Eh belakangan, penyakit akut sang Mantan Menko kambuh. Twit sana sini, dengan data yang tidak akurat. Mengritik kinerja rekan kabinetnya yang masih mengabdi. Anehnya, si Menteri Teknis, yang juga sudah menjadi mantan, ikut ikutan mengritik kabinet. Demikian juga, seorang mantan petinggi lainnya yang masih dihargai dengan mendapuk di jabatan Komisaris BUMN. Apa dia pikir matahari bersinar dari balik punggungnya. Lupa kacang akan kulitnya.
Bah... ternyata etika orang orang ini sedemikian tipis. Setipis daun sangge sangge. Kalaupun misalnya, ada yang kurang pas, bukankah lebih baik anda sampaikan langsung. Bukankah anda anda punya saluran hot line, ke ex/ mantan rekan anda di Kabinet ?. Apakah karena ada kontestasi PilPres, membuat anda kehilangan rasionalitas dan esprit de corps ? Sedang cari muka, dendam berkarat atau pahlawan kesiangan? Kemana anda sewaktu di kabinet. Atau anda berfikir orang termaha dan rekan yang tinggal di kabinet di bawah kehebatan bayangan anda ? Prett.
Ada juga dua mantan anggota kabinet yang tereshuffle, yang saya angkat topi. Tinggi-tinggi. Selepas dari kabinet, mereka tidak koar koar.
Yang pertama adalah Andi Widjajanto. Menjadi Sekretaris Kabinet pada periode awal pemerintahan Jokowi - JK. Seorang anak muda yang cerdas, militan dan loyal. Berjuang bersama Pak Jokowi dalam musim PipPres 2014. Seorang Pengamat Militer dan Organisatoris handal. Deputi Tim Transisi menjelang terbentuknya kabinet kerja.
Banyak orang yang merasa punya andil lebih dengan berbagai cara mau merapat ke Jokowi. Tetapi Pak Andi dengan tegar membentengi dan menyaring, untuk memastikan pekerjaan dan marwah Pak Jokowi terjaga sebagai Presiden untuk seluruh rakyat. Ada protokoler. Pak Presiden itu jangan didegradasi sekedar dianggap petugas Partai.
Banyak orang tersinggung dengan protokoler ini. Termasuk pentolan pentolan Partai. Yah, demi harmoni dan kepentingan yang lebih luas, pak Andi mengalah. Terpental. Tapi adakah dia menggunjing atau mengkhianati sahabat yang diperjuangkannya menjadi Presiden pasca terdepak? No !!! Beliau tetap loyal menyumbangkan pikiran dan memperkuat jaringan pendukung Presiden.
A friend indeed, is a friend in need. Ketika konstentasi PilPres 2019 menghangat kembali, kualitas sekaliber Andi Widjajanto tentulah sangat diperlukan. Beliau sigap dan siap kembali menjadi compatriot tim pemenangan Jokowi - M.A.
Yang kedua adalah Ignasius Jonan. Beliau seorang profesional murni. Bertangan dingin memegang BUMN menengahan di bidang investasi, PT Bahana. Kemudian dilirik dan dipercaya sebagai Managing Director Perusahaan Multi Nasional ( Citibank). Pada zaman pak SBY, diangkat sebagai Dirut Kereta Api. Di tangan pak Jonan, PT Kereta Api Indonesia menjelma dan berubah 100% menjadi alat transportasi modern, nyaman, affordable dan mencetak untung besar. Mindset pelayanan dan customer satisfaction sangat diutamakan. Viral dimana-mana.
Ini masuk ke radar pak Jokowi. Pak Jonan dipromosi dan dipercayakan membenahi Kementerian Perhubungan. Sebagai profesional yang sadar bahwa kelancaran konektivitas adalah pemersatu Nusantara, Bandara dibangun masif hingga ke pedalaman. Pelabuhan dipermodern, dan keselamatan penumpang memperoleh prioritas tinggi. Never under estimate, never over confidence. Itu kredonya. Nama Pak Jonan kembali menonjol di antara rekan kabinetnya.
Tapi politik adalah percaturan. Konstelasi dan deal politik pendukung Pemerintah di Parlemen berubah. Partai partai rekan koalisi baru mendesak sharing kue kekuasaan. Pak Jonan, seorang profesional yang tidak berpartai terpental.
Tetapi adakah beliau grasa grusu, curhat atau berkata buruk tentang instansi dan kabinet yang ditinggalkannya?. No. Big No.
Beliau tahu, Presiden pasti punya pertimbangan yang lebih luas dan jauh. Selepas di kabinet, beliau menshare ilmu dan pengalamannya di kelas kelas profesional eksekutif. Mengabdi kepada bangsa tidak harus di Pemerintahan. Beliau membiarkan rekan kabinetnya menuntaskan bhakti bersama pak Jokowi - JK dengan nawacitanya.