Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ilmu Pelet Marongge

28 September 2020   17:05 Diperbarui: 28 September 2020   17:09 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TONO belum lama ini ditolak seorang wanoja geulis (gadis cantik). Risma. Penolakan itu membuatnya patah hati dan kehilangan gairah hidup. Tiap hari kerjanya hanya duduk berdiam diri di pelataran rumah. Pandangan matanya selalu kosong dan nanar.

"Hei, Bro. Melamun saja," Tiba-tiba Ridwan datang mengagetkan teman karibnya sejak masih bocah itu.

Tono terhenyak. "Eh, kamu. Ngagetin aku saja."

"Lagian, dari tadi aku lihat melamun saja. Kenapa emangnya?"

Tono tak banyak bicara. Raut wajahnya tampak tak bergairah. Dia kembali melamun.

Ridwan penasaran, lalu menepuk pundak sahabatnya."Malah melamun. Ayo jawab, kenapa?".

Dua kali dikagetkan, sejenak Tono menoleh ke arah sahabatnya. Dan, mempersilahkan duduk.

Dengan suara berat, Tono mengaku, setelah ditolak mentah-mentah, pikirannya tak bisa lepas dari Risma. Semakin dipikirkan, semakin sakit pula hatinya.

Mendengar pengakuan sahabatnya, Ridwan malah meledek. "Halaaah, masalah perempuan rupanya. Gampang, cari saja yang baru!".

"Enak saja ngomong. Aku sudah terlanjur mencintainya. Jujur, aku tak bisa lagi ke lain hati," ungkap Tono.

Ridwan tampak tak percaya. "Waduh. Beneran?".

"Serius, Bro."

Entah apa yang ada dalam pikiran Ridwan, dia celingak-celinguk untuk memastikan tidak ada orang, selain mereka berdua. Sejurus kemudian, bibirnya didekatkan pada telinga kiri Tono. Lalu, membisikan sesuatu.

"Beneran?" kata Tono setengah berteriak.

"Ssstt. Jangan keras-keras! Entar kedengaran orang lain," sergah Ridwan.

"Serius, Bro. Beneran informasi itu?" Tono mengendorkan nada suaranya.

Iya. Saudaraku pernah ke sana, dan berhasil," jawab Ridwan. Yakin.

"Gimana, mau?" lanjut Ridwan.

"Ayo, kita coba. Kapan kita berangkat?".

"Entar saja malam Jumat kliwon" jawab Ridwan.

"Oke," Tono setuju.

***
Malam Jumat Kliwon Tono dan Ridwan telah tiba di tempat tujuan. Marongge.

Menurut kepercayaan masyarakat Sumedang, Marongge terkenal sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pelet ampuh. Konon kabarnya, Marongge adalah tempat moksa (menghilang) seorang laki-laki sakti mandraguna. Mbah Gabug.

Sewaktu muda, Mbah Gabug terkenal jago memikat wanita. Dengan kesaktiannya wanita manapun pasti jatuh dalam pelukannya.

"Ini tempatnya? tanya Tono.

"Iya."

"Terus kita ngapain sekarang?" Tono penasaran.

"Santai, Bro. Orang santai disayang tuhan. He .. He .. He," Ridwan mengolok-olok sahabatnya itu.

Merasa diejek, Tono sedikit mangkel. "Serius, ah. Aku sudah ingin cepat dapat ilmu itu."

"Ya sudah. Ayo kita ke sana," Ridwan mengajak Tono ke suatu tempat.

Rupanya yang dituju kedua sahabat ini adalah sebuah gubuk tua, yang dihuni seorang kakek sekitar 80 tahun. Tubuhnya kurus kering, rambutnya putih. Lebih pantas disebut mayat hidup.

"Silahkan duduk anak muda," kata si kakek.

Setelah keduanya duduk di ubin yang terbuat dari anyaman bambu, si kakek langsung bertanya. "Ada apa kalian ke sini?".

"Sa .. sa ...," Entah takut, entah grogi, Tono tak mampu meneruskan kata-katanya. Untung saja Ridwan paham dengan kondisi sahabatnya ini. Dia lantas menjelaskan masalah Tono dan maksud kedatangannya ke sana.

"He .. He. Dasar anak muda zaman sekarang, inginnya mudah," kata si kakek terkekeh.

Kakek itu lalu meminta Tono yakin dan percaya dan mengikuti proses ritual. Disebut nyacap ajian. Semacam jampi-jampi untuk memikat wanita.

Demi mendapatkan gadis pujaannya, Tono langsung menyanggupi. Dengan tekad kuat, dia melakukan segala perintah si kakek dengan khusuk, hingga tak terasa waktu telah menunjukan jam 24.00 WIB.

"Selesai. Sekarang kamu tinggal mandi Sungai Cilutung!" perintah si kakek.

"Apa, Kek?" Tono terkejut bercampur takut. Selama ini dia belum pernah mandi di sungai sendian. Sekadar pergi ke kamar mandi pun, kadang minta di temanin ayahnya.

"Ya, itu ritual terakhir. Di sana kamu harus mandi sambil melafalkan jampi-jampi yang kakek ajarkan. Satu lagi, celana dalam yang kamu pakai sudahnya harus dilarung."

Tono melongo mendengar perintah si kakek. Pikirannya berkecamuk, antara takut dan keinginannya mendapatkan Risma.

"Kamu takut? Kalau takut lebih baik pulang. Lupakan niatmu itu!" ujar si kakek.

Merasa kepalang tanggung, Tono akhirnya memberanikan diri. "Tidak, Kek. Saya siap mandi di sungai."

***
Jarak dari gubuk ke sungai lumayan jauh. Melewati hutan dengan jalan setapak. Namun, karena sudah kepalang basah, Tono akhirnya memberanikan diri.

Baru juga 20 meteran melangkah, tiba-tiba dia mendengar suara aneh. Tono kaget, niat balik lagi, tetapi diurungkan.

"Ah, mungkin ranting jatuh," pikirnya. Tono melanjutkan perjalanannya.

Namun, beberapa meter kemudian, pundaknya serasa ada yang menepuk. Tono kaget setengah mati. Anak muda itu semakin dihantui rasa takut luar biasa. Wajahnya pucat, tubuhnya menggigil dan kakinya serasa berat dilangkahkan.

"Duh Gusti, tolong hamba!" gumam Tono, lalu melafalkan ayat-ayat suci Al-Quran sebisanya.

Aneh, Tono seolah mendapatkan tenaga baru setelah membaca ayat-ayat suci tersebut. Dia pun kembali melanjutkan langkahnya menuju sungai. Bibirnya tak berhenti komat-kamit membacakan ayat suci.

Mungkin karena kekuatan doanya, Tono akhirnya sampai juga di Sungai Cilutung. Sejenak dia termenung. Lalu, menoleh kanan kiri. Tak ada apapun kecuali semuanya serba gelap dan suara gemericik aliran sungai.

Sesuai perintah si kakek, Tono pun mulai menanggalkan pakaiannya. Hanya celada dalam yang tersisa. Kemudian dia mendekati bibir sungai.

Tono tampak menggigil, karena udara malam itu sangat dingin.

"Bismillah," dengan mengucapkan kalimat basmallah, Tono menceburkan tubuhnya ke sungai. Kemudian melafalkan jampi-jampi yang telah diajarkan si kakek.

Beruntung, selama melafalkan jampi-jampi tidak ada gangguan apapun. Tono mampu menyelesaikannya dengan lancar. Sesuai perintah si kakek, anak muda ini menanggalkan celana dalamnya kemudian dilarung menyusuri aliran sungai.

Celaka, begitu beres melarung celana dalamnya, tiba-tiba ada suara tertawa seorang perempuan. Sontak anak muda ini ketakutan dan lari terbirit-birit dengan telanjang bulat. Tono lupa, "burungnya" lepas dari sangkar.

Salam

Catatan: Marongge terletak di Kecamatan Tomo, Sumedang, Jawa Barat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun