Benar saja, saat HRS lupa daratan, pemerintah tidak mau terus tinggal diam. Puncaknya, mereka lewat perintah Pangdam Jaya bergerak dan mencopoti seluruh atribut HRS.Â
Sepintas itu hanya spanduk, baliho atau banner yang harganya boleh jadi nggak seberapa. Tapi, bagi HRS dan pendukungnya semua itu adalah harga diri dan kehormatan yang tidak bisa diukur dengan besarnya rupiah.Â
Masih ingat saat bendera PDI Perjuangan dibakar kelompok PA 212? Bila tidak segera diredam oleh ketua umumnya, bukan mustahil bakal terjadi kericuhan luar biasa. Seluruh kader banteng kala itu murka, karena merasa harga dirinya diinjak-injak.Â
Pun, dengan HRS dan kelompoknya dipastikan merasa marah dan kecewa. Beruntung sejauh ini belum terjadi hal-hal buruk. Namun, siapa berani menjamin kalau HRS dan kelompoknya bakal diam saja?Â
Nah, sebelum hal ini terjadi, mestinya Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto membuktikan peranannya. Sebagai Menhan, tentu dia tidak hanya menjamin keamanan negara dari serangan musuh dari luar. Tapi, menjaga kondusifitas keamanan di dalam negeri.Â
Namun, alih-alih tampil paling depan, mantan Danjend Kopasus itu hampir tidak pernah muncul ke hadapan publik dalam beberapa waktu terakhir. Terutama, saat HRS kembali ke tanah air, Selasa (10/11/20) lalu.Â
Bahkan, saat sejumlah pihak meminta Prabowo turut menjemput kedatangan HRS, yang bersangkutan bak hilang ditelan bumi.Â
Apa yang terjadi pada Prabowo? Tentu masih misteri. Akan tetapi, dalam kesempatan ini saya akan coba telisik sesuai dengan kemampuan.Â
Hipotesa sederhana saya mengatakan, Prabowo tengah berada di persimpangan jalan. Meski dikenal sebagai mantan tentara yang tegas, saya kira Prabowo masih belum bisa melupakan hubungan dekatnya dengan HRS. Mereka pernah bersahabat sewaktu mantan suami Titiek Soeharto itu berada di luar ring pemerintahan.Â
Saking dekatnya, pada Pilpres 2019 lalu, bahkan Prabowo sempat berjanji bila dirinya terpilih jadi presiden akan menjemput langsung HRS di Arab Saudi dengan pesawat jet pribadinya. Niat itu urung terwujud, karena dia kembali takluk oleh keperkasaan Jokowi.Â
Kini, romansa Prabowo dengan HRS harus sedikit ternoda, karena konstelasi politik hari ini telah banyak berubah. Rival utama Jokowi dalam dua kali Pilpres (2014 dan 2019) tak sepaham lagi dengan sikap politik HRS. Prabowo telah menjadi bagian dari pemerintahan.Â