Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gagasan Bung Karno Berdikari di Bidang Ekonomi: Salah Tafsir dan Realita Hari Ini

29 Juni 2022   22:01 Diperbarui: 29 Juni 2022   22:04 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh karena itu, kelemahan dari pendapatan per kapita sebagai indikator pembangunan ekonomi adalah ketidakmampuanya dalam melihat kesejahteraan secara utuh. 

Jika menelisik data dari BPS, pertumbuhan ekonomi secara agregat dan pendapatan per kapita selama lima tahun terakhir cenderung mengalami pertumbuhan yang positif diatas 5% (BPS, 2021) Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang positif dianggap sebagai keberhasilan pembangunan ekonomi. 

Dengan cara pandang seperti itu, orientasi dari setiap kebijakan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dihitung secara agregat. Namun, jika ditelisik sedikit lebih tajam, pertumbuhan ekonomi yang kosnisten tersebut belum berdampak signifikan pada pemerataan pendapatan. Data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa rasio indeks gini di Indonesia adalah secara rata-rata nasional adalah 0,381. 

Bahkan di beberapa daerah seperti D.I. Yogyakarta dan DKI Jakarta, nilai indeks gini-nya mendekati 0,5 (Katadata, 2022). Untuk diketahui, rasio gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti ketimpangan makin tinggi. 

Dengan angka indeks gini seperti itu, maka bisa kita ditarik sebuah konklusi bahwa ketimpangan pendapatan di indonesia masih cukup tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi yang positif. Argumen ini diperkuat oleh penelitian empiris yang dilakukan oleh Khairul Amri (2019), dengan obek data panel 26 prvinisi di Indonesia. 

Temuan dalam penelitian tersebut adalah, dalam jangka pendek, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Hubungan yang positif memberi makna jika terdapat pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan juga naik. 

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi bukan karena didorong oleh peningkatan kesejahteraan oleh semua masyarakat, tetapi hanya dari sekolompok orang saja. Jika merujuk juga pada laporan Bank Dunia (2015), dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi hanya datang dari 20 persen masyarakat. 

Dampak dari hal tersebut, kemiskinan hanya akan berkurang dalam skala sedikit jika populasi yang menerima manfaat yang timbul dari pertumbuhan ekonomi dari segelintir masyarakat saja. 

Kondisi ini kemudian dapat membuka peluang peningkatan kemiskinan sebagai akibat dari meningkatnya ketimpangan pendapatan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi (Hasan, 2021).

 Fakta-fakta kondisi ekonomi yang saya uraikan tadi kontradiksi dengan apa yang dicita-citakan oleh Bung Karno dalam gagasanya mengenai berdikari dalam ekonomi yang mengharapkan kemandirian ekonomi menuju kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Tentunya, realitas ini adalah sebuah pengingat bahwa pembangunan yang menitikberatkan pada aspek pertumbuhan dalam batas-batas tertentu akan mengabaikan aspek pemerataan. Selain itu, keberhasilan pembangunan yang ditinjau dari tolok ukur ekonomi klasik ternyata tidak mampu merefleksikan realitas kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun