Mohon tunggu...
Samsul Bahri
Samsul Bahri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Universitas Teuku Umar

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bekerja dengan Perasaan, Beneran Efektif?

15 Februari 2022   11:11 Diperbarui: 15 Februari 2022   11:12 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja dengan baik, ambil upahmu sebagai reward dan tinggalkan semua perasaan diruang kerja (Dokpri)

Bekerja adalah suatu tuntutan yang dilakukan atas dasar kebutuhan, meskipun banyak yang mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang memperkerjakan uang, tapi pada kenyataannya kita semua membutuhkan suatu rutinitas yang disebut dengan Pekerjaan. Mengapa kita perlu bekerja dan mengapa bekerja itu harus profesional?

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia, Bekerja dapat diartikan sebagai upaya melakukan kegiatan atau pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Secara sederhana, bekerja dapat diartikan sebagai rutinitas yang dilakukan atas dasar beberapa kebutuhan seperti kebutuhan ekonomi, psikologi atau kebutuhan lainnya.

Tujuan Bekerja

Orang yang bekerja biasanya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Ada yang bertujuan untuk mencari uang, mengumpulkan uang, bersosialisasi, menghindari suatu hal-hal tertentu, atau agar dianggap normal seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Apapun motivasinya, bekerja adalah hal yang lumrah yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh siapapun. Bahkan jika seseorang tidak melaksanakan suatu pekerjaan maka akan mendapatkan stigma negatif dari lingkungan sosialnya.

Psikologi Bekerja

Bekerja adalah rutinitas yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kondisi dan tempo yang berbeda-beda. Sebagian orang bekerja dengan tempo dan kondisi yang sama, namun sebagian lainnya bekerja dengan tempo dan kondisi yang berbeda-beda. Kondisi ini secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologi bekerja dimana orang yang bekerja dengan tempo dan kondisi yang sama (monoton) akan cenderung stres dan berpotensi depresi. Terlebih jika mendapatkan tekanan yang besar pada lingkungan pekerjaannya. Sebaliknya, orang yang bekerja dengan tempo dan kondisi yang berbeda-beda cenderung menikmati proses yang dihadapinya karena membuka interaksi dari lingkungan sosialis yang dihadapinya. Terlepas dari kedua hal tersebut, baik pekerjaan monoton maupun non-monoton tetap mengalami titik puncak jenuh yang menyebabkan psikologi pekerja menjadi terganggu.

Hustle Culture

Mengutip dari laman kompas.com, hustle culture adalah standar di masyarakat yang menganggap bahwa hanya bisa mencapai sukses kalau benar-benar mendedikasikan hidup untuk pekerjaan dan bekerja sekeras-kerasnya hingga menempatkan pekerjaan di atas segalanya. Stigma tetang budaya ini sangat beragam, beberapa orang menganggapnya baik dan sebagian lainnya menganggap ini hal yang tidak wajar. Secara harfiah budaya ini harus dikembalikan kepada diri masing-masing pekerja yang lebih mengenali pola dan karakter kita dalam bekerja. Apakah kita lebih suka menghabiskan waktu untuk bekerja atau menyeimbangkan dengan kondisi waktu lainnya.

Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis sampaikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan maka diperlukan suatu proses atau usaha. Dalam perspektif bekerja pun demikian, pekerjaan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya terlepas dari motivasi apapun yang kita gunakan. Pekerjaan yang dikerjakan dengan baik dan tuntas akan memberikan dampak positif terhadap berbagai hal seperti reward, sosial dan psikologi. Sebaliknya, jika pekerjaan tidak dilaksanakan dengan baik dan tuntas maka kita perlu melakukan evaluasi terhadap diri dan pekerjaan yang sedang dijalani, bisa jadi kita sudah mencapai titik jenuh bekerja disuatu tempat dan butuh upaya reformasi pekerjaan (resign).

Bekerja juga harus dilakukan secara profesional dan tanpa melibatkan perasaan. Sejatinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan maka kita dituntut untuk berfikir kreatif dan profesional dengan mengesampingkan hal-hal yang bersifat pribadi, hal pribadi biasanya berpotensi untuk mengacaukan sistem kerja karena melibatkan perasaan yang sulit untuk diukur. Dengan bekerja secara kreatif, inovatif dan profesional maka akan terbentuk mental dan psikologi yang baik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun