sana

Mungkin pada pasir, batu yang kau mainkan hari ini

Pada laut,

Aku belajar tenangnya

Di kala angin sedang teduh

Mata berbetah memandanginya

Karang indah akan terlihat

Ikanpun tampak menggeliat dengan senangnya

Kau tau, Nak?

Inilah saatnya memancing yang tepat

Banyak cumi dan ikan yang di dapat

Tapi, Nak!

Saat awan berarak berjalan di atasmu

Segeralah pulang, lajukan perahumu secepat yang kau bisa

Dayung perahumu sekuat yang kau mampu

Merapatlah sejenak ketepian

Atau carilah bagan untuk berlindung

Karena, Nak!

Walau angin tak kau rasai saat ini

Itu pertanda alam, bahwa badai akan tiba..

Inilah sekolah ayahmu dulu, Nak!

Dulu akupun tak mempercayai

Saat para tetua menasehati tentang laut

Dan kau tau, Nak?

Ayahmu berjuang hidup mati hempas dalam badai..

Dari lautlah, Nak!

Sebagian kehidupan ayahmu bermula

Pada pasir;

Yang hari ini kaupun mainkan

Ayahmu belajar membangun mimpi

Dari setiap tetes pasir basah

Kuberanikan membangun istana

Serta apapun yang kumaui

Nak, beranilah bermimpi

Apapun mimpimu itu

Dan beranilah membangun setiap impianmu, mulai sekarang!

Dari pasir;

Aku belajar tentang kelembutan dan penerimaan

Lihat Nak..

Kau injak dia berkalipun

Tapi tetap tidak rusak, tapi membentuk keindahan baru dan wujud baru

Dari batu;

Ayahmu belajar keteguhan

Lihat jejeran karang batu ini, Nak!

Yang masih kokoh berdiri

Walau telah berlalu beberapa kehidupan yang pernah ada di sekitarnya

Bisakah kau hitung, Nak?

Berapa terpaan ombak yang dilewatinya

Dari masa kecil ayahmu sampai nenek moyangmu

Itulah hidup,

Bukan seberapa besar hempasan,

Tapi seberapa kuat kau bertahan

Kau akan menjadi sejarah!

Dari batu;

Dalam diam dan keteguhannya

Banyak rongga yang memberi kehidupan

Berbagai biota hidup di sana

Dan kau tau, Nak!

Dari rongga inilah, ayahmu mengais rejeki;

Kerang,

Udang,

Ikan,

Rajungan,

Kepeting

Dari keteguhanmu nanti, Nak!

Bukan hanya kau yang kokoh,

Tapi, akan banyak yang hidup dalam rongga hidupmu

Kau akan bisa memberi senyum dan keriangan

Dari bakau;

Lihatlah, Nak!

Betapa lebat daunnya

Betapa banyak akarnya

Betapa kuat dan tinggi batangnya

Dan betapa setianya menjaga pasir ini

Nak,

Bisa kau bayangkan, seberapa besar ombak penghujan dan kemarau menghampirinya

Seberapa kencang angin penghujan yang menghempasnya

Tapi dia tetap berdiri kokoh dari masa ke masa

Nak, dalam kehidupan kau tidak bisa hidup sendiri

Seperti bakau ini;

Yang membangun banyak akar

Kau harus bangun pertemanan

Kau harus merajut persahabatan

Kau harus rekatkan persaudaraan

Maka kau akan kokoh!

Nak, belajar dan bacalah sekitarmu

Dan jangan takut untuk HIDUP!

Giligenting 090716

Pinggirpantaibelakangrumah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun