Masih dikutip dari Wartaekonomi.com, saat itu, kata Fadli, Prabowo menolak gagasan mendirikan partai. Karena, beliau saat itu menjadi Anggota Dewan Penasihat Golkar sehingga merasa masih bisa untuk merebut Golkar pada kompetisi berikutnya.
"Saya katakan, tidak mungkin berhadapan ketika itu Ketua Umum Golkar Pak Jusuf Kalla. Jadi sebaiknya membuat parpol sendiri, lalu saya ikut mulai pembuatan AD/ART. Saya pimpin tim kecil merumuskan manifesto perjuangan kemudian menjadi namanya Partai Gerindra," katanya.
Merujuk pada pengakuan Fadli Zon terhadap Refly Harun, maka sangat wajar bila Prabowo tidak berani tegas. Boleh jadi Prabowo merasa bahwa sebenarnya yang menjadikannya besar sebagai Ketum Partai Gerindra adalah berkat jasa besar Fadli Zon. Sehingga mantan Danjend Kopasus itu merasa perlu memberikan kebebasan penuh sebagai bentuk balas budinya.
Bukan hanya itu. Alasan lain diamnya Prabowo mungkin dia paham betul bahwa Fadli Zon sangat hapal segala hal yang menyangkut rahasi dapur Partai Gerindra. Dengan begitu, Prabowo harus benar berhati-hati menyikapi segala tindak-tanduk Fadli Zon, karena salah-salah bisa merugikan partai dan Prabowo sendiri secara sudut pandang politik.
Namun, jika Fadli Zon terus-terusan dibiarkan menjadi the one and only saya rasa tidak baik juga bagi kesehatan partai. Dalam hal ini, bukan mustahil akan membuat masyarakat bingung tentang sikap Partai Gerindra sesungguhnya.
Bagi partai politik lain yang jeli tentu akan bisa memanfaatkan situasi ini demi kepentingannya. Maksudnya, menarik simpati atau menggiring masyarakat yang tengah bingung terhadap sikap politik Partai Gerindra untuk masuk ke partai mereka.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H