Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hendri Mulyadi Pantas Memperkuat Timnas!

7 Januari 2010   17:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lupakan sejenak Bambang Pamungkas atau Boaz Solossa. Telah muncul bintang baru sepak bola Indonesia. Hendri Mulyadi namanya. Usianya baru 20 tahun, umur yang bagi umumnya pemain sepak bola memasuki "usia keemasan". Ia bukan hanya menjadi "pemain ke-12" (dalam arti sebenarnya, lho) tim Indonesia saat tertinggal 1-2 dari Oman pada kualifikasi Piala Asia 2011 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (6/1) malam. Ia ikon dan simbol dari segala-segalanya. Ekspresi nyata puncak kekecewaan penggemar sepak bola negeri ini atas terpuruknya prestasi timnas yang seperti tak pernah berakhir. Juga, satire atas memble-nya penampilan Charis Yulianto dan kawan-kawan yang hampir sepanjang 90 menit seperti tengah belajar sepak bola pada Oman. Lihatlah heroisme Hendri memasuki lapangan, berlari-lari melewati hadangan Boaz, merebut bola di depan bangku tim Indonesia, lalu mendribel bola (yang tak kalah hebatnya dibanding Boaz). Dan ahaiii... berusaha mencetak gol ke gawang Oman yang dijaga klub Liga Primer Inggris, Ali Al-Habsi. Ia seolah ingin mengatakan pada Pelatih Benny Dollo, Charis Yulianto, dan pemain Indonesia lainnya, "Begini lho cara bermain sepak bola.. Setelah bisa merebut dan menguasai bola, serang ke gawang, dan tembaklah tepat ke gawang." "Indonesian fan shows team how its done," demikian judul sebuah situs tentang berita unik tersebut. Kejadian itu telah menyedot perhatian dunia. Berita kemunculan bintang baru sepak bola Indonesia tersebut dalam waktu singkat menyebar ke seluruh pelosok jagat ini, dalam kemasan serius maupun joke. "Frustrated Indonesian fan becomes late sub," demikian tulis kantor berita Reuters, yang dalam sekejap dikutip berbagai situs terkemuka dunia, seperti BBC, ESPN, dan sebagainya. Semua penggemar sepak bola negeri ini (kecuali pengurus PSSI yang khawatir dengan sanksi AFC), saya yakin, mengacungi jempol pada aksi Hendri. Itu yang setidaknya terlihat dari obrolan di sejumlah forum maya jejaring sosial, seperti facebook. Ada yang menginginkan dan mendukung dia sebagai Ketua Umum PSSI, yang sudah mencapai ribuan suara. Ada pula yang berharap, agar Hendri jadi pemain timnas. Bahkan, ada yang ingin mengangkatnya menjadi Pahlawan Reformasi PSSI, Pahlawan Timnas Garuda, ada juga yang berharap menjadikannya nama kelompok suporter (Hendri Mulyadi Fans Club), dan lain-lain. "Seharusnya dia yang direkrut Benny Dollo masuk timnas. Bagaimana Benny Dollo sampai kecolongan tidak merekrutnya," demikian saya berseloroh kepada rekan saat berjalan menuju ruang jumpa pers seusai laga. Selama meliput sepak bola nasional sejak akhir tahun 1990-an, sudah tak terhitung saya menyaksikan masuknya suporter ke tengah lapangan baik saat pertandingan masih berlangsung maupun setelah berakhir. Tawuran antarsuporter, suporter saling lempar batu dan benda-benda keras lainnya, suporter atau ofisial menabok wasit, hingga mereka yang membakar gawang, sudah menjadi menu rutin sepak bola Tanah Air. Di luar negeri, kejadian serupa juga sudah berulang kali terjadi, tetapi biasanya segera diringkus aparat tak lama setelah masuk lapangan. Namun, sepanjang yang saya tahu, belum ada peristiwa masuknya suporter ke lapangan yang seunik Hendri Mulyadi. Keunikannya, tak lain dan tak bukan, terletak pada kemampuannya menguasai bola, menggiringnya, dan hingga menceploskan tendangan ke gawang. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng pun dengan nada bercanda menyesalkan, kenapa tendangan Hendri tidak sampai berbuah gol setelah ditahan kiper Ali Al-Habsi yang mesam-mesem. "Mungkin saking dia gregetan, ingin langsung, kok tidak gol-gol, ingin membantu sendiri supaya PSSI bisa menang lewat tendangan kakinya sendiri. Tapi toh tendangan dia juga tidak gol," kata Bapak Menteri. Bagaimana perasaan Hendri? "Saya kecewa tidak bisa membobol gawang Al Habsi. Tendangan saya memang terlalu lemah karena pakai celana panjang. Kalau pakai celana pendek, mungkin ceritanya akan beda," tutur Hendri kepada wartawan. "Itu semua bentuk kekecewaan saya terhadap permainan timnas dan PSSI." Dan ceritanya mungkin beda juga, Ndri, andaikata tendangan itu berbuah gol dan sempat dilihat Pelatih Arsenal, Arsene Wenger. Mungkin kamu akan direkrut Wenger di bursa jendela transfer Januari ini... Heheheh... Rabu itu, Arsenal seharusnya menjamu Bolton (klub tempat Ali Al-Habsi bergabung) di Liga Primer, tetapi laga itu dibatalkan karena badai salju di Inggris. Pelatih Oman Claude Le Roy dalam jumpa pers tak mampu menyembunyikan "kekagumannya" atas aksi Hendri. Kekaguman pelatih asal Perancis yang pernah membawa Kamerun juara Afrika 1988 dan melatih Kamerun di Piala Dunia 1998 terletak pada usaha Hendri dalam menggocek bola dan upayanya mencetak gol. "Ini salah satu bentuk fanatisme yang luar biasa warga Indonesia pada sepak bola," kata Le Roy tersenyum. Dipantati wartawan Oman Tanpa ada aksi Hendri, Rabu malam itu bakal menjadi malam yang amat kelam bagi suporter Indonesia. Kami, wartawan yang duduk di tribune media, tidak terhitung berapa kali melontarkan umpatan demi umpatan melihat permainan tim polesan Benny Dollo. Kata-kata "goblok", "bodoh", dan sejenisnya berkali-kali menyembur dari mulut. Hanya pada saat kiper Markus Horison mematahkan tembakan-tembakan pemain Oman, mungkin "kosa kata kebun binatang" itu terhenti. Semua tahu, Indonesia tidak bisa tampil dengan kekuatan tim penuhnya terkait absennya bek Maman Abdurahman, Ismed Sofyan (skorsing), Ricardo Salampessy (cedera). Tetapi, itu seharusnya bukan alasan dari penampilan buruk malam itu. Toh, seperti dikatakan ofisial Oman, tim tamu juga tidak diperkuat sejumlah pemain pilarnya yang bermain di klub-klub Arab di luar Oman. Melihat dua atau tiga kali Boaz menendang dengan kaki kirinya saat mendapat bola, kaki ini seperti ingin menendang meja. Puncak keterhinaan terjadi saat gelandang Oman, Fawzi Bashir, mencetak gol menit ke-32 dengan sundulan atas umpan tendangan bebas rekannya di depan kotak penalti. Tidak habis pikir melihat bagaimana gol itu tercipta. Soalnya, proses golnya hampir sama persis dengan gol sundulan striker Hassan Al-Housni dari tendangan bebas serupa, yang dianulir wasit karena tidak mengikuti aba-aba. Wartawan Oman yang duduk di deretan bangku terdepan menari-nari kegirangan, sambil menggoyangkan pantatnya, persis di depan wajah. Harapan itu muncul setelah Boaz menyamakan 1-1, beberapa saat menjelang turun minum. Di awal babak kedua, pemain Indonesia terlihat seperti akan bermain kesetanan: agresif, cepat, mobilitas pemain tinggi, dan tampak haus gol. Eh, itu hanya berlangsung sekitar lima menit. Permainan agresif itu tidak ditopang pertahanan kokoh. Beberapa kali pemain Indonesia membuat blunder. Isnan Ali, Syamsul Chaerudin, dan Boaz dengan mudah bisa dilewati pemain Oman. Klimaksnya, ya gol kedua Oman yang dicetak striker Ismael Al-Ajmi di babak kedua. Ponaryo Astaman sempat melakukan tindakan berbahaya saat melakukan back pass ke kotak penalti, di saat beberapa pemain Oman tidak jauh dari jantung pertahanan "Merah-Putih" itu. Ponaryo membalas kesalahannya dengan memberi umpan terobosan ke Boaz, tetapi striker Persipura ini kembali gagal melepaskan tendangan. Kekecewaan penonton sulit ditahan memasuki menit ke-80-an. Sebagian dari mereka memilih meninggalkan tribune. Nah, dalam situasi penuh kekesalan itu, datanglah oase penyejuk suasana, yaitu aksi Hendri Mulyadi yang sangat menghibur. Pantas perkuat timnas Andaikata, sekali lagi andaikata, Hendri turun sejak babak pertama, skor laga mungkin berbeda. Sekali menendang bola, tembakannya sudah tepat mengarah ke gawang. Istilahnya dalam kamus sepak bola, shoot on goal, salah satu indikator agresivitas dan akurasi gempuran ke gawang lawan. Andaikata Hendri turun agak lama, bisa saja skornya 4-2 untuk Indonesia. Dan Indonesia masih punya peluang saat menjalani laga terakhir lawan Australia di Brisbane, 3 Maret mendatang. Heheheh... (Mimpi kali, yee) Pada hari yang sama di Kuwait, Australia bermain imbang 2-2 lawan tuan rumah. Hasil ini membuat belum satu pun tim dari Grup B yang lolos ke putaran final di Qatar, 2011. Nasib Australia masih harus ditentukan saat lawan Indonesia meski hasil seri cukup bagi mereka. Laga terakhir itu digelar pada kalender internasional. Pemain-pemain top Australia di klub-klub Eropa hampir bisa dipastikan pulang kampung. Karena itu, siapa pun yang bakal menangani timnas, jangan lupakan Hendri. Bawa dia ke Brisbane agar kembali mengajari bagaimana bermain bola pada skuad "Merah-Putih". Indonesia sudah tersingkir. Tetapi, siapa tahu dengan bantuan Hendri, Indonesia bisa membuat kejutan, membuat Australia yang bakal tampil di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan itu tersingkir dari ajang Piala Asia 2011. Bukan demikian, Hendri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun