The Conqueror of Buitenzorg
Buitenzorg, sebagaimana ditulis Pramudya Ananta Toer dalam buku sastra sejarah Jalan Pos, adalah nama kota Bogor di masa kolonial.
Salah satu ikon Buitenzorg adalah Istana Bogor, yang terletak di dalam Kebon Raya Bogor.
Istana itu merupakan kediaman resmi Gubernur Jenderal. Hingga tahun 1942, istana telah dihuni oleh 38 orang Gubernur Jenderal termasuk Daendels dan Raffles ketika Hindia Belanda di bawah Inggris.  Tjarda van Starkenborg  merupakan Gubernur Jenderal penghuni terakhir. Dia takluk ke Jenderal Immamura Jepang yang menginvasi Hindia Belanda Nusantara.
Setelah pengakuan kedaulatan, tahun 1950 istana Bogor menjadi bagian dari Istana Kepresidenan RI.
Salah satu noktah  historisnya  adalah SuPerSeMar.  Ditandatangani Presiden Soekarno di Istana Bogor pada 11 Maret 1966, lalu dibawa 3 orang Jenderal utusan Soeharto. Banyak pihak menyebut, Supersemar adalah salah satu dari rangkaian kudeta tipis-tipis yang berujung kepada kejatuhan Bung Karno.
Â
Event besar lainnya di sana adalah konferensi APEC 1993, di mana Pak Harto dengan bangga menyatakan kesiapan Indonesia menyongsong globalisasi [Bogor declaration].
Saat ini Istana Bogor merupakan kediaman resmi Presiden Jokowi dan keluarga.
Di sisi luar  seberang Istana terdapat Kantor Walikota, bersebelahan dengan sebuah Hotel yang bergaya Klasik Kolonial.
Hotel didirikan thn  1856 dengan nama Binnenhof Hotel yang dimiliki keluarga Gubernur Jenderal C.F Pahud.
Di zaman Jepang hotel difungsikan sebagai markas Kempetai, dan baru dikembalikan ke Pemerintah RI tahun 1950. Hotel direnovasi, sekarang bernama Hotel Salak The Heritage.
Hotel Salak adalah satu dari 7 hotel historis di Indonesia. Hotel lainnya adalah Hotel Majapahit di Surabaya, yang memicu peristiwa 10 November 1945. [Sudah pernah saya ulas sebelumnya].
Kebun Raya Bogor adalah taman hutan botani seluas 87 HA, Â yang berisi koleksi 15.000 jenis tanaman, didirikan pada 1744 oleh VOC.
Taman ini merupakan kelanjutan dari hutan buatan tanaman langka yang dibangun oleh Prabu Baduga Maharaja Siliwangi pada abad ke 15.