Sempat tenggelam pasca Pilpres 2019, nama Gatot Nurmantyo kembali mencuat setelah dirinya bergabung dengan KAMI. Tak sedikit yang menduga, bergabungnya Gatot agar mendapat dukungan demi merajut kembali keinginan politiknya yang sempat gagal.Â
Sebagaimana telah dibahas pada paragraf sebelumnya, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menyindir bahwa dalam tubuh KAMI ada beberapa tokoh yang berhasrat jadi presiden RI.Â
Hal tersebut rupanya memantik kekecewaan dari kelompok Din Syamsudin dan kawan-kawan. Meraka pun akhirnya tak segan menyerang balik atas pernyataan putri sulung Presiden Solukarno ini.Â
Salah seorang deklarator KAMI, Andrianto menyatakan, bahwa pernyataan Megawati tersebut didasari rasa kecemasan akibat elektabilitas putri sulungnya, Puan Maharani yang masih kalah jauh dari kandidat-kandidat lain.Â
"Sesungguhnya mega sedang cemas. Dia kan ingin anaknya tampil, tapi banyak tokoh yang kini bermunculan sebagi capres sehingga kompetisinya lebih ketat. Dalam kacamata politik Mega tidak menguntungkan posisi anaknya." Ujarnya, Kamis (27/8/20). Dikutip dari MantraSukabumi.com.Â
Apa yang dikatakan Andrianto, menurut hemat penulis ada benarnya. Betapa tidak, sejauh ini hasil dari beberapa lembaga survei, elektabilitas Puan Maharani tak pernah beranjak dari papan bawah.Â
Tengok saja hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada medio Juli 2020, elektabilitas Puan hanya ada di kisaran angka 2 persen. Raihan ini jelas masih jomplang jika dibandingkan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang nangkring di posisi pertama dengan 16,2 persen.Â
Sekedar mengingatkan, Ganjar Pranowo ini berasal dari partai yang sama, yakni PDIP.Â
Untuk meneruskan trah Sukarno dalam lingkaran kekuasaan, jamak jika Megawati cemas kalau elektabilitas putri sulungnya masih sangat jauh dari harapan. Sebab, selain faktor partai politik sebagai syarat utama dalam pencalonan, elektabilitas juga penting demi menjaga peluang menang pada Pilpres 2024 mendatang.Â