Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menghargai Kekalahan Barcelona (Juga Lyon)

22 April 2010   15:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kita saksikan bersama, dua tim yang harus melakukan perjalanan darat menjelang duel leg pertama semifinal Liga Champions (Barcelona dan Olympique Lyon) menyerah dari tuan rumah (Inter Milan dan Bayern Muenchen). Lyon kalah tipis 0-1; Barcelona kalah dengan skor lebih telak, 1-3. Masih adakah harapan bagi kedua klub yang menyerah itu membalik kekalahan menjadi tiket ke final? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita harus salut pada kedua klub yang kalah itu. Tak satu pun dari mereka yang menghambinghitamkan perjalanan darat sebagai biang kekalahan tersebut. Padahal, bisa dibayangkan betapa lelahnya pemain Barcelona seusai melahap jarak hampir 1.000 kilometer Barcelona-Milan dengan naik bus selama 14 jam. Lyon juga harus melakoni konvoli perjalanan darat dengan 10 van Lyon-Muenchen. Hal itu tidak bisa mereka hindari setelah hampir semua bandara di Eropa ditutup akibat bencana letusan volkano di Eslandia, sementara UEFA tidak mau mengubah jadwal laga tersebut. "Benar, itu perjalanan panjang," kata Pep Guardiola, Pelatih Barcelona, setelah timnya kalah. "Tetapi, saya tidak mau membuat pemakluman. Saya bukan dokter, jadi tidak bisa mengatakan dampak fisik (perjalanan darat itu bagi pemain." Kalimat senada diucapkan Pelatih Lyon, Claude Puel. [caption id="attachment_124533" align="alignnone" width="300" caption="Guardiola tidak meratapi beratnya perjalanan darat 1.000 kilometer Barcelona-Milan. "][/caption] Hanya satu yang dikeluhkan Guardiola, yaitu kondisi lapangan Stadion Giuseppe Meazza, Milan, yang menyulitkan permainan anak buahnya. Rob Hughes, kolumnis "International Herald Tribune", --entah bercanda atau serius-- mencoba mensistematisasi cara menaklukkan Barcelona sebagai berikut: pertama, buatlah Barcelona memainkan derbi lokal dulu (Barcelona ditahan Espanyol 0-0 sebelum bertolak ke Milan). Kedua, ciptakan situasi agar pemain Barcelona melakoni perjalanan darat sepanjang 24 jam; ketiga, jangan pernah menyiram rumput lapangan yang akan digunakan untuk menghadapi Barcelona (lapangan yang disiram akan membuat aliran bola permainan khas Barcelona lebih mulus dan cepat); dan keempat, kontraklah pelatih spesial seperti Jose Mourinho. [caption id="attachment_124538" align="alignnone" width="198" caption="Perlu pelatih se-spesial Jose Mourinho untuk menumbangkan Barcelona."][/caption] Kembali ke pertanyaan: masih adakah harapan bagi Barcelona dan Lyon? Salah seorang rekan pendukung Barcelona beberapa kali mengatakan, "Satu-satunya klub yang membuat saya tidak mengkhawatirkan hasil akhir, meski tertinggal dan kalah lebih dulu, hanyalah Barcelona." Saya mengagumi Barcelona lebih pada gaya permainan mereka yang mencerahkan. Permainan yang lahir dari sebagian besar pemain-pemain hasil binaan sendiri, bukan dari pemain-pemain hasil belanja. Orang yang awam sepak bola pun bisa langsung jatuh cinta pada sepak bola jika melihat permainan Barcelona. Pelatih Arsenal Arsene Wenger pernah mengatakan, salah satu kontribusi terpenting Barcelona pada peradaban sepak bola adalah sentuhan seni (art) pada olahraga si kulit bundar itu. Melihat permainan Barcelona tak ubahnya menikmati sebuah karya seni. [caption id="attachment_124540" align="alignnone" width="300" caption="Atraksi seperti akrobatik Pedro inilah yang membuat permainan Barcelona enak ditonton."][/caption] Kemenangan Inter 3-1 atas Barcelona di Milan, Selasa lalu, belum mengkonfirmasi tim yang bakal lolos ke final. Hasil itu baru memberi pesan, Inter bulan lagi tim kecil di Liga Champions. Mereka, seperti dikatakan Mourinho, bukan lagi kumpulan para pemain yang ketakutan saat bertanding di Liga Champions. Mereka sudah disulap "the Special One" dan mentransformasi diri menjadi tim hebat di kompetisi antarklub Eropa itu. Inter menjadi tim pertama yang menaklukkan Barcelona di bawah Pelatih Pep Guardiola lebih dari satu gol. Sejak melatih El Barca musim panas 2008, ia memimpin klub itu pada 114 laga tanpa pernah kalah lebih dari satu gol. Dalam konteks ini, tiga gol dari Wesley Sneijder, Maicon, dan Diego Milito, Selasa (20/4) lalu, telah mencatatkan rekor baru kekalahan Barcelona racikan Guardiola. Seperti biasa, Barcelona memenangkan penguasaan bola, yakni 68 persen berbanding 32 persen penguasaan Inter. Namun, faktor penguasaan bola itu dibuat tidak berguna oleh Mourinho dan bahkan dijadikannya senjata untuk memukul balik. Di luar dugaan, pelatih asal Portugal itu menurunkan formasi tiga striker, yaitu Goran Pandev, Milito, dan Samuel Eto'o. Tampilnya tiga bomber itu, dengan motor Sneijder di lini tengah, Inter tampil sangat agresif. Elemen agresif permainan itu sangat penting dan dibutuhkan bagi serangan-serangan balik Inter setelah bola direbut dari Barcelona. "Kami terlalu mudah kehilangan bola. Kami tahu apa yang terjadi berikutnya jika kehilangan bola, yaitu mereka akan berusaha dan menyerang balik kami, mencari celah di belakang kami dengan melepaskan penyerang-penyerang mereka," demikian Guardiola mencoba menyimpulkan kenapa timnya kalah. Selain itu, kunci sukses Mourinho menjinakkan permainan posesif Barcelona yang biasa memainkan passing-passing maut itu, adalah penempatan posisi pemain yang tepat. Taktik ini terbukti lebih jitu daripada resep yang dilontarkan eks bek Italia, Claudio Gentile, yang dikenal sebagai pengawal ketat Maradona di Piala Dunia 1982, agar Inter mematikan Lionel Messi lewat man-to-man marking. "Anda butuh orang yang cepat dan atletis, yang bagus dalam membaca permainan dan bisa meyakinkan bahwa di (Messi) tidak mendapat bola," papar Gentile. Tidak perlu pemain seperti Gentile, Inter cukup menempatkan pemain secara tepat untuk memutus mata rantai serangan Barcelona. Siapa yang dekat dengan Messi, apakah bek kiri Javier Zanetti atau gelandang Cambiasso —keduanya asli Argentina, seperti Messi— atau Thiago Motta atau siapa pun, harus merebut bola dari Pemain Terbaik Dunia itu. [caption id="attachment_124542" align="alignnone" width="300" caption="Hanya dengan cara beginilah Lionel Messi bisa dimatikan."][/caption] Kepemimpinan wasit Olegário Benquerença, yang satu negara dengan Mourinho (Portugal), sempat dikeluhkan gelandang Barcelona, Xavi. Memang benar, wasit itu dan dua asistennya kecolongan tak melihat gol Milito yang offside. Ia juga kurang cermat menilai Dani Alves diving saat terjatuh di kotak penalti disenggol Sneijder. Bagaimana kira-kira di Nou Camp, Rabu depan? Kedua tim bakal berjumpa lagi, Rabu depan, di Nou Camp. Satu "hal positif" dari kekalahan Barcelona itu adalah mereka bisa mencuri gol lewat Pedro Rodriguez. Pada penyisihan grup, Barcelona memukul Inter 2-0. Jika mampu mengulang hasil tersebut, skor itu cukup meloloskan Barcelona. Barcelona bakal tidak diperkuat bek Carles Puyol yang terkena akumulasi kartu kuning, seperti halnya gelandang Dejan Stankovic di kubu Inter. Mungkin ada pengaruhnya, tetapi musim ini mereka membuktikan bisa menang 4-1 atas Arsenal di kandang bahkan tanpa Puyol-Gerard Pique di lini belakang. Catatan penampilan kandang Barcelona pada babak knock-out juga memesona. Musim 1999/2000 ketika mereka dilatih Louis van Gaal —kini Pelatih Bayern Muenchen— dengan asisten Mourinho, Barcelona membalik kekalahan tandang 1-3 di Chelsea menjadi kemenangan 5-1 saat waktu ekstra. Musim ini, selain menang 4-1 atas Arsenal setelah seri 2-2 saat tandang, Barcelona juga menang 4-0 atas VfB Stuttgart setelah tertahan 1-1 saat tandang. Lawan kali ini memang berbeda. Dari sudut pandang lawan, Inter juga punya alasan kuat jika performa musim ini jadi acuan. Di babak knock-out, berbeda dari Barcelona yang selalu menjalani laga tandang lebih dulu, Inter selalu menjadi tuan rumah lebih dulu dan mereka berhasil. Di babak 16 besar, mereka menghancurkan Chelsea 2-1 di kandang, lalu menang 1-0 saat tandang. Di perempat final, mereka memukul CSKA Moskwa 1-0, lalu kembali menang 1-0 saat menjadi tim tamu. Jika logika itu diikuti, Inter seharusnya menang atau setidaknya menyingkirkan Barcelona dan merebut tiket ke final untuk pertama kali sejak 1972. Apakah itu yang akan terjadi? Wallahu a'lam. Yang jelas, situasinya juga bakal berbeda pada leg kedua nanti. Bukan soal Barcelona tidak perlu menghabiskan waktu dalam perjalanan 14 jam dengan bus, tetapi juga soal status kandang mereka. Berbagai persiapan mulai dirancang Guardiola, dari yang bersifat teknis dan non-teknis. Yang non-teknis, misalnya, rumput Stadion Nou Camp dikabarkan dipotong lebih pendek dan akan disiram untuk menjamin berjalannya skema dan gaya permainan khas Barcelona. [caption id="attachment_124550" align="alignnone" width="300" caption="Inspirator kemenangan Barcelona 2-0 atas Manchester United di final Liga Champions musim lalu. Adakah inspirator lain untuk laga di Nou Camp, Rabu depan?"][/caption] Guardiola mungkin juga menyiapkan tayangan video mirip film "Gladiator" yang dia putar di ruang ganti sebelum Barcelona memukul Manchester United 2-0 di final musim lalu. Kapasitas Nou Camp yang lebih besar daripada Giuseppe Meazza, juga memungkinkan teror penonton bakal lebih dahsyat. Soal taktik, mungkin saja ada kejutan yang tengah disiapkan Guardiola, seperti saat menempatkan bek kanan Dani Alves sebagai sayap kanan meski rasanya kecil kemungkinannya karena absennya Puyol. Seperti apa hasil akhir drama semifinal ini, kita tunggu Rabu depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun