Mohon tunggu...
Ganda Samson
Ganda Samson Mohon Tunggu... Ilmuwan - Hidup Matinya Seorang Penulis

Lahir di Pematang Siantar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Social

8 Februari 2022   11:25 Diperbarui: 8 Februari 2022   11:40 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka ketika NU diubek-ubek Negara tahun 1996, dia menghadapi dengan serius tapi santai. AS Hikam -- yang baru pulang dari Hawaii, dimintanya untuk menjelaskan keadaan. Dan menjadi analisis paling komprehensif di tangan NU mengenai hubungan masyarakat dengan negara. Mungkin saja Gus Yahya akan menggunakannya sebagai blue print yang lebih meyakinkan tinimbang konsep syariah yang tidak pernah berangkat dari kondisi riil.

Kita lihat, bagaimana NU di bawah kepemimpinan KH Yahya Staquf, termasuk tafsirnya mengenai zaman keterbukaan dengan seluruh konsekuensinya pada masyarakat lapisan Bawah. Bukankah Gus Dur dulu selalu mengkritik Orde Baru yang disebutnya mampu membuat orang Indonesia tidak bisa membuka mulut, hingga harus selalu berobat ke dokter gigi ke Singapura?

**********

Bersamaan dengan itu, tindakan Jenderal LSP -- melalui semboyan 'Presisi', seolah mampu menggantikan HTI dan FPI (sudah dibubarkan) yang sering memakai pedang untuk menakut-nakuti patologi sosial. Tetapi saya melihat sebaliknya. Bukannya memberantas penyakit sosial, tetapi polisi justru mempertontonkan kebodohan sendiri.

Akhirnya Jenderal LSP meminta persoalan di tingkat Bawah diselesaikan pada tingkat polsek dan polres saja. Tidak harus "No Viral, No Justice", seperti dikeluhkan orang banyak selama ini. Jika Kebebasan mengikuti Moral, konsekuensinya memang seperti itu. Manusia tidak bertanggung-jawab pada dirinya sendiri, tetapi kemudian melihat Agama sebagai katalisator dengan semua problematiknya di zaman globalisasi seterbuka ini.

Tetapi itulah masyarakat Indonesia, seperti dijelaskan Gus Dur berpuluh tahun lalu. Kita mungkin tidak pernah dididik untuk menghargai orang lain, sebagaimana kita harus menghargai diri sendiri. Dalam bidang maupun skala apapun. Terima Kasih.

**********

Saya pun teringat kata-kata Clifford Gertz, yang ditulisnya tahun 1973 ...

"Dengan percaya pada Max Weber, bahwa setiap individu adalah seekor binatang yang bergantung pada jaringan makna yang ditentukannya, menangkap Tacit Knowledge-nya...analisis model ini merupakan ilmu yang bersifat interpretatif untuk mencari makna..."

Maka lahirlah Thick Description. Sebuah Metode.

Hormat dan Salam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun