HAMPIR sepekan lalu, cukup ramai diperbincangkan perseteruan atau perdebatan antara politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago dengan pengamat politik tanah air, Rocky Gerung. Peristiwa itu sendiri terjadi pada program Mata Najwa yang dipandu langsung oleh presenter kondang, Najwa Shihab, Rabu, (21/10/20).Â
Dalam program yang mengambil tema 'Setahun Jokowi-Ma'ruf', tampak sekali Irma naik pitam dengan pernyataan Rocky. Salah seorang pemrakarsa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini menilai bahwa kinerja pemerintatahan yang dipimpin Presiden Jokowi adalah A minus.Â
Sepintas penilaian Rocky Gerung ini cukup mengherankan. Koq bisa orang yang selama ini bersebrangan dengan pemerintah memberikan nilai A minus. Tentu nilai ini adalah buat kalangan pelajar atau mahasiswa merupakan nilai cukup menggembirakan.Â
Namun, Rocky Gerung tetaplah Rocky Gerung yang selalu pintar beretorika. Maksud A Minus di sini bukan bentuk pujian, melainkan sebuah sindiran dan kritik pedas.Â
Menurut Rocky, kinerja Jokowi-Ma,ruf dalam setahun ini nilainya adalah A untuk kebohongan dan Minus dalam hal kejujuran. Artinya dalam pandangan pria yang kerap disebut profesor akal sehat tersebut, kinerja pemerintah selama ini sama sekali tidak ada baiknya.Â
Mendengar pernyataan Rocky itu, Irma langsung tampak dongkol dan naik pitam. Dia dengan sesumbar mengatakan bila dirinya seorang presiden, akan segera menangkap Rocky Gerung.Â
Bahkan setelah itu, politisi perempuan yang memang kerap berseteru dalam setiap kesempatan program debat melontarkan narasi yang sebenarnya keluar dari substansi permasalahan. Irma menyinggung status Rocky yang masih membujang hingga sekarang.Â
Disinggung soal statusnya, reaksi Rocky jelas berbeda. Dia tetap santuy dan hanya tersenyum kecil. Menandakan bahwa dalam hal debat dia sudah menjadi biangnya.Â
Tidak bermaksud membela Rocky. Namun patut diakui Irma masih tampak belum bisa mengimbangi retotika yang dibangun Rocky Gerung.Â
Karena kepiawaian beretorikanya itu pula, Rocky sempat mendapat julukan 'Bintang Panggung ILC'. Sebuah program talkshow TVOne yang dipandu oleh wartawan senior, Karni Ilyas.Â
Sayang, kini Rocky Gerung jarang diundang lagi pada acara tersebut. Sebagian pihak menduga televisi swasta nasional itu tidak mau terlibat masalah lebih jauh karena pernyataan-pernyataan kontroversial Rocky Gerung.Â
Kembali ke laptop. Ups, maksudnya kembali pada perdebatan Rocky versus Irma, tentu bukan perkara kalah menang. Akan tetapi, yang patut disesalkan kadang kerap keluar dari subtansi masalah sesungguhnya. Hingga, program yang sejatinya mampu mencerdaskan bangsa malah jadi terkesan acara debat kusir.Â
Debat kusir seperti ini tentu semestinya tidak harus terjadi apabila masing-masing narasumber fokus dengan apa yang ingin disampaikan dan tidak terpancing emosi. Ibarat kata, hati boleh panas, tapi otak tetap dingin.Â
Acara debat para program Mata Najwa itu ternyata 'diintip' atau mendapat perhatian serius dari ahli hukum tata negara, Refly Harun. Dia menyebut sudah menjadi hal biasa kalau dalam satu pemerintahan kerap terjadi dua kubu bersebrangan. Yaitu pihak pemerintah dan oposisi.Â
Dalam hal ini, pihak oposisi tugasnya adalah memberikan masukan atau kritikan-kritikan. Meski kadang kritikan itu pedas, tetapi bukan berarti bisa disetarakan dengan orang jahat. Misal, gampang main tangkap atu sejenisnya.Â
Seperti dikutip dari chanel youtubenya, Refly Harun sedikit memberi pujian terhadap Rocky Gerung dengan pernyataan A Minus-nya. Menurut Refly, pernyataan itu merupakan sindiran pedas, narasi sarkastik, tetapi cerdas.
"Kita tidak bisa mengatakan itu tidak cerdas karena saya saja terjebak, ketika dia bilang A minus wah ini bagus, ternyata persepsinya berbeda," katanya.Â
Dengan pernyataan Rocky tersebut, lanjut Refly semestinya menjadi tugas juru bicara atau agen-agen pemerintahan untuk bisa membuktikan narasi Rocky salah. Dengan menunjukan fakta dan data yang ada.Â
Sebut saja, memberikan fakta bahwa Presiden Jokowi telah melaksanakan sejumlah janjinya. Atau, Jokowi telah berlaku jujur dalam mengemban mandat dan amanahnya selaku presiden.Â
Dalan kesempatan ini, saya sepakat dengan apa yang dikatakan Refly Harun, sejatinya pemerintah atau pihak-pihak yang dikritik mampu menjawab kritikan tersebut dengan sejumlah data dan fakta.Â
Buktikan terhadap para pengkritik bahwa semua itu salah. Bukan malah bertindak apatis dengan menyerang balik pribadi para pengkritik.Â
Segala bentuk kritik terhadap pemerintah adalah menjadi kewajiban setiap warga negara. Namun, tentu saja harus memperhatikan etika dan norma yang ada. Dalam hal ini, kritik yang dibangun adalah berlandaskan niat luhur demi kemajuan bangsa dan negara.
Ini perlu. Karena sejatinya tujuan dari kritik atau pengawasan tersebut adalah semata-mata memberantas keserakahan maupun kezaliman, demi tegaknya amar ma'ruf nahyi mungkar dalam ruang lingkup pemerintahan.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI