Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengapa PSSI Harus Direformasi, Apa pun Hasil Timnas?

19 Desember 2010   05:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:36 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andaikata timnas lolos ke final dan juara, adakah kredit poin untuk pengurus PSSI saat ini? Apakah itu cukup untuk membayar lunas atas era kegelapan yang mereka buat sejak 2003? Publik sepak bola nasional, seperti diperlihatkan suporter saat timnas berlaga di Piala AFF ini, tidak bisa dikibuli oleh fatamorgana sesaat.

Mereka tetap jernih melihat akar persoalan sepak bola nasional. Sepanjang perhelatan Piala AFF, suporter tak pernah bosan meneriakkan "Nurdin turun! Nurdin turun! Nurdin turun". Dalam berbagai obrolan keseharian maupun dunia maya, tercipta kesadaran di benak publik bola: "Kami mendukung timnas, tetapi tidak untuk pengurus PSSI."

Saya belum pernah melakukan survei, tetapi kita mungkin bisa mengatakan: mungkin tidak ada topik di portal-portal berita atau situs internet yang dipenuhi makian dan umpatan dalam komentar pembaca selain topik soal PSSI. Memang, dari dulu obrolan soal PSSI selalu mengundang polemik dan sering kontroversial. Tetapi, tidak ada yang sekontroversial kepengurusan PSSI sejak dipimpin Nurdin Halid mulai 21 Oktober 2003 hingga saat ini.

Setelah terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, ia kerap berurusan dengan masalah hukum dan mendekam di penjara dalam kasus korupsi. Bukan hanya sekali, tetapi dua kali. Jika mengacu pada Statuta PSSI terbaru yang telah diratifikasi FIFA, aturan Pasal 35 Butir 4 berbunyi: "The members of the Executive Committee.. must not found guilty of a Criminal Offense," Nurdin sudah lama tidak layak menjadi Ketua PSSI.

Ketua PSSI adalah Ketua Komite Eksekutif, jadi aturan itu seharusnya juga mengikat Nurdin. Tetapi, ahh.. apa masih ada gunanya berbicara aturan dengan PSSI, termasuk dengan AFC dan FIFA? Publik pun berusaha memaklumi ketika ia ingin menjabat Ketua PSSI dengan "back up" FIFA, dengan harapan ia berubah dan membawa sepak bola ke arah perbaikan.

[caption id="attachment_78893" align="alignright" width="300" caption="Apakah Ketua PSSI seperti ini yang dibutuhkan sepak bola Indonesia? (FOTO: VIVANEWS.COM)"]

12927362251700253845
12927362251700253845
[/caption] Namun, Nurdin tidak berubah dan masih seperti dulu. Sejak ia terpilih hingga jabatan keduanya mau habis, berbagai persoalan timnas dan kompetisi seperti tak berkesudahan. Bukan persoalan lumrah yang biasa muncul, tetapi lebih pada masalah miss-management, termasuk transparansi keuangan. Rapat-rapat Komite Eksekutif PSSI tidak pernah terpublikasikan agendanya seperti rapat gelap. Pengelolaan dana PSSI juga tidak pernah jelas. Bahkan, sampai hari ini, mereka tidak pernah mau mengumumkan isi Statuta PSSI ke publik. Seorang rekan pernah meminta Sekjen PSSI Nugraha Besoes untuk meminjam Statuta PSSI itu, tetapi tidak diberi. Seborok-boroknya FIFA, mereka masih mau mempublikasikan statuta mereka plus laporan dana. Begitulah, tidak akan pernah habis kita membicarakan sisi gelap kepengurusan PSSI. Bukti terbaru buruknya manajemen PSSI tercermin pada ketidakmampuan mengelola tiket laga semifinal kedua Piala AFF, Indonesia vs Filipina, yang kisruh. Dan masih banyak lagi sisi-sisi gelap lainnya. Lantas, adakah sisi terangnya? Sering diklaim, PSSI sukses memutar kompetisi hingga masuk peringkat ke-8 Asia dan juaranya tampil di Liga Champions Asia. Namun, jangan lupa: di samping ada borok di sana-sini, menurut salah satu pejabat PT Liga Indonesia, penilaian plus AFC itu lebih didasarkan pada tingginya animo penggemar sepak bola negeri ini yang tak pernah bosan memadati stadion-stadion. Penonton dan suporterlah yang punya andil besar mengangkat sepak bola Tanah Air, di samping pemain, pelatih dan ofisial klub-klub. Di tangan merekalah, sepak bola negeri ini bisa hidup dan semarak seperti sekarang. Bukan PSSI! Sudah saatnya seluruh insan sepak bola menyatukan langkah untuk menciptakan atmosfer sepak bola yang lebih bagus. Hanya satu jalan ke arah itu, yaitu dukung habis timnas, tetapi jangan lupa: reformasi PSSI!*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun