MUHAMAD Soeharto, itulah nama lengkap Presiden ke-2 Republik Indonesia (RI). Beliau lahir di Desa Kemusuk, Yogyarta, 8 Juni 19219 dan meninggal dunia pada 27 Januari 2008, atau setelah hampir 10 tahun lengser dari kursi kekuasaannya.
Seoharto menikah dengan Siti Hartina, yang kemudian akrab disapa dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Buah dari pernikahannya ini, lahirlah, Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih.
Pada saat masih berkuasa di zaman Orde Baru (Orba), diyakini tidak ada seorangpun pihak yang mengutak-atik atau mengusik sistem pemerintahannya. Alhasil, pria yang juga dijuluki the smilling general ini anteng duduk di singasana kekuasaannya hampir 32 tahun. Soeharto menjabat mulai dari tahun 1967 hingga akhirnya ditumbangkan oleh gelombang era reformasi pada tahun 1998 silam.
Semasa berkuasa, Presiden Soeharto adalah seorang pemimpin kharismatik, penuh wibawa, serta tegas. Oleh karena itu, tak banyak pihak yang berani menentang kebijakan dan titahnya. Tak mengherankan, jika sejumlah kalangan menyebutnya sebagai presiden yang otoriter.
Patut diakui, meski zamam kepemimpinan Presiden Soeharto terkenal dengan prakti-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Namun, sistem pembangunan zaman Soeharto jauh lebih terencana dan tertata, dibanding pemerintahan era reformasi.
Masa kepemimpinan Presiden Soeharto kita kenal dengan program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), kemudian diterjemahkan dalam bentuk program Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Dengan pembangunan yang lebih terencana matang dan tertata dengan baik ini pula, maka tak mengherankan jika sang smilling general tersebut didaulat sebagai bapak pembangunan Indonesia.
Itulah sedikit gambaran Soeharto yang tercatat dalam sejarah sebagai Presiden yang paling lama menjabat di tanah air.
Sekilas, dari gamban tersebut di atas, Presiden Soeharto merupakan sosok yang tampak perfeksionis dan selalu memegang teguh adat, prilaku, budaya dan aturan yang ada.
Padahal, siapa sangka sewaktu hidupnya, pria yang gemar menghisap cerutu tersebut pernah mengalami serangkaian sejarah kelam, hal unik dan mungkin tidak terbayangkan oleh kebanyakan warga masyarakat di Indonesia. Bahkan, beliau juga sempat terlibat masalah dan bersitegang dengan para perwira Angkatan Darat lainnya pada masa itu.
Lalu, apa saja sisi gelap dan masalah apa yang pernah terjadi pada sosok pria yang juga hobby menembak ini? Yuk, kita ikuti kisahnya!
Seperti banyak dibahas dan diberitakan oleh beragam media massa mainstream, Presiden Soeharto mulai terjun ke dunia militer adalah dengan masuk menjadi anggota militer Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau terkenal dengan istilah KNIL.
Dari sinilah sisi gelap Soeharto dimulai. Ternyata, beliau sempat terjerumus dalam dunia perjudian, yang akhirnya menjadi bagian dalam hikayat hidupnya.
Dikutip dari tirto.id, Soeharto suka main kartu cemeh menggunakan kartu Londo. Meski sekolahnya rendah, Soeharto ahli dalam soal hitung menghitung. Alhasil, ia menang banyak di meja judi.
"Waktu mulai main cemeh itu saya hanya punya uang satu gulden dan bertambah menjadi 50 gulden," ujar Soeharto.
Kemudian, seperti pernah saya tulis dalam artikel sebelumnya, yang berjudul "Jauh Sebelum Jadi Presiden, Soeharto Nyaris Dipecat dari Militer, Untung Ada Nama Ini!", Pria yang sempat terlibat dalam serangan umum Satu Maret 1949 di Yogyakarta ini pernah terlibat dalam kasus penyelundupan beras, hingga sempat mengancam karir militernya.
Pasalnya, Mayor Jendral (Mayjend) Abdul Haris Nasution, yang ketika itu menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), sempat mengusulkan agar Soeharto diadili di Mahkamah Militer dan segera dipecat dari kesatuan Angkatan Darat (AD). Kisah Selengkapnya ada di sini.
Bukan hanya itu, konon Soeharto kerap memunguti sejumlah uang dari perusahaan-perusahaan yang berada di Kota Jawa Tengah.
Karena prilaku Presiden Soeharto yang ternyat semasa masih aktif di dunia militer tidak lurus-lurus amat, menyebabkannya sempat ditempeleng oleh atasan.
Pertama, yang berani menempeleng Soeharto adalah Ahmad Yani. Terjadinya penempelengan tersebut masih ada kaitannya dengan kasus penyelundupan beras yang di lakukan oleh Soeharto, seperti telah di bahas di paragraf atas.
Dikutip dari Bombastis.com, mendengar peristiwa itu, Ahmad Yani yang masih berpangkat Kolonel marah besar, kemudian menempeleng Soeharto, karena dianggap telah mempermalukan korp AD.
Dikutip dari Wartakotalive.com, sekitar tahun 1950-an, sebagai Panglima Wirabuana, Kawilarang melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa keadaan di Makassar sudah aman. Namun Soekarno justru menyodorkan sebuah radiogram yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar.
Mendengar radiogram tersebut, Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara Mandai, ia langsung memarahi Komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya.
Beberapa kejadian bersejarah tersebut di atas tentu saja cukup mengejutkan. Mengingat, sosok pemimpin seperti Soeharto merupakan figur yang dikenal tegas dalam pemerintahannya.Â
Hal ini pula sekaligus memberikan pandangan terhadap kita, bahwa setiap pemimpin pasti pernah melakukan sebuah kesalahan dan menjadi bawahan. Di mana hal tersebut juga membuat mereka terkena hukuman.
Demikianlah sekelumit kisah perjalanan hidup Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.
Terlepas dari segala kontroversinya, baik masih aktif di kemiliteran dan saat menjadi Presiden RI. Beliau tetap sebagai sosok yang pernah membawa Negara Indonesia pada puncak kejayaan.
Salah satu contohnya adalah pernah membawa Indonesia berswasembada pangan, pada tahun 1984 silam. Dan, tentunya masih banyak prestasi-prestasi lain, termasuk dalam bidang olahraga.
Karena itu, sangatlah tidak berlebihan, jika kita mengapresiasi seluruh jasa-jasa beliau bagi bangsan dan negara.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H