TIDAK ada hujan, tidak ada angin, apalagi sampai tsunami, tiba-tiba penulis dikagetkan dengan munculnya bilboard gambar mantan vokalis Nidji, Giring Ganesha di media sosial dan media mainstream nasional, akan mencalonkan diri pada Pilpres 2024 mendatang.Â
Rasa kaget penulis ini tentu saja bukan tanpa alasan. Namun, alasan utamanya adalah, tidak pernah terpikir sama sekali dalam benak penulis, bahwa pria yang kini bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini kepikiran untuk bersaing dalam perebutan kursi Indonesia satu.Â
Kenapa?Â
Pertama, semenjak beberapa lembaga survei mulai beraksi dengan segala analisis dan penelitian elektoral para kandidat, tak pernah sekalipun, nama Giring tercantum dalam daftar nama yang akan maju pada kontestasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut.Â
Kedua, sekalipun sudah cukup terkenal di blantika musik tanah air, namun pengalamannya di ranah politik boleh disebut masih seumur jagung. Belum banyak masyarakat tahu bahwa mantan vokalis band ini berkecimpung dalam dunia politik praktis.Â
Jujur, dengan hebohnya tulisan "Giring untuk Presiden 2024", penulis masih merasa hal tersebut adalah sebatas trik atau strategi PSI untuk mendulang simpati publik, khususnya kaum milenial, agar partai ini mampu lolos ke Senayan, pada Pemilu legeslatif 2024 mendatang.Â
Namun, belakangan asumsi penulis tersebut salah. Ternyata, pelaksana tugas Ketua Umum PSI ini serius menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.Â
Keseriusan tersebut Giring sampaikan lewat video resmi yang diunggah partainya. Dia menyebut, pencalonannya itu berangkat dari keinginan melibatkan diri dalam politik nasional dan turut serta menentukan arah masa depan Indonesia.Â
Selain itu, pencalonannya ini sekaligus mengaplikasikan keinginan PSI untuk mengisi ruang politik 2024 dengan anak-anak muda.Â
Pekerjaan Rumah Sulit Buat GiringÂ
Mendapati keseriusan Giring, penulis hanya bisa tersenyum. Maaf, bukan bermaksud merendahkan atau underestimate. Hanya saja, keseriusan Giring ini terlalu dini.Â
Benar, sah-sah saja jika Giring ingin melibatkan diri pada Pilpres 2024, toh hal itu merupakan hak semua warga negara. Namun, untuk menuju Pilpres itu bukan perkara mudah. Ada sejumlah syarat yang harus bisa dipenuhi oleh setiap calon yang ingin memperebutkan kursi Indonesia satu.Â
Syarat pertama, tentu saja berupa ambang batas pencalonan presiden maupun wakil presiden, atau biasa disebut presidential threshold.Â
Dalam regulasi ini, aturannya adalah siapapun yang hendak atau berniat mencalonkan diri harus diusung partai politik, sekurang-kurangnya mendapatkan suara sah nasional sebesar 25 persen atau 20 persen dari jumlah total kursi di DPR RI.Â
Merujuk pada presidential threshold di atas, niat Giring untuk maju Pilpres 2024 jelas sangat tidak mungkin jika hanya mengandalkan dukungan partainya.Â
Pada Pemilu legeslatif 2019 lalu, partai yang dipimpin oleh Grace Natalie ini hanya menempati urutan ke-12 dari 17 partai politik yang ikut serta. Perolehan suaranya mencapai 2.650.361 juta atau 1,89 persen. Hasil ini jelas tidak cukup mengantarkan PSI menempatkan satu kursi pun wakilnya di DPR.Â
Jadi, satu-satunya jalan Giring agar tetap bisa maju Pilpres adalah dengan cara menjalin koalisi dengan partai lain sehingga mampu memenuhi ambang batas pencalonan.Â
Kendati begitu, akan sulit bagi Giring untuk mendapatkan kepercayaan dari partai politik lain, mengingat kapasitas, kapabelitas, kredibelitas pria berambut kriwil ini belum terbukti dalam kancah politik nasional.Â
Kecuali, Giring pada perjalanannya kemudian mampu memenuhi syarat kedua. Apa itu?Â
Syarat kedua adalah Giring harus memiliki nilai elektoral atau elektabilitas tinggi. Karena nilai ini merupakan representasi kepercayaan publik terhadap para kandidat.Â
Nah, jika Giring mampu meraih elektabilitas tinggi dan mengungguli para kandidat kuat lainnya. Penulis rasa, tanpa harus mengemis-ngemispun, dengan sendirinya partai politik kemungkinan besar akan datang untuk mengusung pria 37 tahun ini.Â
Pertanyaannya, mampukah Giring dalam waktu empat tahun ini mendongkrak popularitas dan elektabilitas sehingga layak untuk mencalonkan atau dicalonkan?Â
Tentu saja hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit bagi PSI dan Giring sendiri. Untuk mendapatkan itu semua, Giring membutuhkan panggung besar, agar partai politik dan masyarakat benar-benar ingin meliriknya.Â
Giring Ibarat Paksa Gedor Tembok TebalÂ
Seperti telah penulis singgung di atas, bahwa sah-sah saja bagi Giring ingin nyapres pada Pilpres 2024 mendatang, karena merupakan hak seluruh warga negara dan dilindungi oleh Undang-Undang.Â
Hanya, jika merujuk pada eskalasi politik hari ini, keinginan Giring ini tak ubahnya harus merobohkan tembok kokoh dan tebal.Â
Tembok dimaksud adalah nama-nama kandidat yang selama ini sudah masuk dalam radar pemantauan partai politik maupun lembaga survei di tanah air.Â
Tentu saja telah banyak nama yang telah beredar saat ini. Akan tetapi, dari sekian banyak nama itu, ada tiga sosok yang benar-benar sangat kuat dari segi perolehan elektabilitasnya.Â
Ketiga nama tersebut adalah Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto; Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.Â
Ya, sudah bukan rahasia umum ketiga kandidat ini memang sangat potensial bisa maju Pilpres 2024, karena dari hasil beberapa lembaga survei yang pernah dilakukan, perolehan angka elektabilitasnya tidak pernah keluar dari tiga besar.Â
Jadi, penulis rasa Giring ibarat memaksakan diri menggedor tembok tebal saja jika tidak mengurungkan niatnya untuk nyapres, alias hanya mimpi di siang bolong bin sulit terwujud bakal bisa maju pada Pilpres 2024 mendatang.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H