Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati Santuy Menyindir, Gatot Nurmantyo Balik Menyerang

28 Agustus 2020   19:11 Diperbarui: 28 Agustus 2020   19:06 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERBENTUKNYA Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), cukup menggegerkan blantika politik tanah air. Hal itu dipicu oleh para anggotanya yang tergabung dalam kelompok yang dideklarasikan pada Selasa (18/8/2020) di Tugu Proklamasi, Jakarta tersebut adalah tokoh-tokoh "keras" dan kerap kritis terhadap pemerintahan Presiden Jokowi. 

Sebut saja dari beberapa tokoh dimaksud adalah mantan Ketua PP Muhamadiyah, Din Syamsuddin; ekomon senior, Rizal Ramli; mantan Sekretaris BUMN, Muhamad Said Didu; profesor akal sehat, Rocky Gerung; dan belakangan mantan Ketua Umum PAN, Amien Rais pun turut bergabung. 

Kehadiran KAMI ditanggapi beragam. Ada yang menyokong dengan dalih baik sebagai penyeimbang dan kontrol terhadap kinerja pemerintah. Namun, cukup banyak pula yang nyinyir. Mereka menilai, kelompok yang digagas Din Syamsuddin dan kawan-kawan tersebut sarat dengan muatan politis. 

Tak sedikit yang menduga, platform KAMI sebagai kelompok untuk "menyelematkan Indonesia" dengan mengedepankan pergerakan moral masyarakat tak lebih dari kedok semata. Hal itu sengaja dihembuskan guna menutup niat-niat tersembunyi (hidden agenda). 

Benar tidaknya beragam tanggapan publik tersebut tentu masih membutuhkan pembuktian lebih jauh. Dan, itu hanya waktu yang bisa menjawabnya. 

Kendati demikian, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, tampaknya yakin bahwa KAMI dibentuk untuk kepentingan politik dari beberapa tokoh yang ada di dalamnya. 

Hal itu setidaknya Megawati sampaikan dalam sebuah pidatonya pada acara pembukaan Sekolah Dasar Calon Kepala Daerah (Cakada), Rabu (26/8/2020). 

Megawati mengatakan, bahwa dalam tubuh KAMI banyak tokoh-tokoh yang memiliki keinginan menjadi Presiden RI. Hanya saja, disayangkan Mega, tokoh-tokoh dimaksud tidak memiliki partai politik sebagai kendaraaan untuk mencalonkan diri pada Pilpres 2024 mendatang. 

Ungakapn Megawati pada acara pembukaan Cakada tersebut dinilai sebagian pihak sebagai bentuk sindiran terhadap KAMI, khususnya bagi tokoh-tokoh yang memiliki syahwat nyapres. 

Jika dikerucutkan, sejauh ini tokoh KAMI yang digembar-gemborkan memiliki keinginan untuk maju pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut adalah mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo. 

Syahwat politik pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 itu bukan barang baru. Sebelumnya, dia juga pernah berkeinginan mencalonkan diri pada Pilpres 2019 lalu. Hanya saja, saat itu tak ada satu partai pun yang meliriknya. 

Sempat tenggelam pasca Pilpres 2019, nama Gatot Nurmantyo kembali mencuat setelah dirinya bergabung dengan KAMI. Tak sedikit yang menduga, bergabungnya Gatot agar mendapat dukungan demi merajut kembali keinginan politiknya yang sempat gagal. 

Megawati Diserang Balik 

Sebagaimana telah dibahas pada paragraf sebelumnya, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menyindir bahwa dalam tubuh KAMI ada beberapa tokoh yang berhasrat jadi presiden RI. 

Hal tersebut rupanya memantik kekecewaan dari kelompok Din Syamsudin dan kawan-kawan. Meraka pun akhirnya tak segan menyerang balik atas pernyataan putri sulung Presiden Solukarno ini. 

Salah seorang deklarator KAMI, Andrianto menyatakan, bahwa pernyataan Megawati tersebut didasari rasa kecemasan akibat elektabilitas putri sulungnya, Puan Maharani yang masih kalah jauh dari kandidat-kandidat lain. 

"Sesungguhnya mega sedang cemas. Dia kan ingin anaknya tampil, tapi banyak tokoh yang kini bermunculan sebagi capres sehingga kompetisinya lebih ketat. Dalam kacamata politik Mega tidak menguntungkan posisi anaknya." Ujarnya, Kamis (27/8/20). Dikutip dari MantraSukabumi.com. 

Apa yang dikatakan Andrianto, menurut hemat penulis ada benarnya. Betapa tidak, sejauh ini hasil dari beberapa lembaga survei, elektabilitas Puan Maharani tak pernah beranjak dari papan bawah. 

Tengok saja hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada medio Juli 2020, elektabilitas Puan hanya ada di kisaran angka 2 persen. Raihan ini jelas masih jomplang jika dibandingkan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang nangkring di posisi pertama dengan 16,2 persen. 

Sekedar mengingatkan, Ganjar Pranowo ini berasal dari partai yang sama, yakni PDIP. 

Untuk meneruskan trah Sukarno dalam lingkaran kekuasaan, jamak jika Megawati cemas kalau elektabilitas putri sulungnya masih sangat jauh dari harapan. Sebab, selain faktor partai politik sebagai syarat utama dalam pencalonan, elektabilitas juga penting demi menjaga peluang menang pada Pilpres 2024 mendatang. 

Gatot Nurmantyo Bereaksi

Selain Andrianto yang menyerang balik atas sindiran Megawati terhadap KAMI, Gatot Nurmantyo pun tak tinggal diam. Jendral bintang empat ini ikut bereaksi soal dugaan sejumlah kalangan, dirinya tengah bersiap-siap untuk menjadi capres. 

Dikutip dari MantraSukabumi.com, Gatot mengatakan, banyak dari koleganya di KAMI siap membantu pencapresan. Namun dia sampai saat ini belum memikirkan hal itu. Lantaran negara ini sedang sakit dan susah. 

"Terus kamu enggak mikirin negara, mikirin dirimu sendiri untuk kepentingan dirimu di empat tahun mendatang. Itu biadab," Ujar Gatot. 

Bagi Gatot, yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita bisa menyelamatkan negara. 

"Saya katakan lagi, kalau orang berprasangka itu (mau nyapres) wajar-wajar saja karena orang kan berpikiran politik seperti itu. Tapi saya kadang-kadang enggak masuk logika, dalam kondisi seperti ini, terus berpikir untuk dirinya sendiri, egonya dia," ungkap Gatot. 

Terkait dengan pernyataan-pernyataan para tokoh negeri tersebut di atas, penulis sudah pasti tidak punya hak untuk menilai. Benar tidaknya pernyataan-pernyataan yang mereka lontarkan tentu saja hanya hati mereka yang tahu. 

Hanya saja, dalam situasi yang serba sensitif ini alangkah lebih baiknya setiap pihak bisa lebih menahan diri. Daripada mengutarakan narasi-narasi yang kontra produktif lebih baik mereka berpikir jernih tentang bagaimana caranya bisa keluar dari krisis yang berkepanjangan akibat wabah pandemi virus corona atau covid-19. 

Penulis kira, jika para tokoh ini saling berlomba adu gagasan tentang pagebluk ini, tentu akan sangat bermanfaat bagi segenap bangsa dan negara. Aaminn.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun