Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KAMI, "Penumpang Gelap", dan Anies yang Tak Dianggap

18 Agustus 2020   19:04 Diperbarui: 18 Agustus 2020   19:08 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DENGAN dalih ingin menyelamatkan Indonesia dari  keterpurukan di segala bidang, seperti demokrasi, budaya, ekonomi dan kesehatan. Sejumlah tokoh nasional, yang diprakarsai oleh mantan Ketua PP Muhamadiyah, Din Syamsuddin, mendirikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). 

Rupanya lembaga yang digawangi nama-nama seperti Rocky Gerung, Sukmawati Soekarnoputri, Muhamad Said Didu, Refly Harun, Sri Bintang Pamungkas, Rizal Ramli, dan kawan-kawan ini tidak main-main atau bukan sekadar cari sensasi. 

Namun, sepertinya ada hidden agenda cukup besar. Bisa jadi, itu tentang target politik. Terbukti, demi menseriuskan bahwa KAMI adalah lembaga yang tidak main-main, hari ini Selasa (18/9/2020), mereka mendeklarasikan lembaga tersebut, di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. 

Sebelumnya, KAMI mulai terbentuk pada awal Agustus 2020 lalu, di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. 

Mereka yang hadir dan tergabung dalam organisasi ini adalah tokoh-tokoh nasional yang kerap melontarkan kritikan-kritikan tajam terhadap pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, diantaranya ada juga yang "doyan" nyinyir. Sebut saja Rocky Gerung dan Muhamad Said Didu. 

Seperti sempat disinggung, kehadiran organisasi ini hadir, konon katanya demi menyelamatkan Indonesia dari praktik-praktik oligarkhi, kleptokrasi, korupsi, dan politik dinasti. 

Soalnya, segala masalah tersebut menurutnya sudah ibarat lubang-lubang menganga pada sebuah kapal. Jadi, perlu segera diselamatkan, sebelum kapal dimaksud karam. 

Tak hanya itu, kabarnya, KAMI juga hadir sebagai wadah untuk mengadu ide dan gagasan, demi memecahkan segala problematika yang tengah dihadapi bangsa dan negara Indonesia. 

Merujuk pada niat-niat hadirnya KAMI seperti tersebut di atas, penulis tak segan akan mengacungkan dua jempol. Asal, niat itu benar-benar murni demi kemajuan bangsa dan negara. Rasanya, terasa adem ayem, tentram dan damai. 

Betapa tidak, di tengah pemerintah sedang pusing memikirkan segala problematika yang diakibatkan wabah pandemi virus corona atau covid-19. Tiba-tiba, KAMI hadir dan siap memberikan solusi dan menyelamatkan bangsa dari keterpurukan. 

Apalagi, tokoh-tokoh KAMI bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah ekspert di bidangnya masing-masing. 

Dengan begitu, mudah-mudahan saja kehadiran KAMI benar-benar mampu mengaktualisasikan ide dan gagasannya demi kebaikan bangsa. Syukur-syukur, mereka juga bisa memberikan solusi jitu agar negara bisa secepatnya keluar dari situasi krisis. 

Tapi, jika merujuk pada rekam jejak beberapa tokoh diantaranya, penulis menjadi was-was dan curiga. Jangan-jangan, bergabungnya mereka dibarengi dengan muatan-muatan politis, yang sengaja hendak merongrong kedaulatan pemerintah. 

Soalnya, maaf. Siapa tidak kenal dengan Rocky Gerung, Sri Bintang Pamungkas, Rizal Ramli, atau Sukmawati, atau Muhamad Said Didu. Mereka adalah nama-nama yang selalu melontarkan kritik tajam terhadap pemerintah. Parahnya, kritikan tersebut kerap cenderung sarkasme dan hampir tidak pernah memberikan solusi yang jelas. 

Benar saja, semenjak berdirinya KAMI hingga dideklarasikan hari ini. Tak sedikit pihak yang menduga, bahwa kehadirannya itu tak lebih sebagai bentuk manuver politik. 

Setidaknya, Hal ini diungkapkan oleh Sekjen HMI MPO Laode Muhammad Farid. Dia menilai deklarasi KAMI kental dengan kepentingan politis, yang dihuni oleh "penumpamg gelap" yang ketinggalan kereta Pilpres 2019, dan sudah tidak sabar ingin berkuasa. 

"Mantan pejabat kalau ingin berkuasa, bersabarlah sampai 2024. Pilpres baru satu tahun berjalan sudah tidak sabar ingin menjatuhkan pemerintah. Ini preseden buruk bagi perkembangan demokrasi," tandas Laode, Selasa (18/8). Dikutip dari Jpnn.com. 

Tak hanya itu, Laode juga menyebut, KAMI itu riskan. Soalnya, pengumpulan massa di tengah pandemi Covid-19 dianggap melanggar protokol kesehatan. 

"Kegiatan di tengah pandemi dengan mengumpulkan massa tidak menghargai tim medis yang tengah berjuang menjadi garda terdepan," ungkapnya. 

Masih dikutip Jpnn.com, kegiatan KAMI juga dituding Laode, tidak menghargai Anies Baswedan, selaku Gubernur DKI yang mengimbau masyarakat tidak melakukan kegiatan kerumunan massa di tengah pandemi Covid-19. 

Anies Tak Dianggap 

Apa yang diutarakan Laode terkait "penumpang gelap" dalam tubuh KAMI, boleh jadi sekadar asumsi dirinya, yang dikaitkan dengan fenomena saat ini. 

Seperti diketahui, akhir-akhir ini konstelasi politik tanah air tengah menghangat. Pemicunya adalah gelaran Pilkada serentak 2020, dan Pilpres 2024. 

Kendati demikian, khusus untuk pendapatnya soal kegiatan mengumpulkan massa yang dilakukan KAMI di tengah pagebluk, penulis harus sepakat. 

Ya, sejatinya para tokoh nasional ini mentaati himbauan pemerintah atau Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk tidak menggelar kerumunan massa. 

Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Mereka justru abai dengan himbauan pemerintah dan tidak menghargai anjuran Anies Baswedan. Karena kebetulan deklarasi itu dilaksanakan di Jakarta. 

Jika begini, penulis jadi berpikir. Jangan-jangan benar, bahwa para tokoh KAMI ini sudah kebelet ingin melancarkan hidden agenda-nya. Sebab, kalau memang tidak ada rencana terselubung, kenapa pula harus grasa-grusu mendeklarasikan organisasinya. 

Padahal, sudah jelas-jelas pemerintah, khususnya Gubernur DKI Jakarta telah menganjurkan untuk menjaga protokol kesehatan termasuk hindari kerumunan di wilayah kekuasaannya. 

Jika demikian halnya, bagaimana publik akan percaya tentang niat mereka. Alih-alih mampu menyelamatkan Indonesia dari segala problematikanya, yang ada mereka bisa saja malah membuat masalah baru. 

Ya, siapa yang berani menjamin bahwa seluruh tokoh atau siapapun yang hadir pada deklarasi tersebut bebas dari virus corona?

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun