Kita sedang melangkah ke destinasi
Membawa hati yang akan diuji
Bukan segala yang dimiliki
Tapi bagaimana caramu memiliki
Segunung emas disini
Tak sebanding setitik kebaikan
Yang dimakan akan jadi kotoran
Yang disimpan akan dibagi bagi
Yang dijadikan jalan amalan
Itulah milikmu sebenarnya
Istri cantik suami tampan
Mengantar hingga bibir liang kuburan
Anak banyak harta menggunung
Sepeninggalmu jadi perselisihan
Hanya selembar kafan sebagai pembungkus jasad
Dikubur diliang lahat gelap
Jasad dan kafan hancur pelahan
Dirimu sebenarnya akan melarat
Ruh meratap menghitung bawaan
Yang berwujiud jumlah amalan
Sederhana saja.
Yang ada akan tiada
Yang tiada akan jelma
Dunia ibarat wanita malam
Kau acuh ia merayumu
Kau buru ia menjajahmu
Hanya dua kalimat sederhana
"Tinggalkan dunia ia memburumu.kau buru dunia ia nemperbudakmu"
Kita berjuang memburu ilmu
Kita bersikukuh mendapatkan harta
Kita genggam jabatan dan kuasa
Demi satu hal sederhana.
"Senua adalah media saja
"Tuk menumpuk amal kebaikan didunia."
Bertarunglah
Demi satu hal yang tak sederhana
Tentang Suatu hari yang pasti tiba. Masa Mencekam dan membimbangkan dada.
Itulah masa pelik dan rumit
Dimana  tiada waktu memperbaikinya
Saat tangisan tanpa air mata
Saat jeritan tiada gema
Disana orang tidur dalam terjaga
Ditempat orang diam dikeramaian
Tempat mereka ingin kembali
Kemasa lalu tuk perbaiki masa silamnya
Sayangnya...
Itu adalah tempat dimana
Tiada peluang bersoal jawab
Sesalan tiada lagi berguna
Kesal tak daya buat direda
Sebelum semua menjadi pelik
Berjalanlah disisa usia
Dengan langkah laku yang sederhana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H