Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama aliaa Ahok dikenal tempremental, kerap asal ceplos dan cenderung kontroversi. Ini pula yang membuat dia kurang disukai banyak pihak. Mampukah Ahok bertahan dengan sikapnya itu?Â
BARU-BARU ini jagat tanah air kembali dihebohkan dengan viralnya video pernyataan pedas Ahok yang mengkritik internal korporasi Pertamina. Kritik Ahok didasari keinginan supaya tata kelola BUMN tersebut benar-benar menjadi profesional.Â
Namun, menurut sejumlah kalangan kritik Ahok tersebut dianggap telah mengumbar aib atau menelanjangi kebobrokan perusahaan negara, dimana dia sendiri sebagai komisaris utamanya.Â
Betapa tidak, dengan lugas dan gamblangnya, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut bahwa dirinya bukan lagi seorang pengawas, melainkan sebatas eksekutor di Pertamina. Bukan hanya itu, dia juga menyebut perusahaan tempatnya bekerja selama ini mayoritas komisarisnya merupakan titipan banyak kementerian.Â
Tak cukup sampai di situ. Ahok pun menjelaskan alasan dirinya menolak jabatan Direktur Utama (Dirut) Pertamina. Dia mengaku tidak ingin lagi membuat gaduh situasi dan kondisi di tanah air.Â
Maksud dari pernyataan mantan Bupati Belitung Timur itu, jika dirinya menerima jabatan Dirut Pertamina akan terjadi demo oleh kelompok-kelompok yang selama ini menentangnya. Dengan tegas, Ahok menyebut kelompok tersebut adalah "Kadrun".Â
Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa "Mulutmu Harimaumu". Artinya, kita harus waspada terhadap mulut sendiri. Bila tidak hati-hati, salah-salah yang keluar dari mulut kita akan mencelakai si empunya. Ibarat harimau yang tiba-tiba menerkam pawangnya.Â
Ini pula rupanya yang dialami Ahok. Kata-kata "Kadrun" yang keluar dari mulutnya mengundang reaksi keras berbagai pihak. Ahok seolah memantik "perang" dengan pihak yang disebut "Kadrun" tersebut.Â
Menurut beberapa berita di media massa, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon malah menyebut pernyataan "Kadrun" tersebut sebagai wujud rasisme.Â
Sementara, Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain juga cukup terusik dengan kata-kata Ahok itu. Apalagi, dibumbui dengan kata-kata "mau demo".Â
Pasalnya, pernyataan Ahok itu sangat mungkin memicu kegaduhan di tanah air. Karena itu, Tengku ingin Ahok berterus terang, apa maksud dan siapa "Kadrun" dimaksud.Â
"Enak saja Ahok mengatakan kalau dia diangkat jadi Dirut Pertamina, kadrun-kadrun mau demo lagi. Mau bikin gaduh lagi Republik ini. Maksud ente kadrun siapa, Hok? Mereka yang membela Al Qur'an yang ente hina kemarin itu? Lagi pula demo itu hak rakyat yang dilindungi UUD 1945 Pasal 28," kata Tengku. Dikutip dari Suara.com.Â
"Ahok sebut kadrun akan demo jika dia jadi Dirut Pertamina. Jika benar dia sebut kata "kadrun" sungguh Ahok tidak tahu diri... Ahok, ente diterima tinggal di NKRI saja mestinya sudah syukur... Sadarlah diri..." Imbuhnya.Â
Di lain pihak, masih dikutip Suara.com, tokoh Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin menyebut Ahok "tukang gaduh." Menurutnya, Ahok sedang menggunakan "Jurus Mabuk". Tubruk sana-sini demi menutupi kebodohannya yang membuat Pertamina rugi hingga Rp. 11 triliun.Â
"Ahok hanya bikin gaduh aja kerjanya. Paling jago ya cuma nyalahin orang terus mencari kambing hitam deh," kata Novel. Kamis (17/9/2020).Â
Novel menyarankan pemerintah agar memberhentikan Ahok dari posisi komut Pertamina karena dianggap tidak cukup ahli. Kata Novel, Pertamina belum terlambat untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian yang lebih besar.Â
Ikhwal KadrunÂ
Mendengar kata "Kadrun", penulis jadi ingat pegiat media sosial, Denny Siregar. Bukan satu dua kali, dia dalam cuitan di akun twitter milik pribadinya menulis kata-kata dimaksud.Â
Jika dicermati atau diperhatikan dengan seksama, kata-kata "Kadrun" yang ditulis Denny ini hampir selalu ditujukan pada pihak-pihak yang bersebrangan dengan pemerintah.Â
Lalu, apa arti sebenarnya "Kadrun" itu?
Jika menilik pada sumber-sumber bacaan yang ada, "Kadrun" adalah akronim dari "Kadal Gurun". Sesuai namanya, biasanya kadal gurun ini terdapat di wilayah-wilayah atau negara yang memilki gurun pasir. Sebut saja, negara-negara Jazirah Arab.Â
Namun di tanah air, "Kadrun" atau kadal gurun ini tentu bukan arti sebenarnya. Ternyata merupakan istilah semata bagi pihak-pihak yang erat hubungannya dengan keturunan Negara Arab yang bukan pendukung Presiden Jokowi atau pemerintah, dan pihak-pihak yang menyandang label intoleran pro NKRI Syariah, atau biasa disebut khilafah.Â
Istilah Kadrun ini sempat ramai diperbincangkan banyak pihak telah muncul sejak zaman Partai Komunis Indonesia (PKI) masih berdiri tegak di tanah air. "Kadrun" ditujukan untuk menghina umat Islam. Namun, akhirnya hal ini banyak dibantah.
Pasalnya, "Kadrun" dipercayai baru poluler di tanah air pada saat kontestasi Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 lalu, seiring munculnya istilah "Cebong" dan "Kampret".Â
Akhirnya, ketiga istilah tersebut di atas makin populer pada perhelatan dua kali Pilpres, pada tahun 2014 dan 2019. Sebagai bentuk panasnya rivalitas dua kubu, yakni pendukung Presiden Jokowi dan pendukung Prabowo Subianto.Â
Semoga tetap KondusifÂ
Dalam kesempatan ini, penulis hanya berharap, pernyataan Ahok yang menyinggung "Kadrun" semoga tidak berlarut-larut. Semua pihak bisa menahan diri, jangan sampai hal-hal semacam ini memantik kegaduhan lebih besar, sehingga yang bakal rugi tetap saja masyarakat.Â
Lebih baik semua pihak fokus saja terhadap masalah yang sedang dihadapi saat ini, yaitu pandemi virus corona (Covid-19). Daripada meributkan masalah Ahok dan "Kadrun", lebih baik meributkan bagaimana caranya agar pagebluk ini cepat berlalu dan kondusifitas bangsa dan negara tetap terjaga dengan baik.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H