Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Satire Rocky Gerung tentang Mahfud MD

12 September 2020   23:50 Diperbarui: 13 September 2020   00:10 7687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Malaikat bisa jadi iblis jika masuk di sistem pemerintahan Indonesia," Mahfud MD

PERNYATAAN yang dilontarkan Mahfud MD di atas terjadi pada tahun 2012, jauh sebelum dirinya diangkat jadi Menteri Koordinator Bidang Hukum, Politik dan Keamanan (Menkopolhukam) oleh Presiden Joko Widodo. Namun, entah apa maksudnya, pernyataan tersebut kembali viral belum lama ini. 

Apa yang diucapkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu boleh dibilang sangat sarkasme, mengingat berani membandingkan prilaku manusia yang berada dalam lingkaran pemerintahan dengan mahluk yang amat dibenci oleh umat manusia, Iblis.

Jika boleh menafsirkan, maksud dari ucapan Mahfud itu mungkin bentuk kritikan dirinya terhadap para penyelenggara negara yang kerap melakukan hal di luar aturan sehingga merugikan banyak pihak. Seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. 

Sah-sah saja, pernyataan Mahfud mungkin didasari dengan bukti-bukti kuat. Apalagi, saat itu dia masih belum menjabat Menkopolhukam dan bukan dialamatkan terhadap pemerintahan Presiden Jokowi. Lantaran pada tahun 2012, penguasa negeri masih dikendalikan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Lalu, bagaimana sikap Mahfud MD setelah sekarang masuk ke lingkaran pemerintahan? Apakah dia juga terjerumus atas apa yang telah diucapkannya? Wallahuallam Bi Shawab. 

Namun, yang pasti sikap yang dipertontonkan Mahfud sejak diangkat jadi Menkopolhukam memang rubah 180 derajat. Dia tak lagi mampu berkoar menyoroti kebijakan pemerintah. Sebaliknya, kerap membela pemerintahan Jokowi meski hal itu bukan bidangnya. 

Dengan kata lain, sejelek apapun kebijakan pemerintah, pasti bakal dianggap baik oleh dirinya. Ya, itulah Mahfud MD sekarang. 

Tindak tanduk Mahfud sejak menjadi bagian dari pemerintahan rupanya mendapat sorotan dari salah seorang deklarator Koalisi Aksi Menyematkan Indonesia (KAMI), Rocky Gerung. 

Pengamat politik sarat kontroversi ini meyakini, jika Mahfud MD tidak berada di dalam lingkaran pemerintah, bisa menjadi bagian dari KAMI. Lantaran, mantan Ketua MK tersebut dianggap sebagai sosok intelektual dan visioner. 

Hal itu disampaikan Rocky Gerung dalam kanal YouTube pibadinya pada Selasa (8/9/2020). 

"Sebetulnya kalau Pak Mahfud tidak berada di istana, dia pasti jadi deklarator KAMI. Karena Beliau bisa diskursus KAMI, bisa diskursus dia," ujar Rocky Gerung. Dikutip dari Sosok.id. 

Menurut Rocky, ada kerinduan terpendam dalam diri Mahfud untuk menggunakan pemikiran intelektualnya, tanpa dibebani pragmatisme yang berupaya untuk menghindari oportunisme. 

"Kan Pak Mahfud hidupnya dikelilingi oleh para oportunis, para pragmatis, baji**an, kutu loncat, tukang tipu," imbuh Rocky Gerung. 

Disimak sekilas, pernyataan Rocky Gerung tersebut tampak sedang memuji Mahfud MD. 

Namun maaf, bagi penulis ucapan Rocky Gerung tersebut tak lebih dari sindiran halus atau satire. 

Dia seolah ingin mengatakan, bahwa suara-suara Mahfud MD yang kerap vokal sebelum masuk lingkaran pemerintahan Jokowi, tiba-tiba saja sirna hanya karena telah diberi kursi jabatan. 

Rocky Gerung boleh jadi juga ingin mengatakan, bahwa sekeras-kerasnya orang jika sudah ditempatkan pada posisi tinggi di pemerintahan, tingkahnya langsung seperti kucing yang gampang dielus-elus apabila sudah kenyang dikasih makan majikannya. 

Atau, mungkin juga Rocky menyesalkan masuknya Mahfud MD dalam lingkaran pemerintah. Padahal, orang sekelas Mahfud lazimnya memiliki idealisme tinggi tanpa tergiur oleh jabatan. 

Dengan demikian, bisa mengekpresikan segala kekuatan dan kemampuan berpikirnya tanpa dibatasi dengan segaka tetek bengek aturan. 

Itulah pandangan panulis menyimak ucapan-ucapan Rocky Gerung tentang Mahfud MD. Namun, begitu pemikiran dan pemahaman ini bisa benar atau salah. 

Jika benar, pernyataan penulis ini hanya kebetulan. Namun, jika salah memang sejatinya murni milik penulis sendiri.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun