Mohon tunggu...
Samsudar Syam
Samsudar Syam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Isi Apa Yah??

Masyarakat biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Corona Vs Kelaparan

23 Maret 2020   11:32 Diperbarui: 23 Maret 2020   11:42 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lockdown Or Social Distance
(Penguncian Atau Pemberlakuan Jarak Sosial)

Kami Usulkan Ini...

====

Saya ingin mengkritisi foto media massa terlebih dulu. Dimana juru bicara terkait virus corona ditampilkan sedang tersenyum saat mengumumkan peningkatan pasien positif corona virus di Indonesia. Kurang etis! Bahkan pribadi saya menilai sebuah hal yang memalukan.

====

Ini bukan tentang itu. Saya mau bilang, jika kita (seluruh rakyat -pejabat juga termasuk- Indonesia) berada di ambang pilihan yang dahsyat. Dua pilihan yang mematikan.

Corona virus atau kelaparan (bagi rakyat pra sejahtera). Dua pilihan ini adalah sebuah realitas yang sangat sulit. Dari dua pilihan itu, ada dua solusi yang selalu muncul di media massa. Penguncian penuh (lockdown) ataukah social distance saja.

Kaitan dampak corona virus tak perlu dijelaskan lagi.

Lah, kok kelaparan, Apa hubungannya?

Gini Bos. Kami yang level ekonominya berada jauh dibawah Anda yang bisa nyetok makanan, tentu akan kelaparan jika terjadi lockdown.

Jangankan sebulan, mungkin ada dari kami yang hanya bisa menyiapkan ketersediaan pangan di rumah sepekan, atau bahkan dua hari paling lama.

"Tidak Kerja Tidak Makan Bos"

Kami bisa apa?

Kalau pemerintah bisa menyiapkan opsi ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam status ini. Kami PASTI siap untuk itu.

Namun jika tidak ada. Mati dengan virus corona akan lebih nikmat bagi kami, dari pada harus melihat anak istri menderita kelaparan.

Ini juga menyangkut kemanusiaan Bos. Kematian akibat kelaparan itu sangat memalukan.

Gimana kalau negara menjamin pemenuhan pangan setiap warga negara bagi kalian yang pra sejahtera di saat seperti ini?

Kalau formula itu sudah ada, tentu apa kata pemerintah kami ikuti. Lockdown tetap makan.

Begitu kira-kira keluhan kami rakyat pra sejahtera melihat persoalan ini jika kebijakan lockdown diterapkan.

***

Kebijakan jarak sosial bagaimana?

Kan ini sudah jalan, tapi masi banyak yang tak melaksanakannya.

Ada yang memang tidak mau taat pemerintah, ada alasan dapur, dan tentu ada-ada saja alasan di negeri ini.

Kami tahu, pemerintah sudah menimbang segala kemungkinannya. Para pakar sudah mengeluarkan analisa terdahsyatnya melihat persoalan ini.

Formulanya pun saya yakin sudah sangat siap. Pada akhirnya, kebijakan akan diambil ketika usai melakukan tes massal.

Bos, jangan lupakan kami rakyat kecil yah!

Keputusan ada di tangan kalian. Kami mah punya pilihan sendiri jika keadaan terpaksa (berburu makanan di kandang singa itu pasti).

***

Sebenarnya apa yang bisa menengahi pilihan-pilihan itu?

Sebagai wong paling cilik, kami pikir jarak sosial ekstim paling tetap.

Maksudnya gimana itu?

Yah... Mungkin itu bisa juga dibilang semi lockdown Pak.

Pemberlakuan penguncian bagi masyarakat level ekonomi atas. Bagi level ekonomi rendah, boleh tetap bekerja dengan syarat yang sangat ketat.

Apa itu? Segala aktivitas ekonomi yang vital harus punya SOP pencegahan penularan virus corona. Tanpa terkecuali.

Baik itu perkantoran, sampai pemulung barang bekas, yah harus ada SOP. Tidak taat, sanksi!

SOPnya? Biarlah pemerintah yang siapkan. Dirancang dari rumah. Kan, work from home.

Sepertinya ini cukup bagi kami pengais rezeky harian, yang mendarah daging istilah "Tidak Kerja Tidak Makan".

Kami bisa makan dan aman dari penyebaran virus, yang sejahtera pun bisa aman tanpa khawatir menjalani penguncian di rumah.

Cukup Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun