Dengan kondisi tersebut, tak sedikit yang percaya, bahwa itu sebagai langkah SBY dan konco-konconya untuk menjegal langkah Ahok - Djarot.Â
Terbukti, akhirnya pasangan Anies - Sandi yang pada putaran pertama hanya menempati urutan kedua, akhirnya menang, setelah pada putaran kedua mendapatkan "sumbangan" suara dari mantan pemilih AHY - Sylviana, yang telah gugur pada putaran pertama.
Itulah sekelumit kisah penulis yang sempat kagum terhadap strategi politik SBY. Namun, perlahan kekaguman itu luntur. Pasalnya, strategi-strategi politik SBY berikutnya seperti mudah ditebak. Strategi "curhat" pada publik terus terulang.
Hasilnya, alih-alih mendapat simpati publik malah menjadi bumerang baginya. Publik menjadi muak, antipati dan tak segan mengecamnya. Terlebih, dalam beberapa waktu terakhir, SBY dan Partai Demokrat seolah tak berprinsip. Mereka selalu menggunakan politik dua kaki.
Kali ini, SBY sudak tidak lagi menjabat sebagai Ketua umum Partai Demokrat. Partai berlambang Mercy tersebut, kini telah "diwariskan" pada putra sulungnya, AHY. Dengan begitu, maju mundurnya partai yang didirikan pada tahun 2001 tergantung AHY.
Kendati begitu, sudah pasti keberadaan SBY masih menjadi sosok sentral di Partai Demokrat. Diyakini segala gerak langkah catur politik AHY juga, masih dalam bimbingan SBY sendiri.
Maka, jangan heran, jika SBY sampai saat ini masih terus bermanuver demi kepentingan partai politiknya. Seperti belum lama ini, dia seolah coba menempatkan diri sebagai bapak bangsa, yang berprilaku bijak.
Dalam hal ini, SBY dengan santunnya meminta terhadap segenap masyarakat tanah air untuk tidak selalu menyalahkan Presiden Joko Widodo dan pemerintahannya, apabila Indonesia mengalami krisis ekonomi ke depan.
Hal ini diungkapkan SBY saat launching dua buku monograf di Cikeas. SBY menyebut, pandemi tak hanya menjadi permasalahan Indonesia, melainkan seluruh dunia.
"Jadi jangan salahkan Presiden Jokowi, jangan salahkan pemerintah kenapa Indonesia mengalami krisis ekonomi. Karena secara global, sertaan dari pandemi Covid-19 ini adalah gejolak bahkan krisis ekonomi, semua mengalami" ujar SBY saat membedah buku (10/8/2020). Dikutip dari KompasTV.com.