Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pamor Soeharto Runtuh Saat Ditinggal Ibu Tien dan Menyoal Jokowi Sepeninggal Ibu Sujiatmi

2 Oktober 2020   20:39 Diperbarui: 2 Oktober 2020   20:50 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membahas lebih jauh tentang isi dari judul tulisan di atas. Sebelumnya, penulis ingin memberikan sedikit bewara bahwa ide tulisan ini datang dari "tantangan" rekan Kompasianer, Kang Mas Rudy Gunawan.

Pria humble dan Master Numerologi ini meminta penulis untuk mengupas tentang pamor atau kekuatan orang besar di tanah air. Yakni, Presiden RI ke-2, Soeharto dan Presiden Jokowi pasca ditinggal oleh wanita yang sangat disayanginya. 

Jujur, awalnya agak keberatan karena memang bakal sangat sulit menerima tantangan ini. Namun, demi Kang Mas Rudy Gunawan, penulis akan coba sedikit mengupasnya dengan ilmu cocokologi yang dimiliki. 

Tak usah berbasa-basi lagi. Yuk, kita mulai...! 

PRESIDEN Soeharto memimpin Negara Indonesia hampir selama 32 tahun. Lamanya berkuasa the smiling general ini dipercaya bukan hanya mengandalkan kecakapannya dalam mengatur strategi politik dalam negeri, melainkan dibantu hal lain yang berbau mistis. 

Sebagaimana pernah penulis baca dari beberapa sumber, Presiden Soeharto memang dikenal sangat lekat dengan dunia spiritual. Bahkan, kabarnya Presiden RI ke-2 ini adalah salah seorang penganut kejawen yang taat. Yaitu, sebuah ilmu kebatinan yang bersumber dari budaya leluhur jawa kuno. 

Masih bicara dunia spiritual. Presiden Soeharto juga disebut-sebut memiliki guru atau dukun spiritual pribadi. Dari sekian banyak gurunya itu, yang paling terkenal adalah Soedjono Hoemardani.

Nama guru yang satu ini terkenal karena memang bukan merupakan nama rahasia dan sudah banyak dikenal publik.  Jendral nyentrik berambut gondrong ini sudah menjalin hubungan dekat dengan Presiden Soeharto saat keduanya masih aktip di militer. 

Dan, menurut beberapa sumber yang pernah penulis baca, keduanya memang sama-sama sangat lekat dengan dunia mistis. Malah tak jarang, keduanya sama-sama mengunjungi tempat-tempat keramat, sehingga mampu mengoleksi benda-benda pusaka yang tak terhitung banyaknya. 

Jamak, ketika Soeharto naik takhta menjadi Presiden RI ke-2, Soedjono Hoemardani diangkat sebagai orang kepercayaan sekaligus guru spiritualnya. Namun, dalam praktiknya tak sekadar mengurusi hal-hal pribadi Soeharto kaitannya dengan dunia mistis. Soedjono juga dipercaya mengelola urusan bisnis dan negara. 

Meski demikian, banyak yang percaya bahwa kekuatan utama Presiden Soeharto datang dari istri tercintanya, Siti Hartinah. Terlepas baik atau buruk peran seorang Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto ini di mata sejarah, tak bisa dipungkiri bahwa beliau punya arti penting dalam 32 tahun sejarah Indonesia. 

Keberadaan Ibu Tien Soeharto sejak meninggal pada 28 April 1996 silam mungkin tak diingat sesering Presiden Soeharto. Namun, "kesaktian"-nya dalam menopang kokoh Soeharto tak perlu dipertanyakan lagi. 

Banyak orang percaya, Ibu Tien merupakan keluarga besar Keraton Kasunanan Surakarta, Solo Jawa Tengah. Hal inilah yang katanya merupakan sumber kewibawaan dan pamor Presiden Soeharto. 

Tidak mengherankan banyak pihak yang meyakini saat Ibu Tien meninggal, pamor dan kewibawaan Presiden Soeharto juga turut surut. Dan, akhirnya lengser keprabon dua tahun pasca meninggal istrinya tercinta. 

Bicara soal kewibawaan dan "kesaktian" Ibu Tien sangat berpengaruh terhadap Presiden Soeharto sempat diungkap oleh seorang mantan pilot Helikopter AU. Dikutip dari Tribunnews.com, kesaktian Ibu Tien konon terletak pada tusuk konde rambutnya. 

Menurut mantan pilot helikopter tersebut, suatu ketika dia sempat membawa Ibu Tien dan beberapa pengawalnya. Namun, sebelum mau masuk Heli, dia sempat melihat tusuk konde yang dikenakan Ibu Tien tersenggol dan jatuh. 

Spontan Pilot itu menunjukkan kesigapan mengambil tusuk konde dan ingin menyerahkannya pada Ibu Tien. Namun, belum sampai tangannya menyentuh tusuk konde, para pengawal Ibu Tien lebih sigap terlebih dahulu menampar si Pilot. 

Pilot heli itu baru menyadari jika untuk mengambil tusuk konde Ibu Tien perlu "ritual" tertentu dan tidak boleh dipungut sembarangan. 

Pasalnya personel Paspampres yang mengambilnya terlebih dahulu menyembah tusuk konde itu sambil komat-kamit, kemudian dengan takzim menyerahkannya kepada Ibu Tien. 

Percaya tidaknya atas kesaktian Ibu Tien dan tusuk kondenya tersebut tentu dikembalikan pada kepercayaan kita masing-masing. Namun, fakta berbicara bahwa Presiden Soeharto mampu berkuasa lama jadi Presiden RI. Dan, hanya bertahan dua tahun pasca meninggalnya Ibu Tien. 

Jokowi Pasca Ditinggal Ibunda 

Nah, bicara tentang kepercayaan, kekuatan dari seorang wanita yang sangat dicintai demi menopang karier seseorang. Menarik kita telisik soal kekuatan Presiden Jokowi pasca ditinggal ibundanya tercinta, Sujiatmi. 

Diakui atau tidak, Kesuksesan Presiden Jokowi memang tidak bisa dilepaskan dari doa seorang ibu. Apalagi kabarnya Ibunda Jokowi merupakan sosok ibu yang taat beribadah dan rutin mengerjakan shalat tahajud, shalat dhuha, puasa Senin-Kamis dan aktif diberbagai forum pengajian. 

Banyak ditulis dalam beberapa media massa, dalam shalatnya, Sujiatmi selalu mendoakan Jokowi agar selalu sukses dalam menjalankan tugas dan selalu diberi kemudahan dan keselamatan. 

Sujiatmi memang seorang muslimah yang taat. Waktu luangnya selalu digunakan untuk mengikuti pengajian dan beribadah. Dan Jokowi pun mengakui kekuatan ibundanya terletak pada doa. 

Berkat keteguhan, ketekunan dan kekuatan doa ibunya, karier politik Jokowi berjalan mulus layaknya jalan tol. Tengok saja, sejak terjun pada dunia politik dengan mencalonkan Wali Kota Solo tahun 2005 lalu, pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 ini tidak pernah kalah dalam Pemilu. 

Jokowi mampu meraih hasil sempurna dalam setiap ajang pemilihan calon pemimpin. Dua kali pada Pilwakot Solo (2005 dan 2010), kemudian maju pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012. Dia kembali sukses mengalahkan petahana.

Selang dua tahun Jokowi mencalonkan diri jadi presiden pada tahun 2014, dan hasilnya kembali menang. Pun, pada kontestasi Pilpres 2019 lalu, Jokowi mampu menunjukan superioritasnya. 

Tanpa menafikan peran penting istrinya tercinta, Ibu Iriana. Sekali lagi kesuksesan Jokowi tersebut tak bisa dilepaskan dari doa seorang ibu. Namun, apa jadinya kekuatan Jokowi sepeninggal ibundanya. Sebab, sebagaimana diketahui bersama bahwa ibundaya tersebut telah kembali menghadap sang Maha Pencipta pada 25 Maret 2020 lalu. 

Akankah meninggalnya Sujiatmi berpengaruh terhadap pamor Jokowi sebagaimana Presiden Soeharto setelah ditinggal Ibu Tien? 

Penulis rasa pertanyaan tersebut di atas akan sulit dijawab. Bagaimanapun antara Soeharto dan Jokowi berada dalam kondisi dan situasi politik yang berbeda, dengan sumber "kekuatan" berbeda pula. 

Jika Ibu Tien banyak diberitakan memiliki kekuatan spiritual begitu kuat, sementara kekuatan Sujiatmi terletak pada keyakinannya terhadap Sang Maha Pencipta, yaitu doa. 

Meski demikian, dalam pandangan ilmu cocokologi penulis, pasca meninggalnya Sujiatmi, pamor Presiden Jokowi dalam beberapa bulan terakhir memang tengah dipertaruhkan, bahkan tak jarang dicibir dan disuruh mundur dari jabatannya.

Tengok saja, berapa kali Jokowi seolah kehilangan pamor dan tidak dianggap layaknya seorang presiden. Sejumlah kalangan dengan terang-terangan menuduhnya plin-plan karena aturannya tentang penanganan virus Korona tidak jelas. 

Bahkan, sempat merebak isu pemakzulan, lantaran keputusannya menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi virus Korona dianggap menabrak konstitusional. 

Masih tentang virus Korona, Presiden Jokowi pun mendapat kritik tajam dari pihak yang justru sebelumnya sangat mendukung pada Pilpres 2019. Salah satunya datang dari komika, Ernest Prakasa. 

Tidak hanya itu, soal majunya putra sulung, Gibran Rakabuming Raka, dan menantunya, Bobby Nasution pada kontestasi Pilkada serentak 2020 juga cukup berkontribusi pada perlakuan kurang menyenangkan publik terhadap Jokowi. Dalam hal ini, Jokowi banyak menuai kritik tajam, cibiran serta nyinyiran. Pasalnya, dianggap terlalu mengedepankan kepentingan pribadi dan melanggengkan politik dinasti. 

Beberapa contoh di atas hanya sebagian kecil masalah yang mendera Presiden Jokowi dalam beberapa bulan terakhir atau setelah wafatnya Ibu Sujiatmi. Segala bentuk kritik, cibiran, nyinyiran hingga isu pemakzulan tersebut yang kadang dilayangkan seenak udel oleh publik seolah menandakan pamor Jokowi telah surut. 

Pertanyaannya, apakah semua itu terjadi akibat ibunda Jokowi telah meninggal? Wallahualam bhi Shawab. 

Namun, berdasarkan ilmu cocokologi, masalah terus menerus datang terhadap Presiden Jokowi dalam beberapa bulan terakhir. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun