Sikap konsisten Fadli Zon ini tentu menimbulkan kecurigaan publik. Bagaimana bisa dia terus kukuh dengan sikapnya, sementara partainya dan Prabowo Subianto sebagai ketua umum sudah jelas-jelas berada di pihak pemerintah.
Pertanyaan besar lainnya juga turut menguat. Seorang Prabowo Subianto yang dikenal tegas dan keras ternyata lembek ketika dihadapkan pada tingkah polah Fadli Zon. Buktinya Fadli Zon terus saja dibiarkan 'berpetualang' dengan sikap kritisnya terhadap pemerintah tanpa ada teguran sedikitpun dari Prabowo selaku nahkoda partai.
Pertanyaan ini pun sejujurnya menancap kuat di pikiran saya sendiri. Ada apa dengan Prabowo dan bagaimana bisa Fadli Zon berbuat seenak udelnya sendiri seolah tak peduli dengan sikap partai?
Dalam beberapa kesempatan saya sempat menulis artikel di Kompasiana tentang hipotesa alasan lunaknya Prabowo terhadap Fadli Zon. Salah satu yang pernah saya ungkapkan adalah karena Fadli Zon dianggap pihak yang mengetahui betul isi dapur Prabowo dan Partai Gerindra.
Dengan alasan itu, Fadli Zon menjelma jadi the one and only dan memegang 'Kartu As' di Partai Gerindra sehingga bisa berbuat sesuai dengan kata hati tanpa harus tunduk pada sikap partai.
Hipotesa ini setidaknya dikuatkan dengan sebuah pengakuan Fadli Zon saat diwawancarai oleh ahli hukum tata negara, Refly Harun dalam tajuk Fadli Zon: "Leadership Jokowi Kurang Bisa Menyatukan Bangsa".
Dalam kesempatan itu Fadli Zon mengungkit kembali sebagai salah satu penggagas Partai Gerindra. Dia juga menyebut, Prabowo Subianto sebenarnya sempat menolak gagasannya mendirikan partai politik.
"Gerindra itu pada mulanya gagasan saya, bukan saya ngarang-ngarang. Saya bicara dengan Pak Hashim," katanya. (Wartaekonomi.com).