Ini tentang hati seorang kekasih;
Aku pernah meninggalkannya bahkan mengkhianatinya; aku bukan saja menorehkan luka itu, bahkan retak didadanya meninggalkan bekas yang tidak tersembuhkan oleh waktu. Pergi meninggalkan dengan apapun alasan itu, bagai belati sembilu.
Aku peringatkan selalu untuk muhasabah diriku sendiri;
Karena sebelumnya aku telah terlebih dahulu melewati perjuangan melawan semua ini.
Butuh kesabaran tanpa batas; butuh keikhlasan tanpa pamrih.
Karena yang ingin kutemukan adalah cinta sejatiku; yang sejatinya cinta akan ada oleh diri kita sendiri.
Sekali lagi aku peringatkan untuk muhasabah diriku sendiri;
Hati seorang kekasih bukanlah rumah ibu
Yang kapan saja aku mau; aku boleh datang dan pergi.
Masuk tanpa permisi dan pulang tanpa pesan
Kapan waktu aku lelah boleh singgah
Kapan waktu aku resah boleh bersanggah
Masuk dari pintu manapun
Atau menetap di lorong manapun
Hati seorang kekasih bukanlah rumah ibu
Ia telah rentan oleh waktu
Ia pernah luka olehku
Permukaannya memang telah menunjukkan kesembuhan
Namun cabikan luka hingga mengenai ke dasar jiwanya
Aku peringatkan untuk muhasabah diriku sendiri;
Dimana dinding-dinding hatiku penuh dengan luka serupa
Apapun alasan itu; lukanya serupa lukamu
Namun aku ingin hidup bersama cinta sejatiku
Yang sejatinya cinta akan aku temukan oleh diriku sendiri
Sehinggakan luka kubuat lupa; sesulit apapun itu
Karena yang tulus akan tetap tulus; tidak akan tercampur dengan rakus
Hati seorang kekasih bukanlah rumah ibu
Masuklah saat telah dipersilahkan.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI