Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Book

Pendidikan Kaum Tertindas Karya Paulo Freire (Resensi)

11 Januari 2023   11:45 Diperbarui: 11 Januari 2023   12:07 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Freire menyatakan bahwa "Guru menampilkan dirinya kepada siswanya sebagai hubungan yang  berkebalikan; dengan menganggap ketidaktahuan mereka mutlak, dia membenarkan keberadaannya sendiri." (Freire, 2000, P.72). Misalnya: guru mengajar dan siswa belajar; guru mengetahui segala sesuatu dan siswa tidak mengetahui apapun; dan guru berbicara, siswa hanya mendengarkan (Freire, 2000). Kemampuan pendidikan perbankan hanya melayani kepentingan para penindas, yang tidak ingin dunia terungkap atau melihatnya berubah (Freire, 2000).

Freire mengusulkan model sistem pendidikan baru yang disebut pendidikan pembebasan, yang memungkinkan siswa belajar dengan pemahaman dengan melibatkan pemikiran kritis dan analisis kritis melalui praksis. Pembebasan adalah sebuah praksis, yang digambarkan Freire sebagai "refleksi dan tindakan yang diarahkan pada struktur yang akan diubah" (Freire, 2000, hal.126). Praksis merupakan perpaduan antara teori dan praktik, yang berarti melibatkan, menerapkan, mempraktekkan, dan menerapkan berdasarkan teori (Freire, 2000). 

Pendidikan yang membebaskan terdiri dari tindakan persepsi, pemahaman dan kesadaran, bukan hanya pengalihan informasi. "Oleh karena itu, praktik pendidikan hadap-masalah sejak awal mensyaratkan agar kontradiksi guru-siswa harus diselesaikan" (Freire, 2000, hal. 80).

Terakhir, Freire berpendapat bahwa melalui dialogis dan partisipatif dengan akar rumput akan menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan di masyarakat. Ia menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan untuk diam, tetapi untuk memiliki kata dan kerja, atau refleksi dan tindakan. Dialog terjadi antara orang-orang yang menghormati hak orang lain untuk berbicara dengan cinta, harapan, iman, dan kerendahan hati. Dialog tanpa cinta, kerendahan hati dan iman, tidak dapat membangun kepercayaan dan kepercayaan bergantung pada bukti sebelum seseorang memberikan kata-kata yang sebenarnya kepada orang lain. 

Juga, dialog yang benar mencakup pemikiran kritis para pelaku dialog. Proses dialogis adalah cara untuk bergerak menuju hasil yang berkelanjutan. Freire memiliki gagasan tentang tindakan transformatif, misalnya, kepemimpinan yang baik adalah memimpin dengan kasih sayang dan memberikan partisipasi masyarakat, dengan dialog dan tindakan sebagai transformasi, dan kepemilikan transformasi terjadi selama proses partisipatif itu. Seorang pemimpin yang baik harus memfasilitasi kesadaran kritis, karena mungkin saja masyarakat mulai mengetahui bahwa pendidikanlah yang berperan dalam mewujudkan kesadaran tersebut. 

Freire menyarankan kaum tertindas untuk percaya bahwa mereka dapat membuat perubahan dan mandiri, serta memberikan kesempatan kepada orang untuk berdialog dan membuat perubahan untuk masalah mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk membawa perubahan yang berkelanjutan bukanlah intervensi tetapi semua orang dapat berpartisipasi dan terlibat untuk menemukan solusi dari masalah mereka. Seperti yang dikatakan Freire "sangatlah penting bahwa kaum tertindas berpartisipasi dalam proses revolusioner dengan kesadaran yang semakin kritis akan peran mereka sebagai Subyek transformasi" (Freire, 2000, hal.127).

Penilaian terhadap kelebihan atau kekurangan buku tersebut

 Secara umum keunggulan Pendidikan Kaum Tertindas adalah (harapan) cara pandang penulis (Freire) yang positif dalam hubungan antara yang tertindas dan penindas, yaitu hubungan saling menghormati, hubungan kemanusiaan, nilai sikap, dan nilai hormat. 

Dia menyarankan model pendidikan baru untuk memungkinkan siswa atau yang tertindas untuk memahami dunia secara kritis. Selanjutnya, perspektifnya sangat optimis dengan keyakinan, harapan dan cinta pada orang untuk mendorong mereka agar benar-benar berpartisipasi dalam dialog dari setiap proses pengambilan keputusan untuk perubahan berkelanjutan yang lebih baik. Gagasan-gagasan ini bermanfaat bagi yang tertindas dan mereka (misal kader HMI) yang berjuang untuk diterapkan dalam membuat perubahan sosial yang berkelanjutan.

Sebaliknya, sebagian besar gagasan Freire dalam Pendidikan Kaum Tertindas tampaknya sangat menantang orang-orang berkuasa atau penindas, untuk memberdayakan yang tertindas dan mereka yang berjuang bersama mereka untuk melawan kekuasaan dan bebas dari penindasan. 

Freire mengungkapkan bahwa dengan sedekah semu dari kaum penindas, bukanlah perubahan yang permanen bagi masyarakat. Tapi yang diperlukan adalah meningkatkan humanisasi, seperti memberikan kesadaran kritis, penyadaran, informasi, fasilitasi yang baik, kepemimpinan dan pembangunan kerjasama. Namun, itulah yang paling menantang bagi masalah sosial di sektar kita.  untuk mengikuti sikap Freire sulit diterapkan karena dalam praktik nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun