Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adu Kuat Dua Jendral di Pilpres 2024, Siapa Melaju?

15 Agustus 2020   00:31 Diperbarui: 15 Agustus 2020   00:28 3086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, menjawab dari pertanyaan judul tulisan ini, adalah tergantung dan sejauh mana kerja keras dan ikhtiar kedua jendral ini mendapatkan popularitas dan elektabilitas yang tinggi. 

Hal ini tentunya tidak bisa diraih dengan instant. Butuh aksi dan kerja nyata sejak dini. Hal ini perlu dilakukan supaya publik cepat merasa simpati, mengenal dan mengingatnya. 

Namun, jika merujuk pada sejarah. Dibanding dengan Andika, peluang Gatot Nurmantyo menurut hemat penulis lebih memiliki kesempatan. Pasalnya, sosok ini bukan kali pertama ini masuk radar bursa pencalonan. 

Pada Pilpres 2019, Gatot sempat digadang-gadang akan maju pencalonan. Hanya saja niatnya itu tidak kesampaian, karena tidak ada satupun partai yang melirik, apalagi mengusungnya. 

Akan tetapi, setidaknya hal ini akan menjadi pengalaman dan pelajaran berharga bagi Gatot untuk mempelajari kelemahannya pada Pilpres lalu, dan memperbaiki bahkan merubah strateginya guna mampu mendongkrak elektabilitas dan popularitasnya. 

Cukup Berat 

Namun demikian, menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengatakan, peluang Gatot Nurmantyo masih cukup berat. 

Dikutip NKRIKU.com, Gatot memiliki banyak kendala untuk memuluskan niatnya menjadi presiden. Syarat pertama, kata Ujang, Gatot harus memiliki kendaraan politik. 

Selain itu, Gatot yang telah pensiun dari dinas militer sejak Desember 2017, akan kesulitan karena tidak lagi muncul sebagai pejabat publik. Pasalnya, sosok capres harus memiliki bergain untuk diunggulkan.

"Kedua, soal jabatan. Dia gak punya jabatan lagi untuk bargaining pencapresan. Ketiga, soal popularitas dan elektatabilitas yang belum kelihatan," tuturnya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun