Mawar putih untuk pahlawan yang menggenggam kapur.
Kali ini aku berbicara tentang pahlawan Dia juga telah memerdekakan kami Dia tidak memanggul AK 47 Ataupun menggenggam pistol
 Tidak juga menunggangi tank
 Dia memegang buku  Memegang kapur
 Karena yang dia tembak adalah kebodohan
 Dia hanya menaiki sepeda kumbang
 Ataupun kalau ekonominya lumayan
 Dia bisa menaiki motor kreditan
 Tapi dia telah memerdekakan kami dari kebodohan
Mereka yang masih bertahan di tengah arus global, namun masih mengecap pahitnya hidup di pelosok desa
Mereka yang di tengah pulau tetinggal bersama anak anak nelayan demi asa dan sebuah mimpi
Mereka yang berstatus honorer di pondok untuk para santri yang berjuang meyebar dakwah
Mereka yang memuliakan Kitab suci untuk para anak kampung yang menerima insentif 300 ribu rupiah pertiga bulan
Mereka yang harus tegar akan hukum karena setiap hari berhadapan dengan anak-anak yang bandel sekolah negeri di sudut kota
Mereka yang selalu dilema saat di cekoki urusan politik negeri ini
Mereka yang senantiasa berhadapan dengan silabus pendidikan yang sewaktu waktu berubah kurikulum
 Mereka mengenalkan kita pada Tuhan
 Pada huruf, pada angka, dan akhlak mulia
Mereka ada yang masih hidup
 Ada juga yang sudah meninggal
 Yang masih hidup masih memberi nasihat
 Mereka tidak memerlukan tembakan salvo Ketika meninggal
 Tapi mereka pahlawan
 Mereka telah menghasilkan para jenderal, professor Dan berjuta orang besar lainnya
 Tembakan salvo bagi mereka Adalah doa tulus, daari berjuta mereka
 Yang telah dimerdekakan dari kebodohan
 Merekalah pahlawan.
Kupersembahkan rasa untukmu sang Guru penebar damai, pejuang pendidikan. Engkaulah yang mampu mewakili penyatuan, keutamaan, kehormatan, dan kemurnian cinta.Â
Guruku tercinta.
Pontianak 25 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H