Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adian Versus Erick Tohir Jilid III, Ada Apa dengan Jokowi?

30 Oktober 2020   23:15 Diperbarui: 30 Oktober 2020   23:18 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERSETERUAN politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir bukan hal baru. Dalam beberapa waktu belakangan, kedua tokoh nasional ini tak ubahnya anjing dan kucing. Tak pernah akur.

Teranyar, lagi-lagi sebagai bentuk kekurang puasannya terhadap kinerja Erick Tohir, mantan aktivis'98 tersebut menulis surat terbuka yang bertajuk "Ambisi Imajinasi Menteri Bisa Lebih Berbahaya Dari Demontrasi". Surat ini cukup viral di media sosial.

Namun sebelum mengulas tentang isi surat terbuka ketiga ini, ada baiknya kita mengingat kembali dua surat terbuka Adian sebelumnya. Yang juga sama-sama sempat membuat geger konstelasi politik nasional.

Pertama, surat terbuka Adian bertajuk, "Jujur Saja, Siapa Mafianya Pak Menteri?".

Surat terbuka ini diawali dengan pernyataan Erick Tohir yang menyinggung soal ketergantungan impor Indonesia terhadap bahan baku medis dan alat kesehatan sangat besar. Imbasnya, banyak muncul praktik-praktik kotor yang dilakukan oleh mafia.

Kedua, surat terbuka Adian bertajuk "BUMN dan UMKM Dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?".

Surat terbuka tersebut merujuk pada penilaian Adian, soal kinerja Erick Tohir dalam mengelola BUMN. Khususnya, terkait tata cara penempatan para pejabat tinggi di seluruh perusahaan milik negara tersebut.

Bukan hanya itu. Dalam surat terbuka kedua itu, pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 ini juga menyentil tentang besaran utang BUMN senilai Rp. 5600 triliun. Utang ini jauh lebih besar dibanding utang luar negeri Malaysia, yang hanya Rp. 3.500 triliun.

Akibat dua surat terbuka yang ditulis Adian Napitupulu tersebut sempat membuat perseteruannya dengan Erick Tohir memanas. Pasalnya, kala itu mantan bos Inter Milan ini menganggap kritikan yang dilontarkan anggota Komisi I DPR Fraksi PDI Perjuangan itu gara-gara orang-orang titipannya untuk menjabat di jajaran direksi BUMN tak terakomodir.

Kontan saja, jawaban menohok Erick Tohir ini membuat Adian bereaksi keras. Pria yang sempat terkena serangan jantung di pesawat terbang tersebut menuding bahwa orang-orang yang duduk di jajaran direksi banyak titipan dari mafia dari berbagai sektor.

Nah, itulah sekelumit alasan tentang terbitnya dua surat terbuka yang ditulis Adian Napitupulu untuk Erick Tohir. Hingga hari ini belum jelas bagaimana bentuk penyelesaian soal polemik yang terjadi diantara keduanya. Persoalan itu menguap tak jelas rimbanya.

Alih-alih mendapatkan titik terang terkait kisah akhir dari dua surat terbuka Adian, yang terjadi malah sebaliknya. Politisi PDI Perjuangan itu malah kembali mengkritik Erick Tohir melalui surat terbuka yang ketiga kalinya.

Pada Isi surat terbuka ketiganya ini, Adian menyikapi pernyataan Sekretaris Jendral (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto tentang adanya para menteri di kabinet Presiden Jokowi hanya mengedepankan pencitraan demi ambisi pribadi maju Pilpres 2024, daripada fokus membantu Presiden Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan.

Seperti diketahui, saat ini Negara Indonesia tengah dilanda pandemi virus Korona (Covid-19). Sejatinya para menteri Jokowi lebih serius bekerja daripada menyebarkan program program yang tidak lebih dari gimmick gimmick tanpa dampak positif yang bisa dirasakan rakyat.

Tidak jelas siapa menteri yang dimaksud oleh Hasto. Sebab, ada beberapa nama yang digadang-gadang akan maju pada kontestasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Misal, Menhan, Prabowo Subianto; Menko Ekonomi, Airlangga Hartarto; Menteri BUMN, Erick Tohir, dan Mendagri, Tito Karnavian.

Namun begitu dalam surat terbukanya, Adian Napitupulu justru menduga, pernyataan Hasto tersebut mengarah pada satu nama. Menteri BUMN, Erick Tohir.

Menurut Adian, seperti dikutip RMOL, tidak sulit memeriksa rekam jejak ambisi Erick Thohir di google seperti misalnya terbentuknya relawan pendukung Erick Thohir, adanya deklarasi Erick for Presiden 2024, pembagian sembako dan beras dalam bungkus yang berisi tulisan terkait pencapresan Erick di 2024, termasuk juga promosi Erick Thohir di sosial media juga di konten konten YouTube mudah didapatkan.

"Sebagai contoh terdekat, dalam satu bulan terakhir ini ribuan spanduk puja puji terhadap Erick Thohir bertebaran di berbagai kota. Spanduk itu jangan jangan secara jumlah mengalahkan spanduk kampanye masker presiden," tulis Adian.

Masih ditulis Adian, tragisnya spanduk spanduk itu justru dipasang dalam rentang waktu berdekatan dengan maraknya aksi-aksi omnibus law yang ditujukan pada DPR dan presiden. 

Dikatakan Adian, spanduk puja puji itu sungguh tidak relevan dan tidak etis di pasang disaat Erick Thohir masih menjabat sebagai menteri. Lebih jelasnya isi surat terbuka Adian Napitupulu tersebut ada di sini.

Hal wajar jika Adian mengkritisi menteri Jokowi yang lebih cenderung membangun pencitraan diri daripada fokus kerja. Namun, jika sorotan Adian ini hanya ditujukan pada Erick Tohir rasanya tak fair. Apa yang dituliskan Adian seperti masih menyimpan dendam terhadap bos PT. Mahaka tersebut.

Jika Adian memang masih menyimpan dendam atau masih kurang puas dengan kinerja Erick Tohir, menurut hemat saya sebaiknya diberikan arena khusus agar keduanya saling debat terbuka. Biarlah di sana mereka saling beradu argumentasi dan menuntaskan segala unek-unek yang ada di dalam hatinya masing-masing, sehingga masalahnya clear.

Sebab, tak elok sesama pihak yang mendukung pemerintahan dan Presiden Jokowi malah terus gontok-gontokan dan saling menyalahkan. Padahal, sejatinya mereka berdua jutsru bersinergi dalam membantu lancarnya roda pemerintahan.

Dan, satu hal lagi. Saya juga jadi penasaran dengan kepemimpinan Presiden Jokowi. Ada apa dengan dirinya sehingga perseteruan Adian dengan Erick Tohir masih saja berlanjut.

Padahal selaku pimpinan tertinggi, sangat mudah bagi Jokowi untuk menengahi perseteruan Adian dengan Erick. Dia cukup memanggil keduanya dan duduk bersama. Lalu, cari win-win solution agar keduanya merasa puas.

Tapi, sepertinya hal ini tidak atau belum dilakukan Jokowi. Bisa jadi dia masih fokus terhadap penanganan virus Korona.

Atau, mungkin saja perseteruan Adian dengan Erick Tohir tidak dianggap masalah serius oleh Jokowi. Sehingga, dia merasa tidak perlu turun tangan. Mana yang benar? Wallahuallam Bi Shawab.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun