Salah satu argumen tradisional untuk ekonomi pasar bebas adalah bahwa hal itu memberikan insentif nyata kepada bisnis untuk menawarkan barang dan jasa yang diinginkan orang. Artinya, perusahaan yang berhasil merespon kebutuhan konsumen mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Namun demikian, beberapa ekonom dan filsuf politik berpendapat bahwa model kapitalis secara inheren cacat. Sistem seperti itu, kata mereka, pasti menciptakan pemenang dan pecundang yang jelas.
Karena alat-alat produksi berada di tangan swasta, mereka yang memilikinya tidak hanya mengumpulkan bagian kekayaan yang tidak proporsional, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menekan hak-hak orang yang mereka pekerjakan.
Teori Sosialis
Gagasan tentang konflik kelas terletak di jantung sosialisme. Suara yang paling menonjol datang dari Karl Marx, ia percaya bahwa pekerja berpenghasilan rendah, yang dihadapkan pada ketidakadilan ini, pasti akan memberontak melawan kaum borjuasi kaya. Sebagai gantinya, dia membayangkan sebuah masyarakat di mana pemerintah---atau para pekerja itu sendiri---memiliki dan mengendalikan industri.
Berbeda dengan kapitalisme, kaum sosialis percaya kepemilikan bersama atas sumber daya dan perencanaan pusat menawarkan distribusi barang dan jasa yang lebih adil. Singkatnya, mereka berpendapat bahwa pekerja yang berkontribusi pada hasil ekonomi harus mengharapkan imbalan yang sepadan. Sentimen ini terkristalisasi dalam slogan sosialis: "Dari masing-masing sesuai kemampuannya, untuk masing-masing sesuai kebutuhannya."
Berikut adalah beberapa prinsip utama sosialisme:
1. Kepemilikan publik atau kolektif atas alat-alat produksi
2. Perencanaan ekonomi yang terpusat
3. Penekanan pada kesetaraan dan keamanan ekonomi
4. Tujuannya mengurangi perbedaan kelas
Marx sendiri berpendapat bahwa menggulingkan tatanan kapitalis yang ada membutuhkan revolusi yang dipimpin oleh kelas pekerja atau proletariat. Namun, banyak pemimpin sosialis---termasuk "sosial demokrat" yang berpengaruh di Prancis, Jerman, dan Skandinavia---menganjurkan reformasi, alih-alih mengganti kapitalisme untuk mencapai kesetaraan ekonomi yang lebih besar.
Sumber kebingungan lain mengenai istilah "sosialisme" berasal dari fakta bahwa istilah itu sering digunakan secara bergantian dengan "komunisme". Padahal, kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.