UNTUK bisa menghancurkan musuh itu setidaknya bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, Langsung dihadapi bila mampu. Kedua, dengan cara merusak nama baiknya, agar dibenci semua pihak. Dan, biarkan pada akhirnya hancur sendiri.Â
Cara kedua biasanya lazim terjadi dalam dunia politik tanah air. Demi menghancurkan lawan politiknya, tak jarang cara yang diambil adalah mengumbar kesalahan pihak musuh hingga menjadi perbincangan panas di masyarakat.Â
Sebagai contoh, dalam beberapa waktu terkahir yang menjadi korban akibat serangan lawan politik itu adalah partai penguasa, PDI Perjuangan.Â
Ada dua peristiwa yang menyebabkan partai berlambang banteng gemuk moncong putih tersebut menjadi bulan-bulanan atau cibiran publik, terutama datang dari lawan politik.Â
Pertama, pernyataan Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan, Puan Maharani soal "semoga masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) lebih dukung Pancasila".Â
Pernyataan putri sulung Megawati Soekarnoputri yang disampaikan saat pengumuman calon gubernur dan wakil gubernur Sumbar dukungan PDIP, seketika menjadi viral. Sontak, Puan Maharani dan PDIP langsung harus menanggung akibatnya.Â
Tak sedikit yang menyerang dan menilai Puan tidak faham sejarah masyarakat Sumbar. Bahkan ada beberapa pihak yang menginginkan dia mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI.Â
Sementara dampak bagi PDIP sendiri adalah pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Mulyadi-Ali Mukhni langsung mengembalikan dukungannya. Dengan begitu, pertama dalam sejarah, partai banteng itu tak terlibat dalam perebutan kursi pemimpin masyarakat Minangkabau.Â
Jelas mereka tidak ingin nama PDIP yang sedang terpuruk di Sumbar mengggangu dan melemahkan posisinya dalam perebutan kursi gubernur dan wakil gubernur dimaksud.Â
Celakanya, selang beberapa hari kemudian, PDIP pun harus gigit jari karena tak bisa terlibat dalam Pilkada Kota Cilegon Banten. Karena pasangan calon Helldy Agustian-Sanuji Pentamarta enggan menerima dukungan. Mereka lebih memilih Partai Berkarya dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Â
Alasan ditinggalkannya rekomendasi yang ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Hasto Kristianto karena Helldy enggan dipasangkan dengan Reno Yanuar. Calon yang diusulkan PDIP.Â