BICARA tentang dunia kriminalitas, premanisme, saya rasa dari masa ke masa tidak akan pernah ada habisnya. Jangankan di negara-negara yang masih berkembang atau miskin, di negara-negara super kaya pun, kejahatan akan selalu menjadi "bumbu" kehidupan di alam semesta.
Pertanyaannya, kenapa harus ada orang-orang jahat di dunia ini dan apa alasannya?
Jika bicara alasan, tentu saja akan banyak faktor yang menyebabkan seseorang berbuat jahat. Namun, jika harus ditarik garis lurus, biasanya kejahatan lahir karena didasari faktor ekonomi dan biologis.
Artinya, seseorang bisa atau terpaksa berbuat kejahatan atau kriminalitas karena didorong oleh kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak. Katakanlah, karena dirinya atau orang-orang terdekat tengah dilanda kelaparan, membutuhkan banyak biaya untuk sesuatu hal yang tak bisa ditunda-tunda dan lain sebagainya.
Sedangkan kalau faktor biologis, lebih kepada sifat orang tersebut memiliki watak jahat. Hal ini bisa karena pembawaan lahir atau lingkungan sekitar yang membentuk karakternya menjadi jahat.
Kembali pada maraknya kriminalitas dan premanisme, di Indonesia sendiri saat ini cukup banyak pelaku-pelaku kejahatan, bandit atau preman yang cukup terkenal.Â
Baca juga: Anton Medan: Saya Akan Sujud Syukur Jika Penertiban Kalijodo Berhasil
Dua diantaranya, tentua saja ada nama Jhon Kei dan Hercules. Kedua nama ini, dalam kurun beberapa waktu terakhir memang diakui sebagai bandit atau preman-preman yang cukup disegani di tanah air.
Mundur ke belakang di tahun 80-an, ada nama Anton Medan yang cukup menggegerkan tanah air. Pria bernama asli Tan Hok Liang pada zamannya terkenal sebagai seorang perampok sadis dan bandar judi.
Karena prilakunya yang jahat itu pula, Anton Medan akrab dengan jeruji besi penjara. Pasalnya, kerap kali berurusan dengan aparat kepolisian.
Namun, kini dunia hitam itu tinggal menjadi kenangan. Anton Medan memutuskan insyaf dan memeluk agama Islam. Bahkan, pria kelahiran Sumatera Utara ini sekarang menjadi salah seorang penceramah dari satu mesjid ke mesjid lainnya.
Selain Anton Medan, ada nama Joni Indo. Pria berparas ganteng ini terkenal sebagai pimpinan perampok toko emas etnis tionghoa.
Namun, ada yang unik dari Joni Indo. Setiap hasil kejahatannya, dia bagikan kembali pada masyarakat miskin yang membutuhkan. Ibarat kata, Joni Indo ini merupakan Robin Hood-nya Indonesia.
Meski demikian, apa yang telah dilakukan oleh Joni Indo ini tidak bisa dibenarkan secara hukum. Diapun kerap harus berurusan dengan hukum dan mendekam di penjara. Karena dianggap sebagai penjahat yang sangat berbahaya, tidak tanggung-tanggung, dia di penjara di Lapas Nusakabangan.
Sama halnya dengan Anton Medan, Joni Indo pun akhirnya mendapat hidayah. Dia insyaf dari segala kesalahannya dan sempat menikmati sebagai aktor dalam sebuah film yang menceritakan perjalanan hidupnya.Â
Bukan hanya itu, Joni Indo juga sempat berperan dalam belasan film lainnya, sampai akhirnya dia pensiun dari dunia hiburan dan beralih profesi menjadi seorang mualaf. Kemudian, dia pun menjadi pendakwah.
Baca juga: Di Manakah Mat Peci Meninggal Dunia?
Mat Peci si Penjahat Legendaris
Eksistensi dunia hitam yang dilakukan oleh Anton Medan dan Joni Indo terjadi pada tahun 1980 hingga 1990-an. Sebelumnya, jika Mundur lagi kebelakang, yakni ke tahun 1970-an, ada lagi satu nama bandit atau penjahat yang sangat terkenal sadis bin bengis, sehingga membuat resah masyarakat. Dia bernama Mat Peci.
Mudah ditebak, disebut Mat Peci, karena kebiasaan sehari-hari tidak lepas mengenakan peci. Dia terkenal sebagai pemjahat berdarah dingin. Karena kesadisan dan kedinginannya dalam melakukan setiap aksi kejahatan, Mat Peci disebut-sebut sebagai salah seorang penjahat legendaris Indonesia.
Bahkan, karena dianggap legendaris dan kepopulerannya ini pula, sepak terjang Mat Peci menggugah salah seorang produser untuk menjadikannya sebuah film. Aktor yang memerankan Mat Peci dipercayakan pada aktor kawakan, Rahmat Hidayat.
Lalu, siapa dan bagaimana Mat Peci menjelma menjadi penjahat legendaris?
Merangkum dari sebuah tayangan film kisah nyata yang berjudul "Mat Peci", sebenarnya bandit legendaris ini berasal dari keluarga terpandang. Dia lahir di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tahun 1943.
Beranjak dewasa, dia mencintai seorang gadis bernama Euis. Sayang kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka. Akhirnya Mat Peci memutuskan untuk merantau ke Kota Bandung, Jawa Barat.
Di Bandung, Mat Peci tidak langsung menjadi penjahat. Awal-awal menetap di Kota Kembang, dia sempat menjadi calo karcis di di salah satu Bioskop, daerah Cicadas.
Pendek kata, karena penghasilan dari calo karcis tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, Mat Peci pun mencoba untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan banting setir menjadi seorang penjahat.
Baca juga: Tokoh Preman Maluku John Kei "Dihukum" 15 Tahun Penjara
Akan tetapi, itupun tidak langsung menjadi penjahat besar. Namun, seiring berjalannya waktu, Mat Peci pun menjelma sebagai penjahat berbahaya. Demi memenuhi kebutuhannya, dia tak segan untuk membunuh korbannya. Dari sinilah, dia terkenal sebagai bandit berdarah dingin.
Akrab dengan Penjara dan Belajar Ilmu Hitam
Tidak mengherankan, karena kejahatannya itu, Mat Peci sering keluar masuk penjara. Parahnya, hukuman di balik jeruji besi tersebut tidak membuatnya insyaf. Sebaliknya, kejahatan dia semakin menjadi. Pasalnya, selama dalam hukuman, dia kerap mempelajari ilmu hitam terhadap sesama tahanan. Salah satu ilmu yang dia pelajari adalah ilmu kebal.
Merasa memilki ilmu kebal inilah, kejahatan Mat Peci makin beringas. Dia jadi menjadi seorang bandit yang susah ditangkap, karena memilki ajian-ajian gaib.
Kendati demikian, yang namanya kejahatan tidak selamanya mampu berjaya. Sebagai manusia, sesakti apapun pada akhirnya akan menemui titik apes. Berkat keuletan dan pencarian yang tidak mengenal lelah, akhirnya pihak kepolisian bisa melacak keberadaan Mat Peci.
Dikutip dari CNNIndonesia, dalam sebuah penyergapan pada tahun 1978, di Stasiun Kereta Api Leles, Kecamatan Kadungora, Garut, Mat Peci mati mengenaskan oleh berondongan timah panas polisi. Ilmu kebal yang dibanggakan Mat Peci nyatanya tidak mempan menahan tembakan peluru dari polisi.
Takdir yang menimpa Mat Peci jelas tak semujur Anton Medan atau Joni Indo, yang masih bisa insyaf dari jalan sesatnya. Sementara, Mat Peci harus mati mengenaskan, sebelum dirinya mengikrarkan taubat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H