Mohon tunggu...
Samsuni Sarman
Samsuni Sarman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

guru smp standar nasional di kota banjarmasin anggota komunitas blogger Kayuh Baimbai Kalimantan Selatan suka menulis budaya, sastra, dan perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Drama

Sandiwara Rakyat 'Nisan Berlumur Darah'

23 Desember 2013   20:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan ulang tahun ke-5 Teater Kita Banjarmasin telah menggelar pementasan sandiwara rakyat yang ceritanya merupakan kisah nyata di masyarakat berjudul “Nisan Berlumur Darah” pada Kamis (12/12/2013) di Gedung Balairung Sari Taman Budaya. Sandiwara rakyat yang selama ini berlatih di ruang kerja Teater Kita telah mengajak aktor yang populer baik dikalangan muda maupun tua.  Siapa tak kenal Yusran Effendi yang disebut John Tralala - seorang artis, lawak, dan pemain madihin tersohor - bersama anaknya Hendra serta Anang yang juga kelompok dalam acara pantun banjar di TVRI Kalsel. Cerita dimulai dengan setting rumah kediaman tokoh kontroversial 'Haji Kadir' dengan sorot lampu pada dua insan yang menjadi tokoh utama yaitu 'Mashor' dan 'Hajah Fatimah; sedang belajar mengaji kitab Al Quran.

Ternyata Mashor dan Fatimah saling tertarik dan merasakan getaran cinta selama ini. Mashor adalah seorang anak petani miskin yang bekerja pada keluarga Haji Kadir. Dia sangat pandai mengaji dan sangat baik tingkah lakunya sehingga dipercayakan memberi pelajaran mengaji. Terjalinnya kisah cinta yang tersembunyi ini menjadi tontonan yang menarik - karena Hajah Fatimah merupakan figur remaja yang cantik dan juga penuh kasih sayang. Sebagai seorang wanita dari keluarga kaya tentu tidak semua lelaki dapat menemui, maka beruntunglah Mashor yang menjadi guru mengaji sekaligus kekasih hati Hajah Fatimah. Tak berapa lama, ada keberanian dari Mashor untuk melamar Hajah Fatimah. Lantas, dengan sangat hati-hati ia menyampaikan maksud hati melamar Hajah Fatimah kepada orang tuanya. Sangat terkejut! Ayah Mashor terperanjat ketika mendengar permintaan untuk melamar ke rumah Haji Kadir. Bagaimana mungkin seorang hamba yang miskin melamar anak gadis dari tuannya yang kaya raya diterima. Namun, untuk menyenangkan hati anak kesayangannya, ayah Mashor bersedia meminang Hajah Fatimah - tentu dengan bahasa dan parigal yang sangat santun walau ia tahu bakal ditolak.

Haji Kadir dengan rasa pongah mencibir lamaran ayah Mashor serta membandingkan harta kekayaan dengan kemiskinan keluarga Mashor. Haji Kadir memberikan bingkai kaca untuk bercermin kepada ayah Mashor agar memantas diri jika ingin jadi menantu. Ketika keluarga Haji Kadir dan Hajah Ainun bertengkar mempersoalkan lamarannya - diam-diam ayah Mashor pulang tanpa berpamitan. Sejak saat itu hubungan cinta Mashor dan Hajah Fatimah mulai tidak nyaman dan hanya bertemu secara diam-diam. Kesedihan hati Hajah Fatimah digambarkan dengan lantunan lagu melayu yang bercerita betapa cinta yang dipendam telah menjadi bayangan dan mimpi setiap malam. Dan, Mashor pun diberikan pekerjaan jauh di seberang sungai hingga tak lagi ada kesempatan bertemu. Sampai pada suatu malam terjadi musibah kebakaran di rumah Haji Kadir yang berakibat Hajah Fatimah terkepung dalam lautan api. Haji Kadir hanya sibuk menyelematkan harta hingga melupakan anaknya. Mashor yang melihat asap api kebakaran menyelamatkan Hajah Fatimah dan berhasil menggendongnya ke luar rumah walaupun badan penuh luka.

Ternyata pengorbanan Mashor menyelamatkan Hajah Fatimah tidak meluluhkan hati Haji Kadir untuk menerima cinta mereka berdua. Malah, ketika Haji Nunci anak saudagar kaya dari Malaysia - anak dari sahabatnya sesama pedagang - melamar Hajah Fatimah, tanpa menanyakan kesediaan Hajah Fatimah dan tidak sedikit pun mendengar pendapat isterinya Hajah Ainun - dengan suka cita - lamaran diterima. Bertambahlah duka yang menggores hati Hajah Fatimah dan Mashor ketika mengetahui hari perkawinan telah ditetapkan sebagai tanda akan berakhirnya kisah cinta mereka. Antiklimak sandiwara ini semakin mengundang sedih penonton. Hajah Fatimah yang selalu mendapat ancaman dari Haji Kadir dan desakan Haji Nunci calon suami dari Malaysia yang ingin secepatnya menikah adalah kisah yang mengharukan dalam cerita ini. Akhirnya, perkawinan yang dibenci Hajah Fatimah pun terjadi dengan kemeriahan yang tak terbandingkan di kampung itu.

Hajah Fatimah dan Haji Nunci menjadi suami isteri dan hidup di kampung itu dengan segala suka dan duka - digambarkan dalam sandiwara itu dengan lagu melayu yang bernada sedih mengisahkan bayangan kebahagiaan penganten dari penderitaan Mashor yang sakit karena cinta yang kandas di tengah perjalanan. Sakit yang diderita Mashor semakin parah akibat luka bakar dan sesak nafas ketika musibah kebakaran di rumah Haji Kadir. Malah, tak seorang pun memperhatikan kecuali ayah Mashor. Dokter pun tak sanggup menyembuhkan sakit yang disandang Mashor. Hingga seseorang datang menyampaikan berita duka kepada Hajah Fatimah bahwa Mashor telah wafat karena sakit yang dideritanya. Betapa sedih dan terperanjat Hajah Fatimah mendengar berita kematian Mashor itu hingga ia pun tak sadarkan diri dan akhirnya jatuh sakit.  Entah, bagaimana tampak Haji Nunci merasakan perkawinan ini sebagai suatu kejadian yang semu hingga ia berterus terang kepada Hajah Fatimah untuk berpisah saja dan ingin kembali ke Malaysia. Haji Nunci sadar bahwa isterinya Hajah Fatimah memiliki cinta yang sulit dilupakan walaupun secara lahir ia bersedia kawin. Dan, Haji Nunci pun meninggalkan Hajah Fatimah - padahal isterinya dalam keadaan sakit.

Ketika ada kekuatan yang dirasakan oleh Hajah Fatimah - ia pun lantas mengunjungi makam kekasih hati yang telah lama dirindukan. Begitu sedih perasaan Hajah Fatimah hingga bayangan Mashor muncul dan mengajak kembali bersama dalam berkasih sayang. Bayangan Mashor terus menggoda Hajah Fatimah hingga ia berlari dan berlari untuk mengejarnya. Hingga, ketika bayang itu hendak diraihnya - Mashor lenyap dari bayangan dan Hajah Fatimah terjatuh hingga membentur batu nisan - dan wafat seketika persis di atas kuburan Mashor.  Ayah Mashor yang pertama kali menemukan jasad Hajah Fatimah, kemudian berdatangan Hajah Ainun dan Haji Kadir. Namun, rasa penyesalan dan tangisan tak dapat menghidupkan anak tersayang mereka. Mashor dan Hajah Fatimah telah kembali dalam pelukan cinta dan kasih sayang yang abadi.

foto pribadi dr www://handilbakti.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun