Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ponakan Prabowo Terus Diserang, dari "Paha Mulus" hingga "Coblos Udel"

26 Oktober 2020   19:19 Diperbarui: 26 Oktober 2020   19:23 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangan ke arah bentuk fisik Rahayu bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dia juga pernah diserang oleh politisi senior Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana.

Melalui akun twitter pribadinya, Panca melemparkan cuitan soal 'paha mulus' yang ditujukan pada calon Walikota Tangerang Selatan itu. Polemik ini sempat membuat Panca dan partainya jadi bulan-bulanan publik.

Apa yang terjadi pada Rahayu tentu hanya menjadi contoh kecil dari sekian banyak kasus black campaign yang terjadi pada setiap perhelatan pesta demokrasi. Ini merupakan masih buruknya iklim demokrasi yang terjadi di tanah air. 

Hanya demi sebuah kekuasaan, mereka tega melakukan segala cara, termasuk menyerang lawan politiknya dengan cara-cara kurang bermoral.

Negative Campaign

Selain black campaign, dalam perhelatan pesta demokrasi dikenal juga istilah negative campaign. Istilah ini pada prinsipnya sama, yakni menjatuhkan pihak lawan.

Jika black campaign menyerang lawan politik dengan data-data tidak jelas kebenarannya. Negative campaign justru menyerang lawan dengan data-data negatif agar logika publik terpengaruh dan segera mengubah sikap politiknya.

Jadi intinya, negative campaign menggunakan data dan fakta yang valir ean berbasis logika. Sementara black campaign lebih cenderung mengarah fitnah dan bermain di tataran emosi lawan dan publik.

Namun apapun istilahnya, hal-hal yang bisa membuat jatuh lawan dengan cara-cara tidak baik harusnya diharamkan dalam setiap ajang apapun. 

Karena, jika model-model seperti ini masih terus dilakukan dan berhasil mempengaruhi publik, maka akan merusak tatanan demokrasi itu sendiri. Akibatnya, model kepemimpinan yang dihasilkan pun boleh jadi akan jadi cacat moral.

Dalam hal ini, pemimpin yang berkuasa bukan berdasarkan kehendak murni isi hati rakyat. Akan tetapi, karena terpedaya dan terhasut dengan cara-cara kotor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun