Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Pilu Ojol Banting Setir Karena Pandemi

18 November 2020   14:48 Diperbarui: 18 November 2020   14:49 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barang dagangan Damu - Dokpri

SEKIRA pukul 05.00 WIB, atau pagi-pagi buta, pria bertubuh agak tambun sudah harus siap-siap berangkat ke pangkalannya. Di areal Tamam Alun-alun Sumedang. Pria itu namanya Damu. 

Di taman yang belum lama direnovasi ini, Damu menjajakan makanan ringan, roko, air mineral dan kopi seduh hingga pukul 22.00 WIB. Begitu aktivitasnya setiap hari, yang telah dia jalani hampir 6 bulan lamanya. 

Bagi Damu, menjadi penjaja makanan dan minuman tersebut bukan cita-cita. Akan tetapi sebuah tuntutan kebutuhan hidup dan risikonya sebagai kepala rumah tangga. Meski letih, dia terpaksa jalani dengan segenap hati. 

"Cape, Kang. Cuma harus gimana lagi. Kalau tidak memaksakan seperti ini (baca : jualan), anak isteri saya tak akan bisa makan," kata Damu mengawali obrolan denganku. 

Menurut Damu, penghasilannya dari berdagang sebenarnya tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun demikian, terpaksa ia jalani, karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan. Dia hanya seorang lulusan SMP. 

"Sehari paling besar hanya mendapatkan Rp. 200 ribu, Kang. Itu termasuk modalnya. Paling bersihnya tak lebih dari Rp. 50 ribu. Sementara, kebutuhan saya sehari lebih dari itu. Karena, punya setoran harian pada koperasi sebesar Rp. 20 ribu," jelas Damu. 

"Dengan penghasilan seperti itu dan harus dipotong setoran, kadang saya harus ngambil dari uang modal untuk menutupinya," tambahnya. 

Lebih jauh, Damu menjelaskan, sebelum pandemi virus Korona (Covid-19) hidup dia cukup terjamin dengan pekerjaannya sebagai tukang ojek online (ojol). Penghasilan bersih dari usaha jasa itu, menurut pria tambun tersebut tak kurang dari Rp. 150 ribu per hari. 

Damu tertidur karena letih - Dokpri
Damu tertidur karena letih - Dokpri
Dengan penggasilan tersebut, dia bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Bahkan, bisa menyisihkan sebagian untuk di tabung. 

Tapi, saat pandemi menyerang, penghasilannya dari ngojol makin hari makin berkurang. Hingga pernah dalam satu hari hanya mendapat satu penumpang. Padahal, sebelum virus asal Wuhan, China tersebut mewabah, paling sedikit Damu mendapat 20 penumpang. 

"Dulu, sebelum virus Korona menyerang, wah rame pisan, Kang. Minimal sehari saya dapat 20 penumpang. Waktunya pun hanya dari jam 07.00 WIB hingga jam 19.00 WIB," ujarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun