Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Tabir G30S: Omar Dani Dihantui Hukuman Mati Puluhan Tahun

26 September 2020   21:37 Diperbarui: 26 September 2020   21:48 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagain besar hidupnya dia habiskan di sel tahanan, dan dihapus dari narasi sejarah bangsa Indinesia. Dialah Omar Dani, disayang Sukarno, dinistakan oleh Soeharto. 

TANGGAL 30 September malam, sejumlah pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel (Letkol) Untung Syamsuri bergerak ke beberapa titik sasaran untuk menculik tujuh jendral TNI Angkatan Darat (AD). Dalihnya, untuk dihadapkan kepada sang pemimpin besar revolusi, Presiden Sukarno. 

Dalam perjalanannya, bukan hanya penculikan yang terjadi, tetapi sekaligus pembunuhan. Ada enam jendral yang menjadi korban pada malam durjana dimaksud. 

Satu jendral lainnya, Panglima TNI, Jendral Abdul Haris Nasution berhasil lolos. Kendati begitu, putri bungsu, Ade Irma Nasution dan ajudan setianya, Kapten Pierre Andreas Tendean menjadi korban. 

Masih belum jelas siapa dalang di balik peristiwa G30S yang mengakibatkan terbunuhnya enam jendral dan satu perwira pertama. Terlalu banyak versi dan teori, sehingga sementara ini peristiwa tersebut masih menjadi tabir gelap yang sulit terungkap. 

Namun, pada zaman kekuasaan rezim orde baru (Orba), Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap sebagai dalang satu-satunya di balik peristiwa G30S tersebut. Penyesatan sejarah ini terus digencarkan oleh penguasa orba. Salah satunya dengan film propaganda yang berjudul "Pengkhianatan G30S/PKI". 

Dalam film karya cipta sutradara kondang, Arifin C Noer, dikisahkan bahwa DN Aidit dan kawan-kawan adalah gembong-gembong PKI yang merencanakan penculikan dan pembunuhan para jendral TNI AD. Sedangkan Mayjend Soeharto adalah tokoh sentral yang sukses menghancur leburkan PKI hingga ke akar-akarnya. 

Namun, saat era reformasi lahir mengganti rezim orba, film G30S/PKI dianggap tak pantas lagi menjadi tontonan publik. Sebab dianggap sarat dengan penyesatan sejarah demi kepentingan legitimasi kekuasaan. 

Kendati demikian, menurut beberapa pihak film itu tak seluruhnya salah. Ada beberapa bagian yang memang benar-benar terjadi. Semisal penumpasan PKI pasca peristiwa G30S. 

Banyak tertulis dalam buku-buku sejarah, Pangkostrad, Mayjen Soeharto bergerak cepat, memadamkan pemberontakan. Perburuan dan penangkapan terhadap para pelaku G30S dilakukan cepat. Termasuk para tokoh-tokoh pentingnya. 

Masih dalam catatan sejarah, sebagian tokoh PKI diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) yang menyewa tempat di kantor Bapennas. Sementara DN Aidit yang dianggap orang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah itu melarikan ke Jawa Tengah, namun akhirnya berhasil diciduk dan dibunuh. 

Beberapa nama tokoh PKI dan tokoh lain yang dianggap terlibat G30S dan divonis mati oleh putusan sidang Mahmilub sepanjang tahun 1966 itu diantaranya Sudisman, Untung Syamsuri, Nyono, Nyoto, Syam Kamaruzaman, Brigjend Soepardjo dan mantan Menteri Panglima Angkatan Udara, Omar Dani. 

Ada hal menarik, dari sekian banyak tokoh G30S yang telah divonis hukuman mati, ternyata pada kenyataannya Omar Dani bernasib lebih baik. Sampai akhir hayatnya, hukuman mati tersebut tak kunjung datang. 

Jelas ini berbeda dengan nasib yang dialami, Letkol Untung, Brigjend Soepardjo, Syam Kamaruzaman dan kawan-kawan lainnya. Hidup mereka berakhir di hadapan regu penembak. 

Kenapa? 

Banyak buku sejarah mencatat, sebenarnya Omar Dani tak begitu terlibat dalam G30S, namun karena dianggap sebagai loyalis garis keras Presiden Sukarno dan menolak pembubaran PKI, maka dia pun harus bernasib sial. Mayjend Soeharto yang telah mengantongi Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) segera menggulung dan menjebloskannya dalam sel tahanan, hingga akhirnya Mahmilub menjatuhkan hukuman mati. 

Sambil menunggu eksekusi mati, Omar Dani dijebloskan ke dalam sel tahanan Nirbaya, Jakarta Timur. Di sana dia berteman dengan hari-hari penuh penderitaan. 

Omar Dani diisolasi dari dunia luar. Dia dilarang untuk berbincang dengan sesama tahanan lain. Kesepian menjadi penyakit dalam masa pemenjaraan. Di Nirbaya pula, Omar Dani menerima surat pemecatannya dan pencabutan tanda jasa yang ditandatangani Presiden Sukarno. 

Bahkan, alih-alih dikenang sebagai mantan Panglima AU, pada rezim Soeharto, Omar Dani lebih ditonjopkan ditonjolkan sebagai pengkhianat negara. Namun, dia tetap tabah sambil menunggu eksekusi mati yang tak kunjung tiba. 

Kendati begitu, seperti dituturkan Mochtar Lubis, Pemimpin Redaksi (Pemred) Surat Kabar Indonesia Raya yang dijebloskan ke penjara karena pemberitaan kritis terhadap peristiwa Malari 1974,  Omar Dani selalu berdoa setiap malam agar dikuatkan hatinya. Dani khawatir pintu sel penjaranya ada yang mengetuk, lalu mereka membawanya ke tempat eksekusi mati. (Sumber: chanel youtube Semangat Cerita). 

Tahun terus berganti, nyatanya ekseskusi mati terhadap Omar Dani tak kunjung tiba. Rupanya takdir berkata lain, pada 14 Desember 1982, Omar Dani menerima grasi. Hukumannya diganti menjadi penjara seumur hidup. 

Dan, pada 16 Agustus 1995, Dani dibebaskan karna faktor lanjut usia. Selama 29 tahun 4 bulan, pria kelahiran Surakarta, 23 Oktober 1924 itu menjalani hidupnya di dalam tembok penjara. 

Akhirnya, sang loyalis Presiden Sukarno itu menghembuskan nafas terakhir pada 24 Juli 2009. Omar Dani meninggal dalam damai tanpa dendam. 

Begitulah kisah tragis yang dialami oleh Omar Dani. Seorang pria yang awalnya memiliki karier cemerlang di duni kemiliteran, namun harus berakhir nista di dalam sel tahanan. 

Semoga dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah dan pejaran. Mengutip dari kata-kata Bung Karno sang Proklamator bangsa, yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah). 

Dengan mengenal sejarah, kita tentu bisa menimang dan menilai pelajaran apa yang bisa kita petik demi kemajuan kita di masa mendatang

Salam

Referensi: satu - dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun