RENCANA kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhamad Rizieq Shihab atau akrab disapa Habib Rizieq Shihab (HRS) kerap mencuat. Faktanya hingga hari ini masih belum terwujud.
Entah telah berapa kali wacana kembalinya HRS ke tanah air menemui jalan buntu. Selalu ada saja hal-hal yang mengganjalnya. Misal, kasus cekalnya belum beres dan lain sebagainya.
Terakhir, kabar kepulangan HRS kembali mencuat, bahkan kabarnya dia sudah berada di tanah air pada tanggal 10 November 2020 atau bertepatan dengan Hari Pahlawan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Rizieq Shihab melalui akun YouTube Front TV, Rabu (4/11/2020).
Terwujud atau tidaknya HRS kembali ke tanah air memang masih menyimpan misteri. Namun demikian, para pengikutnya begitu yakin dan telah menyiapkan prosesi penyambutan besar-besaran. Terang saja mereka mungkin ingin melepas rindu yang lebih dari tiga tahun dipisahkan jarak dan waktu.
Sementara di sisi lain, tak sedikit pula yang merasa akan pulangnya HRS dinilai akan menghadirkan ujian bagi bangsa dan negara. Tak bermaksud mendramatisir, tetapi memang patut diakui bahwa sosok HRS memiliki jejak panjang dalam berbagai isu dan peristiwa besar yang selama ini kerap menimbulkan gesekan dan ketidaknyamanan di tanah air.
Kendati dilatar belakangi sebagai tokoh agama, tak jarang tokoh utama FPI ini bersama sejumlah pendukungnya termasuk kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 memainkan peran dalam sejumlah peristiwa penuh drama politik. Sebuah peran yang mungkin sebenarnya tak berkaitan dengan kepentingan agama.Â
Bahkan, tak jarang HRS dan koleganya dianggap meninggalkan jejak ujaran kebencian, bertindak provokatif serta narasi-narasi yang sebenarnya tidak pantas dilontarkan oleh tokoh-tokoh yang mengaku fundamennya adalah agama.Â
Parahnya, arah bidik dari segala ujaran kebencian tersebut adalah tokoh-tokoh yang pernah berjasa bagi bangsa dan negara. Sebut saja mantan presiden dan presiden itu sendiri.
Jejak rekam ini tentu bukan masalah sepele. Dalam hal ini pantas tak sedikit pihak bertanya tentang apa yang bakal terjadi di tanah air apabila HRS jadi kembali ke tanah air.
Sebenarnya tidak susah mencari jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Saya rasa akan cukup banyak terjadi gejolak dan aksi-aksi massa yang dilakukan para pendukung HRS.
Alasan ini bukan tanpa dasar. Tengok saja bagaimana cara HRS dan para koleganya selalu memanfaatkan momen-momen tertentu untuk digiring pada aksi demonstrasi. Dan, apapun momentumnya, tuntutannya hampir tak jauh beda. Yakni, turunkan Presiden Jokowi.
Dan, sudah hampir bisa dipastikan bila HRS kembali ke tanah air, tekanan terhadap Presiden Jokowi sepertinya bakal lebih besar dan menimbulkan banyak kecemasan. Baik pemerintah maupun publik.
Saat sedang di Arab Saudi saja HRS mampu menggerakan massa untuk melakukan aksi demo. Tak bisa dibayangkan jika yang bersangkutan telah berbaur langsung dengan para pendukung dang koleganya yang lain. Tentu akan menimbulkan efek yang jauh lebih besar, bukan?
Namun begitu, apa yang bakal HRS lakukan sekembalinya ke Indonesia menurut saya jangan terlalu begitu dipikirkan. Yang penting sekarang adalah pemerintah mampu hadir di tengah-tengah masyarakat dan menjamin rasa tentram dan aman.
Sementara untuk Presiden Jokowi tentu harus lebih berhati-hati dalam bersikap serta mengeluarkan segala kebijakannya. Sedikit saja ada celah, maka itu akan dimanfaatkan untuk menekannya. Selain itu, pemerintah harus bisa bertindak lebih tegas dan jangan terlalu kompromistis.
Sementara, biarlah HRS pulang dan menikmati kembali udara segar negaranya yang kerap dia lecehkan. Asal tentu saja pemerintah jangan lengah dan lemah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H