Menarik mencermati statement Luqman tentang dugaan adanya motif politik atas pengakuan Gatot tersebut. Entah apa arah politik yang dimaksud Luqman. Namun, penulis melihatnya, Gatot sepertinya tengah mencoba politik yang pernah dipakai oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat dirinya hendak mencalonkan diri pada Pilpres 2004 silam.Â
Kala itu sebagaimana bisa kita lihat dan baca pada jejak-jejak digital yang ada, SBY diduga melakukan drama "politik korban" demi meraih simpati publik. Dia menempatkan diri sebagai pihak yang didzalimi oleh Presiden Indonesia kala itu, Megawati Soekarnoputri.Â
Politik melodramatik SBY berjalan sukses. Dia mampu meraih banyak simpati masyarakat hingga puncaknya berhasil memenangkan kontestasi Pilpres 2004 dan melenggang mulus ke Istana Negara.Â
Berkaca pada politik SBY, boleh jadi apa yang dikatakan Gatot Nurmantyo ingin menempatkan diri sebagai "korban" kebijakan pemerintah. Manuvernya ini bertujuan meraih simpati publik.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H