SEJARAH Pemilihan Umum (Pemilu) di tanah air mencatat bahwa PDI Perjuangan adalah juara umum dua kali berturut-turut. Yaitu pada Pemilu tahun 2014 dan 2019.
Pada pemilu tahun 2014, partai berlambang banteng gemuk moncong putih ini meraih suara sah nasional sebesar 23.681.471 atau 18,95 persen suara. Lima tahun berikutnya, PDI Perjuangan mampu mempertahankan supremasinya dengan raihan suara sebanyak 27.053.961 atau 19,33 persen suara.
Prestasi menggembirakan buat PDI Perjuangan ini bukan diraih dengan gampang. Sebelumnya mereka harus puasa selama hampir satu dekade lamanya.
Ya, pada saat pemilu tahun 2004 dan 2009, mereka dengan konsisten tidak berbaur dengan rayuan kursi kekuasaan, saat Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Di bawah komando Megawati Soekarno Putri, PDI Perjuangan lebih memilih jadi partai oposisi meski peluang masuk ke ring pemerintahan terbuka lebar.
Konsistensi terhadap sikap politik ini pula akhirnya membawa partai yang menyebut dirinya sebagai partai wong cilik ini menuai hasil. Mereka mendapatkan simpati publik, karena dianggap telah membela hak-hak masyarakat.
Hasilnya, seperti telah disinggung di atas, PDI Perjuangan mampu membalikkan keadaan dengan menjadi kampiun pemilu dua periode berturut-turut. Meski, ini bukan satu-satunya pengungkit. Keberadaan Joko Widodo (Jokowi) yang kala itu sangat disayangi rakyat Indonesia juga begitu besar kontribusinya terhadap keberhasilan partai 'banteng' dimaksud.
Setelah dua kali berturut-turut menjadi kampiun pemilu, tentu PDI Perjuangan bakal mengejar target untuk yang ketiga kalinya. Target realistis bagi setiap partai manapun, karena seyogyanya dalam politik tidak pernah mengenal kata puas atas raihan yang ada.Â
Kalau bisa, mungkin selamanya bisa memperoleh tempat terbaik. Baik di eksekutif maupun legelatif.
Hanya saja menurut kacamata saya, rasanya akan sangat berat bagi PDI Perjuangan mampu mengulang sukses prestasinya tersebut. Setidaknya ada dua faktor penting yang menjadikan partai ini sulit meraih prestasi maksimal.
Pertama : faktor Jokowi.