Maka, saat Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto diundang oleh AS, Presiden Jokowi memberikan izin. Pasti, keberangkatan mantan Danjend Kopasus ini atas seizinnya. Kalau tidak, mana mungkin ia bisa berangkat ke sana. Kecuali urusan pribadi.Â
Sebenarnya bisa jadi berangkatnya Prabowo ke AS untuk menjalin kerjasama di bidang pertahanan tidak begitu disenangi China. Negara Kungfu Panda ini tentu akan terikat ruang geraknya apabila punya niat semena-mena terhadap Indonesia. Misal saat terjadinya niat pencaplokan terhadap perairan Natuna, beberapa waktu lalu.Â
Bisa jadi ke depannya China akan berpikir dua kali apabila mereka berencana "kurang baik" terhadap Indonesia. Sebab mereka tahu bahwa Indonesia menjalin hubungan baik dengan AS.Â
Namun demikian, sebagai gantinya Indonesia pun tetap menjalin hubungan baik dengan China. Khususnya kerjasama dalam bidang ekonomi.Â
Sejauh ini memang kerja sama ekonomi Indonesi-China sudah berjalan dengan cukup baik. Presiden Jokowi mempercayakan masalah ini terhadap mantan jendral lainnya yang kini menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan.Â
Memang, hubungan bisnis dengan China ini kerap menuai kritik dari sejumlah kalangan. Namun, Jokowi seolah ndableg alias kerjasama ekonomi terus saja dilakukan. Presiden Jokowi jelas tidak ingin melepaskan keuntungan yang didapat dari kedua negara adidaya dimaksud.Â
Selaku pemimpin negara, Presiden Jokowi tentu menginginkan roda ekonomi terus berkembang. Namun di sisi lain, sektor keamanan dan pertahanan negara pun tak kalah pentingnya.
Seandainya nanti ada bentuk-bentuk ketidak sukaan diantara kedua negara adidaya tersebut, Presiden Jokowi jelas tidak perlu repot berkilah. Sebagai negara non blok, tentu saja Indonesia tidak akan disalahkan menjalin kerjasama dengan negara manapun. Termasuk dengan China dan AS.Â
Intinya di sini, Presiden Jokowi telah menunjukan kapasitasnya sebagai King Maker dengan menjadikan Luhut dan Prabowo sebagai pionnya untuk bisa mendulang keuntungan dari AS maupun China.Â
Tentu yang dipaparkan ini hanya analisa sederhana sesuai dengan kemampuan penulis yang terbatas. Penulis percaya, bahwa pembaca budiman justru memiliki analisa lebih tajam dan terperinci.
Salam