Beberapa hari ini, pada ramai orang orang mbahas tentang plagiarisme. Dan, saya sedikit terkejut. Kok, kayaknya apa yang saya rasakan beberapa hari sebelum isu "plagiarisme" ini rame, hampir serupa ya !
Hampir serupa, dan bedanya jauh. Hehe... Bedanya saya bukan orang terkenal, atau paling tidak mempunyai banyak tulisan. Dan lagi, yang plagiat juga bukan orang terkenal.
Kalau mau disebut "firasat" sih bukan, karena memang saya pada waktu itu gag nyampe mikir mengkaitkan dengan AFI. Dan waktu itu, Afi masih dikenal dengam ke-wow-annya. Lebih tepatnya, bisa disebut "kebetulan". Dan kebetulan itu sangatlah bermakna dalam memberikan pelajaran bagi saya untuk memandang sebuah "isu" ataupun "fenomena".
Apa sih yang saya rasakan beberapa hari sebelum isu plagiarisme Afi ini jadi ramai ?
Begini, saya merasa sebel sama seorang teman saya. Dia menpublish tulisan saya tanpa sepengetahuan saya. Dia publish di akun kompasiana bulan April tahun ini.
Awalnya, saya kira dia men-copas tulisan tersebut dari akun kompasiananya "kekasih" saya. Karena memang pada tahun 2015 lalu, saya membantu ngerjain tugas kuliah "kekasih" saya buat nulis artikel di kompasiana. Tulisan saya tersebut diupload di akun kompasiananya "kekasih" saya pada bulan April juga, namun tahun 2015.
Mengenai judul artikel tersebut dan akun kompasiananya, saya rahasiakan. Karena tulisan tersebut gag bagus-bagus amat. Viewernya dikit, jadi pilihan gag, apalagi headline. Dan yang paling utama, saya bukan orang terkenal dan dia juga bukan orang terkenal. Jadi gag penting toh buat saya beritahukan. Kkkkk....
Sedangkan yang ingin saya sampaikan dalam tulisan kali ini yaitu bagaimana cara memandang dugaan plagiarisme. Biar kita tak mudah "latah" terjebak jebakan Batman.
Pada kasus saya, pertama kali saya merasakan "A".
A = copy paste dari akun kompasiananya "kekasih" saya.
Kemudian saya mencoba mengingat-ingat lagi. Eh, ketemu dengan B.
B = publish tanpa izin
Yap, saya teringat lagi. Bahwa dulu saya kadangkala minjem laptopnya temen saya buat nulis. Dan juga kadangkala minjem flashdisknya. Jadi, ada kemungkinan dia nemu tulisan saya tersebut di laptop atau flashdisknya. Dan, dia upload dah.
Akhirnya, saya bisa memahami dibalik perilaku plagiat temen saya.
Di dalam sebuah fenomena, terdapat berbagai kemungkinan di baliknya. Apalagi semesta ini hanya mumkinat, bukan wajibat. Maka, ojo "gumunan" lan "ojo kagetan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H