Tapi lihatlah. Pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia, seorang Menteri yang terdepak reshuffle dipanggil kembali ke kabinet yang sama. Itulah pak Jonan. Beliau didapuk memegang Kementerian ESDM. Pak Jokowi tahu mana yang loyang, mana yang emas. Sejarah mencatat itu.
Model etika bermantan berikutnya yang patut diamati adalah Ruhut Sitompul - Sang Raja Minyak dari Medan. Beliau ini seorang manusia serba. Ya politisi, pengacara handal, artis, pengusaha dan komandan preman. Pergaulannya luas. Insting politiknya tajam. Tercatat pernah aktif dan kader menonjol di Partai Golkar, Demokrat dan kini sering bersama PDIP.
Semasa di partai, siap pasang badan membela komandan dan rekannya. Ya Pak Harto, Pak SBY, Mas Ibas, pak Jokowi dan lain lain. Sekalipun sudah pindah partai tidak pernah menjelekkan mantan mantan Bossnya. Setia kawan. Khas anak Medan.
Banyak kalangan mencibir bang Ruhut sebagai oportunis. Tetapi sesungguhnya beliau memegang value. Pantang menjelek jelekkan mantan.
Bagaimana soal mantan dalam asmara ? Nyelonong begitu saja saya bertanya ke Jum.
Begini, sambil memindahkan persilangan kakinya, Jum melanjutkan.
Untuk memahami etika terhadap mantan, belajarlah dari Bung Karno dan Mandela.
Sudah baca bukunya Bung Karno Kuantar ke gerbang ? Inggit Garnasih, bagi Bung Karno adalah isteri, mitra perjuangan, kekasih dan sekaligus ibu. Inggitlah yang menemani sepi dan gelora kelelakiannya ketika dibuang dari satu tempat ke tempat lain. Ketika di Ende, bung Karno menggali Pancasila, Inggit ada di sisinya.
Ketika Bung Karno akan menikahi Fatmawati untuk mendapatkan keturunan, Bung Karno tidak mau menceraikan bu Inggit. Tapi bu Inggit yang tidak mau dimadu. Bung Karno tetap hormat kepada bu Inggit, mantan isterinya. Tidak secuilpun pernah terucap kata yang mendegradasi martabat kekasih di masa mudanya itu. Mereka bercerai 2 tahun sebelum Bung Karno menjadi Presiden Indonesia merdeka.
Kelak, puluhan tahun kemudian, Fatmawati menemui bu Inggit, meminta maaf. Jawaban bu Inggit ? Indung mah lautan hampura - seorang ibu adalah lautan maaf. Tidak lama setelah itu, Mei 1980 bu Fatmawati meninggal. Bu Inggit menyusul 4 tahun kemudian.
Nelson Mandela, pejuang apartheid itu menikah dengan Winnie Madikizela, gadis berusia 22 tahun pada tahun 1958. Sesudahnya, sejak 1963 Mandela lebih banyak menjalani kehidupannya di penjara. Namun, Winnie dengan tegar berjuang dari luar melalui partai ANC. Tahun 1990 Mandela keluar dari penjara. Disambut mesra oleh Winnie dan kedua putrinya.
Mandela, simbol perjuangan pembebasan anti apartheid. Sebentar lagi menjadi pemimpin dan presiden Afrika Selatan yang modern. Menjadi jangkar demokrasi sekaligus menara pembebasan.
Namun ironisnya, tahun 1992, hanya 2 tahun setelah bersatu di alam bebas, Mandela bercerai dari Winnie. Tetapi mereka tetap bersahabat. Dewasa. Winnie Mandela menjadi presiden Liga Wanita ANC tahun 1993. Nelson Mandela menjadi presiden Afrika Selatan tahun 1994. Dua tahun setelah bercerai. Sebuah kebetulan dengan kisah Bung Karno ya.