Beberapa kritikan Ferdinand Hutahaean yang saya ingat adalah ketidak setujuannya atau menolak atas Pilkada serentak yang digelar tanggal 9 Desember 2020. Dia menganggap keputusan tersebut bukanlah hal yang mudah, terlebih kasus penularan Covid-19 di Tanah Air masih tinggi.
Masih terkait pandemi Covid-19, Ferdinand Hutahaean sempat mengkritik pedas Presiden Jokowi terkait pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Mei 2020 lalu. Saat itu Ferdinand merasa heran ketika Jokowi menegaskan, belum ada kebijakan pelonggaran.
Dia merasa, meskipun belum ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi terkait pelonggaran PSBB. Tapi pada kenyataannya di lapangan sudah terjadi relaksasi.
Tapi, siapa sangka, pihak yang awalnya selalu bersebrangan ini pada akhirnya rontok dan berubah jadi mendukung Presiden Jokowi. Dukungan ini dia deklarasikan setelah memastikan diri mundur dari Partai Demokrat.
Ferdinand mundur dari partai berlambang Mercy dengan dalih sudah tidak ada lagi kesepahaman tentang sikap politik. Khususnya terkait Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
Seperti diketahui, Partai Demokrat menolak tentang pengesahan UU 'Sapu Jagad" dimaksud. Sementara, Ferdinand justru mendukungnya.
Menurut Ferdinand, UU Ciptaker memiliki misi membuka lapangan kerja baru lebih banyak. Dia juga menyebut UU 'Sapu Jagad' ini sangat perlu demi mengerek pertumbuhan ekonomi tanah air dan pancasilais.
Itulah tiga tokoh politik nasional yang tiba-tiba saja berubah haluan politiknya. Tentu perubahan sikap ini bukan tanpa dasar. Pasti ada kepentingan lain yang dikerjarnya, seperti Kotaro Minami yang terpaksa berubah menjadi Ksatria Baja Hitam, karena kepentingannya memberantas kejahatan.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI