Kamu pasti punya teman dekat yang warga lokal kan, kalau bukan, minimal rumahnya hanya 2-4 kabupaten/kota dari kampusmu. Saya punya cerita.Â
Jadi saya berkuliah di Kota Semarang, sedangkan saya asalnya dari daerah Sulawesi Tenggara. Waktu libur idul adha di kampusku biasanya sangat singkat, hanya 1-2 hari saja.Â
Dengan tiket pesawat yang sangat mahal, waktu 24 jam di rumah teap saja rasanya kurang sepadan jika ekonomi keluarga pas-pasan.Â
Akhirnya saat itu saya memutuskan untuk tidak pulkam. Stay di Jawa. Kekhawatiran akan rasa sepi saat idul adha pasti muncul.Â
Tapi, syukurnya saya punya teman, namanya Arif, dia teman satu asramaku. Dia orang Kendal, tepatnya di daerah Kecamatan Sukerejo.Â
Tau saya tidak pulkam, dengan itikad baik dia mengundangku untuk ikut lebaran di rumahnya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung ikut. Kami ke sana lewat daerah Sumowono, cuacanya dingin sekali, dan ada kabut yang cukup tebal sepanjang perjalanan.Â
Mungkin sekitar 2 jam perjalanan dari Tembalang, Kota Semarang kami pun sampai di rumah Arif. Dan ternyata di sana juga dingin.Â
Daerahnya di ketinggian, Gunung Prau terlihat jelas dari rumah temannku. Suasana desanya juga asri. Ada banyak sayur-sayuran yang ditanam oleh warga lokal.
Sesampainya di sana, saya ingin istirahat karena capek di perjalanan. Tapi keluarga temanku memaksa untuk ikut makan dulu. Sebenarnya saya agak sungkan dan ga enakan, tapi dipaksa. Katanya tidak sopan menolak ajakan itu.Â
Akhirnya saya ikut makan,toh saya juga mulai lapar dan butuh asupan yang hangat untuk tubuh yang menggiggil saat itu.
Keesokan harinya, saya sholat. Dan momen terbaiknya saat pulang dari masjid. Aneka masakan kue khas jawa sudah menghiasi meja ruang tamu rumah itu. Dengan sedikit malu-malu, saya ikut mencicipi satu piring nasi hangat lengkap dengan rawon sapinya.Â